Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kue Lokal yang Namanya Menyisipkan Nama Daerah, Ada Lontong Paris!

wingko babat (instagram.com/megas_kitchen97)
wingko babat (instagram.com/megas_kitchen97)

Indonesia mempunyai beragam kue dengan keunikan nama. Sebut saja onde-onde dan ongol-ongol. Meski berbeda jenis, keduanya memiliki kesamaan terletak di nama yang disebutkan berulang. 

Ada juga kue tradisional di Indonesia yang namanya menyisipkan nama suatu daerah, lho. Bisa jadi kue-kue ini berasal dari daerah tersebut atau hanya sebatas penamaan saja agar mudah dihafal. Ada kue apa saja, ya?

1. Martabak bangka

martabak bangka (instagram.com/hendijajan)
martabak bangka (instagram.com/hendijajan)

Selama ini kita tahu, martabak terbagi menjadi dua macam. Martabak manis atau yang sering orang sebut dengan terang bulan. Ada juga martabak gurih, yang berbahan dasar dari campuran telur dan daun bawang.

Nah, martabak bangka sendiri juga sejenis martabak manis namun memiliki tekstur yang lebih tebal. Seperti namanya, martabak yang memiliki ciri khas tersebut berasal dari Kepulauan Bangka. Di sana, kue topping manis ini lebih dikenal dengan panggilan hok lo pan.

2. Wajit cililin

wajit cililin (instagram.com/amare_palomino)
wajit cililin (instagram.com/amare_palomino)

Wajit cililin terbuat dari campuran beras ketan, kelapa parut, dan gula aren. Kue nan manis ini hampir mirip dodol namun lebih bertekstur. Ciri khas wajit cililin terletak dari bungkusnya dari kelobot jagung.

Cililin sendiri merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sudah sejak zaman kolonial sampai sekarang, masyarakat setempat memproduksi wajit cicilin sebagai kuliner khas sekaligus oleh-oleh. 

3. Wingko babat

wingko babat (instagram.com/lestarisahidin)
wingko babat (instagram.com/lestarisahidin)

Beras ketan, kelapa parut, dan gula merupakan komposisi dari wingko babat. Makanan dengan ciri khas dipanggang ini terkenal sekali sebagai kuliner khas Semarang dan mudah sekali ditemukan sebagai oleh-oleh. 

Meski dari Semarang, nama babat diambil dari kecamatan yang berada di Lamongan yakni Babat. Asal mula namanya diciptakan oleh sang pecetus wingko babat supaya terkenang selalu dengan tanah kelahirannya. 

4. Bika ambon

bika ambon (instagram.com/iiramisu)
bika ambon (instagram.com/iiramisu)

Tahu tidak? Karena namanya mencatut salah satu daerah di Maluku yakni Ambon, banyak yang mengira jika kue nan legit ini berasal dari daerah tersebut. Padahal, kue berbahan dasar dari tepung tapioka dan sagu ini berasal dari Medan, lho. 

Namanya diambil dari Jalan Ambon di Medan, tempat di mana pertama kali bika ambon dikenalkan. Namun, kue bika ambon juga punya sejarah penamaann versi lain, lho. 

Dulu, terdapat orang Tionghoa yang menciptakan kue ini yang hendak mengantarkannya ke pemerintah kolonial Belanda. Sebelum kue itu dikirim, kue tersebut dicicipi terlebih dulu oleh orang Ambon. Alhasil, kue tersebut mulai dikenal dengan nama bika ambon.  

5. Lontong paris

lontong paris (instagram.com/fanifoods)
lontong paris (instagram.com/fanifoods)

Gak cuma kue nastar saja yang menghiasi meja tamu warga Aceh ketika hari raya Idulfitri tiba, ada juga renyahnya kue lontong paris yang disajikan sebagai suguhan. 

Lontong paris bukan kue blasteran maupun dari Kota Paris, Prancis. Asal usul namanya sendiri sampai sekarang masih menjadi pertanyaan, namun cukup menarik perhatian. Kue ini sendiri terbuat dari tepung terigu, tepung maizena, dan telur. Bagian luarnya dilapisi dengan karamel gula dan kacang sangrai, lho. 

Itu tadi sebagian kue khas Indonesia yang memiliki keunikan pada namanya yang sama dengan nama suatu daerah. Betul bukan, lima kue tadi mudah sekali diingat namanya. Ada lagi kue serupa yang kamu ketahui? Sempatkan berpendapat di kolom komentar, ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us