Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perbedaan menggoreng deep fry dan shallow fry (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat mengolah makanan yang renyah dan menggugah selera, kamu mungkin pernah bertanya-tanya, apa sebenarnya perbedaan menggoreng deep fry dan shallow fry? Meski sama-sama menggunakan minyak panas sebagai media utama, kedua metode ini punya teknik, hasil, dan fungsi yang cukup berbeda, lho. Memahami keduanya bukan hanya akan membantumu memasak lebih baik, tetapi juga menghemat waktu dan minyak.

Bagi kamu yang sedang belajar memasak atau bahkan sudah sering mengolah gorengan, penting untuk tahu kapan harus memilih deep fry dan kapan menggunakan shallow fry. Artikel ini akan membahas tuntas dari segi teknik, jenis bahan yang cocok, kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta tips menggoreng agar hasilnya maksimal.

1. Teknik penggunaan minyak dan alat masak

ilustrasi menggoreng dengan metode deep frying (pexels.com/Ron Lach)

Deep frying adalah teknik menggoreng di mana makanan dicelupkan sepenuhnya ke dalam minyak panas. Minyak biasanya memenuhi sekitar 70—100 persen dari volume penggorengan, baik menggunakan wajan biasa, deep fryer, atau panci dalam. Suhu minyak dijaga antara 160—190 derajat Celcius agar makanan matang merata dan renyah di luar namun tetap lembut di dalam.

Sebaliknya, shallow frying hanya menggunakan minyak dalam jumlah sedikit, cukup untuk menutupi setengah bagian makanan. Teknik ini lebih hemat minyak dan biasanya dilakukan di wajan datar. Karena bagian makanan gak sepenuhnya terendam, kamu perlu membaliknya agar matang secara merata. Meski hasilnya cenderung gak serenyah deep frying, teknik ini cocok untuk makanan tipis dan cepat matang, kok.


2. Jenis makanan yang cocok digoreng

ilustrasi menggoreng telur dengan metode shallow frying (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Teknik deep fry sangat ideal untuk bahan makanan berukuran kecil hingga sedang yang memerlukan tekstur krispi, seperti ayam goreng, kentang goreng, donat, dan tempura. Makanan dibungkus dengan adonan atau tepung berbumbu agar hasil gorengan lebih kering dan renyah. Proses ini juga cepat karena suhu tinggi dan rendaman minyak mempercepat penghantaran panas.

Sementara itu, shallow fry cocok untuk bahan makanan yang lebih tipis dan gak memerlukan waktu lama untuk matang, seperti telur dadar, ikan filet, atau tahu. Karena minyak yang digunakan lebih sedikit, risiko makanan menjadi terlalu berminyak juga berkurang. Selain itu, teknik ini sering digunakan dalam masakan rumahan sehari-hari karena praktis dan lebih ekonomis.


3. Hasil akhir dan kandungan minyak

ilustrasi shallow frying (pexels.com/Utamalas Hadawg)

Makanan yang digoreng dengan deep frying biasanya memiliki tekstur lebih garing dan warna keemasan merata. Namun, karena seluruh permukaannya bersentuhan langsung dengan minyak, kandungan lemak dan kalorinya cenderung lebih tinggi. Jika minyak gak disaring atau diganti secara rutin, sisa karbon dari penggorengan sebelumnya juga bisa tertinggal pada makanan.

Sebaliknya, hasil dari shallow frying cenderung lebih lembut dan gak terlalu berminyak. Karena hanya sebagian permukaan yang bersentuhan dengan minyak, makanan bisa terasa lebih ringan dan gak terlalu berat di perut. Meski begitu, jika gak dikontrol dengan baik, makanan bisa matang gak merata atau gosong di salah satu sisi.


4. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode

ilustrasi deep frying (pexels.com/Ron Lach)

Salah satu kelebihan deep frying adalah kecepatan memasak yang tinggi dan hasil yang konsisten, terutama untuk masakan dalam jumlah banyak. Namun, metode ini membutuhkan banyak minyak, kontrol suhu yang ketat, dan perawatan khusus pada alat penggoreng agar tetap higienis. Selain itu, pengolahan minyak bekas perlu diperhatikan untuk mencegah dampak kesehatan dan lingkungan.

Sementara itu, shallow frying menawarkan fleksibilitas dan efisiensi penggunaan minyak. Metode ini juga cenderung lebih aman bagi pemula karena risiko cipratan minyak lebih kecil. Namun, waktu memasak bisa lebih lama dan perlu perhatian ekstra agar makanan gak gosong sebagian. Kualitas hasil juga sangat bergantung pada jenis wajan dan teknik membalik yang kamu gunakan.


5. Tips menggoreng yang aman dan sehat

ilustrasi minyak kanola untuk memasak (unsplash.com/Odiseo Castrejon)

Untuk hasil maksimal, pilih minyak dengan titik asap tinggi seperti minyak kanola, minyak biji anggur, atau peanut oil untuk deep frying. Gunakan termometer minyak agar suhu stabil, dan jangan memasukkan makanan terlalu banyak agar suhu gak turun drastis. Tiriskan makanan di atas kertas tisu atau rack agar kelebihan minyak terserap.

Jika kamu menggunakan shallow frying, pastikan wajan sudah cukup panas sebelum menaruh bahan makanan. Gunakan non-stick pan agar makanan gak lengket, dan hindari membalik terlalu sering. Tambahkan sedikit mentega di akhir untuk rasa gurih alami tanpa perlu banyak minyak tambahan. Setelah memasak, saring minyak dan simpan di wadah bersih jika ingin digunakan kembali, ya.

Jadi, perbedaan menggoreng deep fry dan shallow fry terletak pada banyaknya minyak yang digunakan, teknik memasak, serta hasil akhir dari makanan yang digoreng. Memilih metode yang tepat akan membantumu mendapatkan rasa, tekstur, dan kualitas yang diinginkan, baik untuk hidangan rumahan maupun makanan pesta. Yuk, sesuaikan teknik menggorengmu dengan bahan dan tujuan masak agar hasilnya makin sempurna!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team