Apa Itu Chashu yang Sering Jadi Topping Ramen?

Intinya sih...
- Chashu adalah potongan daging empuk yang sering disajikan sebagai topping dalam ramen Jepang.
- Awalnya berasal dari masakan Tiongkok bernama char siu, chashu direbus secara perlahan dalam air berbumbu untuk menciptakan tekstur lembut dan rasa kaya.
- Selain menjadi topping ramen, chashu juga sering dijadikan pelengkap dalam hidangan seperti donburi, onigiri, sandwich, dan bao bun.
Kalau kamu pernah makan ramen, pasti gak asing dengan potongan daging empuk berbentuk bulat yang ada di atasnya. Nah, itulah yang namanya chashu. Warnanya yang cokelat keemasan, tekstur lembut, dan rasa yang gurih manis bikin siapa saja ketagihan.
Tapi, chashu bukan hanya sebagai pelengkap biasa, lho. Sajian ini punya peran penting yang bikin cita rasa ramen jadi makin lengkap. Di balik satu irisan chashu, ada proses panjang yang bikin cita rasanya jadi khas banget. Penasaran dengan hidangan yang satu ini? Yuk, kenalan lebih dekat sama chashu dalam artikel ini, ya!
1. Chashu terbuat dari potongan daging
Chashu adalah potongan daging yang dimasak secara perlahan hingga menghasilkan tekstur yang empuk dan menyerap banyak bumbu dalam air rebusan. Potongan daging ini sering disajikan sebagai topping favorit banyak orang dalam semangkuk ramen.
Potongan daging yang paling umum digunakan adalah perut babi karena kaya akan kandungan lemak sehingga bisa menciptakan tekstur yang juicy dan meleleh dimulut ketika disantap. Tapi dengan seiring berkembangnya zaman dan hidangan ramen yang semakin dikenal di seluruh dunia, chashu juga sering dibuat dari potongan daging ayam dan sapi.
2. Chashu diadaptasi dari makanan Tiongkok
Meskipun saat ini chashu sering dikenal sebagai pelengkap atau topping dalam sebuah ramen Jepang, chashu sejatinya merupakan adaptasi dari masakan Tiongkok yang bernama char siu.
Char siu adalah potongan daging babi panggang yang memiliki cita rasa manis yang dilengkapi dengan warna merah atau kuning kecoklatan menggoda. Saat ramen mulai menjamur di Jepang pada awal abad ke-20, teknik dan cita rasa char siu diadaptasi dan disesuaikan dengan selera masyarakat lokal.
Perbedaan utamanya terletak pada metode memasak, jika di Tiongkok char siu dibuat dengan cara dipanggang, maka chashu Jepang justru direbus secara perlahan dalam air yang sudah dilengkapi dengan bumbu sehingga menghasilkan tekstur yang lembut.
3. Chashu diproses dengan teknik nimono
Chashu dimasak dengan teknik khas Jepang yang disebut nimono, yaitu proses perebusan secara perlahan dalam cairan berbumbu agar menghasilkan rasa yang kaya dan lebih meresap ke dalam potongan daging.
Dalam pembuatan chashu, potongan daging juga sering kali digulung dan diikat dengan tali agar bentuknya tetap rapi saat diiris. Setelah itu, daging mulai direbus singkat untuk menghilangkan kotoran dan aroma tak sedap, sebelum nantinya dimasukkan ke dalam air berisi bumbu dan dimasak selama berjam-jam.
Setelah matang, daging chashu harus didinginkan terlebih dahulu agar mudah diiris dengan tipis, lalu langsung disajikan sebagai topping ramen atau kadang bisa juga dipanggang sebentar untuk memaksimalkan aroma.
4. Chashu dapat dinikmati dan disajikan dengan berbagai variasi
Tak hanya terbatas sebagai topping ramen, chashu juga hadir dalam berbagai sajian yang menggugah selera. Potongan daging empuk ini sering dijadikan pelengkap donburi atau yang sering dikenal dengan chashu don, yaitu semangkuk nasi hangat dengan irisan chashu, saus, dan telur onsen di atasnya.
Dalam bentuk yang lebih praktis sebagai camilan, chashu juga bisa disajikan dalam bentuk onigiri, sandwich, dan bao bun. Kemudahannya untuk divariasikan dalam berbagai bentuk hidangan menunjukkan betapa fleksibel dan populernya chashu dalam dunia kuliner Jepang.
Mulai dari semangkuk ramen hingga gigitan onigiri, chashu selalu berhasil meninggalkan kesan mendalam di lidah. Rasanya yang lembut dan gurih cocok dipadukan dengan banyak hidangan. Gak heran kalau chashu jadi favorit banyak pecinta makanan Jepang!