Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi buras (vecteezy.com/Rian Maulana)

Buras adalah makanan khas Bugis-Makassar yang sering dijadikan alternatif pengganti nasi. Sekilas mirip lontong karena dibungkus daun pisang, tapi teksturnya lebih pulen dan rasanya lebih gurih karena dimasak dengan santan. Buras biasanya disajikan bersama coto Makassar, ayam rica, atau lauk khas Sulawesi lainnya. Teksturnya yang padat tapi tetap lembut bikin buras jadi favorit banyak orang.

Meski kelihatan sederhana, bikin buras yang teksturnya pas ternyata gak bisa asal. Banyak yang gagal karena berasnya terlalu lembek, hancur saat dipotong, atau bahkan rasanya hambar. Kalau kamu pengin bikin buras yang enak, gurih, dan tahan disimpan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Simak lima tips berikut ini supaya buras buatanmu berhasil dan cocok jadi teman makan lauk favorit!

1. Gunakan beras yang kualitasnya bagus dan tidak terlalu pera

ilustrasi beras (freepik.com/zirconicusso)

Kunci utama dari buras yang pulen tapi tetap padat adalah pemilihan jenis beras. Gunakan beras yang kualitasnya bagus dan tidak terlalu pera, karena beras jenis ini lebih mudah menyatu saat dimasak dengan santan. Hindari menggunakan beras yang mudah hancur atau terlalu pulen karena bisa bikin tekstur buras jadi lembek dan gampang pecah saat dipotong.

Sebelum dimasak, rendam beras terlebih dahulu selama kurang lebih satu jam. Proses perendaman ini membantu beras menyerap air dan mempersingkat waktu masak. Selain itu, perendaman juga membuat beras matang lebih merata saat dikukus atau direbus nanti. Jangan lupa tiriskan dengan benar agar hasil akhirnya gak kelebihan air.

Pastikan juga kamu mencuci beras hingga air cucian jadi bening. Ini penting supaya sisa tepung beras larut dan hasil akhir buras lebih bersih, gak cepat basi, serta punya rasa yang lebih netral untuk menyerap bumbu santan secara maksimal.

2. Masak beras setengah matang dengan santan gurih

ilustrasi masak nasi (commons.wikimedia.org/One Salient Oversight)

Langkah berikutnya adalah memasak beras dengan santan sebelum dibungkus. Jangan langsung membungkus beras mentah karena hasilnya bisa kurang matang atau teksturnya terlalu keras. Masak beras dengan santan, garam, dan sedikit daun salam atau serai agar aromanya wangi dan rasanya gurih. Gunakan api sedang dan aduk terus supaya santan gak pecah.

Masak hingga beras setengah matang, yaitu ketika santan sudah terserap tapi nasi masih agak keras. Jangan dimasak sampai benar-benar matang, karena proses pematangan akan dilanjutkan saat buras dikukus atau direbus dalam bungkusan. Tekstur setengah matang ini penting supaya beras bisa menyatu saat dibungkus, tapi tetap punya ruang untuk mengembang.

Aduk perlahan supaya beras gak hancur. Gunakan wajan besar agar beras matang merata dan gak menggumpal di bagian bawah. Kalau terlalu kering, kamu bisa tambahkan sedikit santan hangat, tapi pastikan gak kelebihan karena bisa bikin buras jadi lembek saat dibungkus.

3. Bungkus rapat dan padat agar gak mudah hancur

ilustrasi bungkus dengan daun pisang (freepik.com/lifeforstock)

Proses membungkus jadi tahap penting yang menentukan bentuk dan kekuatan buras saat dimasak. Gunakan daun pisang muda yang sudah dilemaskan dengan cara dipanaskan sebentar di atas api atau direbus. Daun pisang yang lemas akan lebih lentur dan gak mudah sobek saat digunakan untuk membungkus.

Ambil dua sendok makan beras setengah matang, lalu padatkan di atas daun pisang. Gulung dan lipat dengan rapi, lalu ikat dengan tali rafia atau tali pisang agar gak terbuka saat direbus. Buras yang dibungkus rapat akan menghasilkan bentuk yang lebih padat dan tidak mudah hancur saat diangkat atau disimpan.

Susun buras di panci secara berlapis dan sejajar agar bentuknya tetap cantik dan gak penyok. Kalau ada celah, isi dengan gulungan daun pisang kosong sebagai penyangga supaya semua buras tetap pada tempatnya saat direbus.

4. Rebus dalam waktu yang cukup agar matang sempurna

ilustrasi kukus dengan daun pisang (vecteezy.com/tuktababy)

Setelah dibungkus dan disusun dalam panci, buras perlu direbus dalam waktu yang cukup lama supaya benar-benar matang hingga ke dalam. Biasanya, waktu merebus berkisar antara 2–3 jam tergantung ukuran buras dan banyaknya isian dalam panci. Gunakan api sedang dan pastikan air selalu cukup untuk menutupi buras selama proses perebusan.

Tambahkan sedikit garam ke dalam air rebusan untuk menjaga rasa tetap gurih. Kamu juga bisa menambahkan daun pandan atau daun salam ke dalam air rebusan supaya aroma buras makin wangi dan khas. Pastikan kamu mengecek air secara berkala, dan tambahkan jika mulai menyusut agar buras gak setengah matang.

Jangan buru-buru mengangkat buras meski bagian luar terlihat matang. Kalau masih ragu, kamu bisa buka salah satu bungkusan untuk mengecek apakah bagian dalamnya sudah pulen sempurna. Tekstur yang belum matang biasanya masih keras atau terasa seperti nasi aron.

5. Dinginkan sebelum dipotong dan simpan dengan benar

ilustrasi buras (commons.wikimedia.org/Midori)

Setelah matang, buras sebaiknya tidak langsung dibuka atau dipotong. Biarkan dingin dulu dalam suhu ruang supaya teksturnya lebih padat dan mudah dipotong. Kalau dipotong saat masih panas, buras akan mudah hancur dan sulit menjaga bentuknya tetap utuh.

Kalau kamu ingin menyimpan buras untuk beberapa hari ke depan, pastikan buras benar-benar dingin sebelum dimasukkan ke wadah tertutup atau disimpan di kulkas. Simpan dalam kondisi utuh dengan daun pisangnya untuk menjaga kelembapan dan rasa. Buras bisa bertahan hingga beberapa hari jika disimpan dengan benar.

Saat akan disajikan kembali, kamu bisa mengukus ulang buras selama 10–15 menit supaya teksturnya kembali hangat dan empuk. Sajikan dengan coto Makassar, ayam rica, atau sambal terasi untuk cita rasa yang makin lengkap. Buras buatan rumah ini gak cuma lebih hemat, tapi juga bisa disesuaikan dengan selera!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team