TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Sejarah Bubur Asyura, Kuliner Wajib Saat Bulan Muharram

Menu wajib buka puasa Asyura

steemit.com

Bicara soal bulan Muharram, tentu tak bisa lepas dari ibadah puasa Asyura yang rutin dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram. Bagi umat Islam, puasa sunah ini sendiri dianggap sangat istimewa, karena dipercaya mampu menghapuskan dosa setahun lalu. 

Nah, ada satu kuliner spesial yang biasanya dihidangkan khusus untuk berbuka saat puasa Asyura, yakni bubur Asyura. 

Di berbagai daerah di Indonesia, bubur Asyura biasanya akan dimasak dalam porsi yang besar dan dibuat bergotong-royong oleh warga desa. Lalu, seperti apa sih sejarah Bubur Asyura? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.

1. Berawal dari perjuangan Nabi Muhammad SAW saat perang Badar

pinterest.co.uk

Ada beberapa versi yang menjelaskan tentang asal-usul bubur Asyura. Salah satunya berawal dari perjuangan Nabi Muhammad SAW saat perang Badar. 

Dikisahkan, usai perang Badar, jumlah prajurit Islam menjadi semakin banyak. Saat itu, ada seorang sahabat nabi sedang memasak bubur. Namun sahabat tersebut tak mengira ternyata porsi bubur yang ia masak tak sebanding dengan jumlah prajurit yang harus diberi makan. 

Rasulullah akhirnya memerintah para sahabat untuk mengumpulkan bahan makanan apa saja yang ada agar dicampurkan ke bubur yang telah dimasak, dengan tujuan supaya porsi semakin banyak dan cukup untuk makan para prajurit. 

Peristiwa ini pun menjadi tradisi yang terus menerus dilakukan oleh umat Islam, dalam rangka menyemarakkan keistimewaan bulan Muharram.

Baca Juga: 10 Kebaikan yang Kamu Dapat Kalau Puasa Arafah Jelang Idul Adha

2. Versi kisah Nabi Nuh saat turun dari kapal setelah banjir bandang

cookpad.com/herlin widodo

Versi lain menyebutkan, tradisi memasak Bubur Asyura berawal dari peristiwa penting saat Nabi Nuh turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. 

Saat pertama kali menyentuh daratan, Nabi Nuh memerintahkan umatnya untuk mengumpulkan semua sisa perbekalan selama berlayar. Kemudian, ia memerintahkan agar semua sisa bekal itu dicampur dan diaduk menjadi adonan bubur. 

Bubur itulah yang kemudian disedekahkan kepada semua orang yang selamat dari bencana banjir bandang kala itu.

Baca Juga: 7 Makanan Favorit Tri Rismaharini, Bikin Semangat Sepanjang Hari

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya