Mie mala sempat menjadi tren pada pertengahan tahun 2018. Para pecinta pedas menyukai sensasi kebas dari makanan ini.
Sumber sensasi kebas itu berasal dari biji kecil yang digunakan sebagai bumbunya, namanya biji lada Sichuan atau huajiao dalam bahasa Tiongkok. Huajiao sebenarnya bukan termasuk rumpun lada, melainkan klan keluarga jeruk-jerukan.
Beberapa orang salah menyebut huajiao sebagai biji mala. Padahal mala adalah gabungan dari dua aksara Tiongkok, ma dan la, yang berarti pedas dan kebas.
Selain lada Sichuan, cabai kering, doubanjiiang, cengkeh, bunga lawang, adas, kapulaga hitam, jahe, kayu manis, dan biji wijen biasanya juga digunakan untuk bumbu mala. Variasinya pun banyak, tergantung si pembuat resep.
Belum diketahui secara pasti kapan bumbu mala muncul pertama kali. Namun, beberapa sumber menyebutkan bumbu pedas ini diciptakan sekitar abad ke-19 di Chongqing, Tiongkok.
Bumbu mala bisa menghilangkan bau tak sedap, sekaligus mengawetkan jeroan sapi. Tekstur daging juga akan menjadi lebih lembut jika dicocol dengan saus bumbu mala.
Bumbu mala ini bisa diolah menjadi beragam hidangan, termasuk mie mala. Sajian pertama dengan citarasa mala adalah Ma La Tang, yang berarti sup pedas dan bikin kebas.
Ma La Tang ini sejenis hot pot yang biasanya dinikmati bareng kuah kaldu ayam. Di negeri asalnya, Tiongkok, Ma La Tang populer di Beijing. Selain itu, bumbu mala juga biasa digunakan untuk barbeque.
Untuk rasa sensasi pedas dan bikin kebas, Indonesia punya andaliman. Dengan nama ilmiah Zanthoxylum acanthopodium, andaliman masih satu jenis dengan lada Sichuan.
Perbedaannya ada pada rasanya. Andaliman punya sedikit rasa sereh dan pandan.
Beberapa makanan yang menggunakan andaliman yakni masakan khas Batak Toba seperti arsik, saksang, dan mie gomak. Selain itu, rempah kebas ini digunakan dalam masakan Minang, seperti rendang dan balado.
Nah, itulah beberapa fakta unik biji mala yang harus kamu tahu. Anyways, kamu sudah pernah makan mie mala yang terkenal pedas itu gak?