Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa Pandemik

Belajar adaptasi adalah kuncinya

Pandemik COVID-19 telah menghantam seluruh dunia, termasuk Indonesia, sejak akhir 2019. Wabah ini pun berdampak pada berbagai sektor usaha. Salah satunya usaha kuliner, terutama bagi para UMKM yang menjadi garda terdepan bagi perekonomian Indonesia.

Perubahan kebijakan pembatasan kegiatan sosial dilakukan secara masif. Tentunya hal tersebut membuat para pelaku usaha harus beradaptasi dengan kondisi yang baru. Dalam kondisi seperti ini, sebagian orang perlu 'memutar otak' untuk memperbaiki keadaan.

Berbagai macam strategi pun dilakukan para pegiat UMKM. Bahkan, tak sedikit yang berani untuk memulai usaha di tengah pandemik. Kuliner menjadi salah satu jenis usaha yang banyak dilakukan.

Seperti pemilik @dapur_miu, Citra Mustikha dan pemilik @bellycious.sub, Nabila Yezia, yang mampu melahirkan sekaligus mempertahankan UMKM-nya di masa pandemik yang sulit. Lalu, bagaimana cara mereka bertahan di bisnis kuliner ini?

Nah, IDN Times berkesempatan mengulik kisah keduanya melalui program Ngobrol Seru "Bincang UMKM, Struggling Bersama di Masa Pandemik" yang tayang di Instagram Live IDN Times pada Kamis, 11 November 2021. Yuk, simak kisah lengkapnya berikut ini!

1. Berawal dari ketidaksengajaan

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikIlustrasi cookies by Bellicious (instagram.com/bel.motret)

Salah satu dampak besar yang terjadi akibat pandemik adalah pengurangan karyawan. Hal ini membuat sebagian orang keluar dari pekerjaan dan memiliki banyak waktu kosong.

Untuk bertahan di masa pandemik, masing-masing orang memiliki pilihan untuk bertahan dari hantaman masa sulit. Ingin diam saja atau bangkit berjuang kembali. Seperti pilihan Nabila Yezia dan Citra Mustikha untuk membuka usaha kuliner di tengah pandemik akibat pekerjaan sebelumnya tak bisa diharapkan. 

Nabila mendirikan Bellycious pada Juli 2020. Produknya berupa giant dan soft cookies. Uniknya, ia mengaku bahwa brand tersebut lahir dari ketidaksengajaan. 

"Sebenarnya bukan mau jualan soft cookies, awalnya mau jual bakso goreng. Bahkan, sudah foto produk dan kemasan. Namun, tiba-tiba kepikiran untuk bikin soft cookies," kata Nabila.

Tak disangkanya, ternyata banyak yang suka dengan cookies tersebut. Alhasil, banyak yang mengusulkan untuk menjualnya. 

Begitu pula dengan Citra, pemilik Dapur Miu, yang menjual carrot cake sebagai menu andalannya. Ia pun mengaku tak sengaja melahirkan kue-kue unik olahannya. 

"Awalnya gak sengaja karena lagi gak ada pekerjaan. Jadi, iseng saja, lalu senang dan ternyata banyak teman yang pengin cobain. Karena kue dari wortel gitu membuat banyak orang penasaran," ujar Citra. 

2. Belajar secara autodidak

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikIlustrasi kue by Dapur Miu (instagram.com/dapur_miu)

Menariknya, kedua pemilik UMKM kuliner asal Surabaya ini tak memiliki latar belakang kuliner, lho. Mereka mengandalkan internet untuk belajar secara autodidak. 

Nabila bercerita dia belajar resep hanya dari YouTube. "Awalnya melihat resep-resep di YouTube. Nah, kebetulan keluarga saya kurang suka yang manis, jadi saya sesuaikan lagi."

Citra juga menjelaskan kalau YouTube adalah salah satu sumber inspirasinya. Ia melihat resep-resep carrot cake di YouTube, lalu menyesuaikannya dengan seleranya. "Kalau gak cocok, tinggal ditambahkan sendiri (bahan-bahannya)," tuturnya.

