Jeroan merujuk pada bagian di dalam tubuh hewan (kecuali otot dan tulang) yang telah dijagal. Tak semua kuliner di seluruh negara yang mengolah jeroan.
Salah satu yang memanfaatkan jeroan adalah Korea Selatan. Misalnya saja pada sajian gopchang-jeongol. Apakah kamu tahu itu apa?
Secara tradisional, gopchang merujuk pada jeroan. Sedangkan jeongol merupakan jenis sup yang direbus menggunakan panci besar.
Sup tersebut lantas disajikan di tengah-tengah meja untuk disantap bersama-sama. Konon, pada zaman dahulu, jeongol merupakan hidangan keluarga kerajaan dan bangsawan.
Usut punya usut, ternyata gopchang pun memiliki variasi. Hal ini didasarkan pada cara jeroan tersebut diolah untuk masakan.
Ada gopchang-gui, sebab dimasak selayaknya BBQ alias dipanggang. Versi lainnya yakni gopchang-jeongol di mana jeroannya dijadikan isian untuk sup (kaldu).
Umumnya, jeroan yang digunakan untuk gopchang-jeongol yaitu usus dan babat. Oleh sebab itu, masakan ini dirujuk pula sebagai Korean tripe and intestine soup.
Selain itu, bahan lain seperti gochujang (pasta cabai khas Korea), bawang, jahe, jamur, dan sayur-sayuran turut ditambahkan. Alhasil, cita rasa sup jeroan ini pun begitu kaya.
Bagi yang tak terbiasa, makanan berbahan jeroan memang terkesan 'eksotis'. Namun, bagi masyarakat negara lain, termasuk Korea, hidangan ini terbilang populer.
Pasalnya, masyarakat Korea meyakini bahwa gopchang mampu membantu mempercepat penyembuhan. Hal ini didasarkan pada kandungan zat besi dan vitaminnya.
Gopchang-jeongol sedap disantap bersama nasi hangat. Kadang, menu ini juga dinikmati sebagai anju (makanan yang dikonsumsi sebagai pendamping alkohol).
Proses pembuatan gopchang-jeongol terbilang cukup panjang. Usus dan babat harus benar dibersihkan. Oleh sebab itu, tak semua restoran di Korea yang menyediakan menu ini.
Nah, ternyata tak hanya orang Indonesia yang gemar makan jeroan. Di Korea, jeroan pun laris dinikmati. Kira-kira gopchang-jeongol mirip masakan apa ya kalau di Indonesia?