Daging sapi kobe punya status dan prestise yang sangat tinggi. Bayangkan daging dengan fat marble yang mewah, sehingga seperti meleleh di lidah saat dimakan.
Daging sapi kobe dibanderol dengan harga cukup fantastis. Tapi sebenarnya, harga yang selangit itu sebanding dengan kualitas dan perawatan si sapi. Hanya sekian ekor sapi yang mendapat sertifikasi kobe setiap tahunnya lho!
Lalu, kenapa daging kobe begitu istimewa? Yuk, simak beberapa fakta-fakta uniknya berikut ini!
Kobe bukan sekadar nama. Ini adalah predikat atau status yang didapat setelah melewati tahap seleksi yang ketat.
Menurut The Japan Meat Grading Association, daging sapi kobe harus didapat dari sapi jenis wagyu. Kemudian, sapi wagyu ini harus dilahirkan, diternak, disembelih, dan diproses di Provinsi Hyogo yang beribu kota di Kobe.
Syarat lainnya, sapi harus berumur sekitar 28 hingga 60 bulan dan mendapat skor kualitas daging yang memadai. Menurut data, hanya 5.500 ekor yang memenuhi syarat setiap tahunnya.
Menurut foodandwine.com, Jepang hanya mengekspor 10 persen dari jumlah sapi kobe yang tersedia. Karena jumlah sapi yang memenuhi syarat hanya sekitar 5.000 ekor, maka hanya 500 ekor sapi yang diekspor ke negara-negara lain di seluruh dunia. Restoran yang ingin menyajikan daging sapi berkelas super tinggi ini harus berlisensi, lho.
Karena proses seleksinya ketat, persediaan terbatas, dan permintaan tinggi, daging sapi kobe menjadi sangat mahal. Di wilayah asalnya, Hyogo, Jepang, daging kobe dibanderol seharga Rp3,7 juta hingga Rp6,1 juta per kilogram. Itu yang paling murah.
Karena banyak tiruannya, Kobe Beef Marketing & Distribution Promotion Association menciptakan sistem pelacakan yang unik. Setiap sapi yang sudah memenuhi syarat dilengkapi dengan akta kelahiran dan 10 digit nomor identitas. Seperti KTP!
Setiap restoran atau tempat pemotongan hewan yang menyediakan daging sapi kobe harus menunjukkan nomor identitas tersebut. Wah, ketat banget ya!
Lemak daging sapi kobe punya titik leleh yang rendah, yakni 77 derajat Fahrenheit. Angka tersebut bahkan lebih rendah dari temperatur tubuh normal manusia, 98,6 derajat Fahrenheit. Jadi lemaknya benar-benar meleleh saat dimakan.
Idealnya, daging sapi kobe disajikan sebanyak 3-4 ons per porsi dalam bentuk steik. Kamu tidak akan kuat makan lebih banyak, karena lemaknya sangat kaya dan gurih.
Sebagai alternatif, kamu bisa masak dengan cara shabu-shabu dan sukiyaki. Campurkan sekitar satu atau dua ons ke dalam kaldu. Dijamin makin nikmat dan tentu saja lebih murah.
Mungkin kita sering mendengar rumor sapi kobe yang diberi minum bir dan dipijat setiap hari. Rumor itu tidak sepenuhnya benar, meski beberapa peternak melakukannya.
Namun, satu yang pasti, sapi kobe tidak makan rumput. Kenapa? Sapi yang makan rumput justru lemaknya sedikit.
Hal paling pertama yang diperhatikan dalam diet sapi kobe adalah air bersih. Lalu, sapi kobe tidak boleh makan rumput hijau, tapi diberi makan rumput kering, batang padi, kedelai, jagung, jelai, cangkang gandum (atau bekatul gandum), dan pakan penuh nutrisi lainnya. Namun, diet pakan ini bukan bertujuan untuk menggemukkan si sapi.
Masyarakat Jepang baru menikmati daging sapi di era Kekaisaran Meiji pada akhir tahun 1800-an. Sebelum era tersebut, warga Jepang tidak boleh memakan daging hewan sesuai ketentuan Buddhisme yang menjadi mayoritas saat itu.
Setelah Kekaisaran Meiji mengakhiri isolasi Jepang dan membuka diri kepada dunia, tepat pada tahun 1872, warga Jepang diperbolehkan makan daging. Pada tahun 1919, pemerintah meningkatkan program pengembangbiakan sapi, dan muncullah istilah wagyu.
Banyak restoran yang mengklaim menyajikan daging sapi wagyu dan kobe. Dengan tahu fakta-fakta tersebut, kita jadi bisa menghindari daging sapi kobe yang palsu. Ada yang sudah pernah mencoba yang asli?