3. Punya ciri khas yang spesial

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikCookies by Bellycious (instagram.com/ndutyculinary)

Usaha kuliner rumahan cukup meningkat sejak pandemik, karena banyak orang yang pengin ngemil selama di rumah saja. Namun, untuk bersaing dengan yang lain, kita perlu memiliki ciri khas yang spesial.

Nabila menjelaskan alasan memilih soft cookies adalah karena segmentasi pasar dan lebih mudah melakukan inovasi. "Alasannya adalah segmentasi pasar dan lebih mudah inovasinya. Kalau kami setiap bulan selalu berusaha membuat hal yang baru, istilahnya special edition."

Selain itu, Bellycious selalu mengeluarkan seasonal menu setiap bulan. Jadi, hal tersebut membuat produknya menjadi berbeda. "Selain enam varian menu utama, kami selalu mengeluarkan menu yang terbatas. Cookies kami juga gak terlalu manis, sehingga rasanya pas," ujar Nabila.

Sedangkan, Dapur Miu selalu mengutamakan kualitas produknya. Mulai dari menggunakan bahan-bahan terbaik hingga peralatan memasak yang bersih. 

"Kue yang laris seperti lapis legit dan kue wortel itu kami bikin di rumah dengan bahan-bahan berkualitas dan alat-alat sendiri," kata Citra.

4. Sistem pemesanan dengan preorder

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikGiant cookies by Bellycious (instagram.com/jalanjajan.sby)

Kedua produk UMKM ini menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan segar. Untuk mempertahankan rasanya, kue harus dibuat berdasarkan pesanan. Jadi, mereka memilih sistem preorder.

Meski awalnya sempat ada keraguan, Bellycious mulai percaya diri karena meningkatnya pesanan. "Takut gak ada yang beli, tetapi setelah dijalankan dan pembeli mulai antusias, kami berani produksi."

Ditambah sudah ada yang membantu untuk bagian produksi dan pengemasan. Sehingga, Bellycious sanggup melayani pemesanan yang terus meningkat. 

Berbeda dengan alasan Dapur Miu yang menggunakan sistem preorder, karena masih dikerjakan sendiri. "Saya sistem preorder saja, karena kalau setiap hari dikerjakan masih belum sanggup," jelasnya. 

Bagi kamu yang tertarik dengan produk mereka, keduanya menggunakan pemesanan melalui online. Kamu bisa membeli cookies Bellycious melalui direct message Instagram @bellycious.sub, WhatsApp, ojek online, atau e-commerce.

Sedangkan, bagi yang ingin mencoba aneka kue unik dari Dapur Miu, kamu juga bisa melakukan pemesanan melalui direct message Instagram @dapur_miu atau pesan WhatsApp. 

Baca Juga: 10 Pilihan Camilan Homemade Enak di Surabaya, Teman Asyik Selama PPKM

5. Tantangan dan pengaruh pandemik terhadap penjualan

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikKue keju by Dapur Miu (instagram.com/dapur_miu)

Membuka usaha di tengah pandemik tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi ada banyak kompetitor yang juga merambah di bisnis kuliner juga. 

Saat ditanya mengenai tantangan dan pengaruh dalam menjalankan UMKM kuliner, jawaban keduanya hampir sama. Terutama dalam memasarkan produk dengan memanfaatkan fitur media sosial supaya dikenal banyak orang. 

"Kalau dari saya pemasarannya gak pernah berhenti. Terutama dengan Instagram Ads dan paid promote, hal itu ngaruh banget supaya orang bisa mengenal produk kami," kata Nabila. 

Begitu pula dengan Citra, ia menjelaskan bahwa mengandalkan media sosial untuk pemasaran. Tantangannya perlu konsistensi dan belajar lebih dalam mengenai pemasaran di media sosial. 

"Saya juga menggunakan cara yang sama, tetapi saya harus belajar lagi karena merasa masih kurang konsisten," ungkapnya. 

Namun, keberuntangan berpihak pada mereka. Bahkan saat diberlakukan pembatasan kegiatan sosial secara masif, seperti PSBB dan PPKM. Usaha kuliner mereka justru meningkat karena banyak yang pesan secara online. 

"Kalau Bellycious, Alhamdulillah gak ngaruh, karena produksinya masih di rumah. PPKM kemarin pun naik, karena banyak yang beraktivitas di rumah, jadi mereka mencari makanan secara online." 

Senada dengan Bellycious, Dapur Miu mengalami hal yang sama. Penjualan meningkat saat pandemik. "Kami juga banyak yang pesan dari rumah. Mulai dari pemesanan untuk kue ulang tahun atau hadiah."

6. Melakukan strategi yang tepat

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikLapis legit roll by Dapur Miu (instagram.com/dapur_miu)

Menjalani usaha tentunya gak terlepas dari yang namanya strategi. Untuk tetap bertahan selama pandemik, kedua UMKM ini menerapkan beberapa cara melalui media sosial. 

Kata Nabila, "Kalau dari Bellycious, kami mengingatkan lagi kepada teman-teman, seperti melakukan broadcast, memberitahu menu kami yang menarik, menciptakan promo atau giveaway untuk memancing pembeli."

"Dapur Miu juga melakukan hal yang sama, kami kembali posting Instagram Story untuk mengingatkan, misalnya posting untuk beberapa kali dalam seminggu," tutur Citra.

Saat ditanya mengenai inovasi baru, keduanya memiliki fokus yang berbeda. Bellycious akan membuat produk baru, sedangkan Dapur Miu memilih untuk fokus dengan pemasarannya terlebih dahulu.

"Bellycious akan membuat cookies dengan bentuk yang berbeda. Kami masih proses, mungkin akan keluar sekitar bulan depan. Rencananya pengin membuat bento cake, tetapi kami ganti sponge cake-nya dengan cookies, luarnya didekorasi."

"Sedangkan, Dapur Miu pengin fokus ke pemasarannya dulu, karena semuanya masih dilakukan sendiri. Kalau ingin membuat produk baru, Citra khawatir gak bisa fokus. 

Salah satu strategi yang dilakukan para pemilik usaha adalah membuka reseller. Namun, untuk hal ini, mereka merasa belum siap dan dinilai lebih berisiko. Mereka lebih memilih konsisten produksi dan pemasaran dahulu, karena dirasa lebih sulit. 

Selain dinilai produksi yang gak mudah, kue pun gak bisa bertahan lama. Terutama soal pengiriman, keduanya mengaku belum berani untuk kirim ke luar negeri. 

"Sejauh ini, soft cookies belum bisa tahan lama, hanya bisa bertahan sekitar tujuh hari. Kalau di kulkas bisa dua pekan," jelas Nabila. 

Bahkan, kue wortel di Dapur Miu gak bisa bertahan lebih dari satu pekan. Lebih baik cepat dihabiskan, kata Citra. 

7. Pesan khusus dan tips untuk pemula

Kisah Menarik Dua UMKM Kuliner Surabaya yang Lahir di Masa PandemikCookies by Bellycious (instagram.com/bel.motret)

Mengakhiri program Ngobrol Seru bersama IDN Times, mereka berbagi tips dan pesan khusus untuk anak muda yang ingin memulai usaha kuliner. 

Nabila menjelaskan bahwa harus yakin dan banyak belajar. "Dari saya harus mantap dulu, banyak riset, banyak belajar, tetapkan target pasarnya, lalu jangan pelit untuk keluar modal di awal, seperti memberikan tester atau produk gratis untuk mencari loyal customer."

Sedangkan, Citra menekankan untuk konsisten dan harus berani tampil beda. "Hal yang penting adalah konsisten, lalu harus membuat sesuatu yang beda, misalnya menciptakan ciri khas produk kalian sendiri."

Citra dan Nabila sependapat tentang usaha berani mengeluarkan modal lebih saat memulai usaha kuliner. "Pemasarannya juga jangan terlalu pelit saat masih di awal. Berikan giveaway atau tester ke calon pembeli," kata mereka.

Itu dia kisah menarik dari dua UMKM kuliner asal Surabaya. Semoga kisah kali ini bisa menginspirasi kamu untuk semangat menciptakan hal baru dalam dunia kuliner. Siap memulai?

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tempat Makan Croffle di Surabaya, Banyak yang Homemade

yummy-banner

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya