Mengapa Harga Kacang Pistachio di Indonesia Mahal? Ini 4 Alasannya

- Kacang pistachio memiliki harga tinggi di Indonesia, mulai dari Rp250.000 hingga Rp400.000 per kg.
- Pistachio butuh iklim ideal dan sistem reproduksi unik, membutuhkan waktu 4-5 tahun untuk berproduksi.
- Proses panen manual, kebutuhan air yang tinggi, dan rantai pasok yang panjang membuat harga pistachio tetap tinggi di pasar Indonesia.
Di tengah gempuran camilan kekinian, kacang pistachio tetap memiliki tempat istimewa di hati para penikmatnya. Tak bisa dimungkiri jika harga kacang berwarna hijau cerah ini seringkali membuat kita mengernyitkan dahi. Bayangkan saja di beberapa toko daring maupun supermarket di Indonesia, satu kilogram kacang pistachio bisa dibanderol mulai dari Rp250.000 hingga bahkan mencapai Rp400.000.
Angka ini tentu jauh melampaui harga kacang-kacangan populer lainnya seperti kacang tanah yang berkisar Rp30.000-Rp50.000 per kilogram, atau kacang mete yang umumnya di bawah Rp150.000 per kilogram. Lantas, apa yang membuat pistachio begitu mahal di pasaran Indonesia? Artikel ini akan mengupas tuntas empat alasan harga kacang pistachio di Indonesia mahal.
1. Proses budidaya yang sulit dan lama

Melansir The Pistachio Growers Association Inc, pohon pistachio butuh musim dingin dan panas untuk berproduksi. Saat musim dingin suhu harus di bawah 7 derajat Celsius selama sekitar 1.000 jam untuk bisa memasuki masa dormansi yang penting bagi pertumbuhan selanjutnya. Sedangkan, saat musim panas membutuhkan suhu di atas 30 derajat Celsius selama lebih dari 600 jam, bahkan suhu optimalnya berada di sekitar 37 derajat Celsius. Suhu panas inilah yang akan menghasilkan kacang dengan ukuran dan kualitas terbaik.
Kelembapan rendah, musim panas yang panjang, dan curah hujan yang minim juga menjadi syarat utama. Kombinasi iklim ideal ini hanya ditemukan di wilayah tertentu, seperti California (AS), Iran, Turki, dan sebagian kecil wilayah kering di Australia yang lahan budidayanya pun sangat terbatas.
Pistachio juga memiliki sistem reproduksi unik. Bunga jantan dan betina tumbuh di pohon yang berbeda, sehingga untuk menghasilkan kacang, pohon betina harus ditanam berdekatan dengan pohon jantan. Biasanya satu pohon jantan untuk setiap 10–15 pohon betina dan harus diletakkan di arah angin agar penyerbukan maksimal.
Pohon pistachio butuh waktu 4–5 tahun hanya untuk mulai menghasilkan beberapa kacang. Untuk mencapai puncak produksi dan menghasilkan panen melimpah, pohon ini bahkan butuh waktu 15–20 tahun.
Pohon pistachio juga mengalami fenomena yang disebut alternate bearing atau produksi bergantian. Satu tahun mereka akan menghasilkan panen yang sangat melimpah, diikuti oleh tahun berikutnya dengan produksi yang jauh lebih sedikit. Hal ini terjadi karena pohon beristirahat untuk mengumpulkan nutrisi kembali. Siklus ini menyebabkan fluktuasi pasokan di pasar yang pada akhirnya memengaruhi harga.
2. Biaya produksi yang tinggi

Meskipun teknologi pertanian sudah cukup maju, proses panen dan pemrosesan pistachio masih sangat bergantung pada tenaga kerja manusia. Ketika akan dipanen kulit pistachio yang sudah matang akan terbuka dan terlepas dari bijinya dengan mudah. Jika menggunakan mesin yang mengguncang pohon, banyak kacang yang bisa rusak saat jatuh ke tanah, sehingga panen sering kali dilakukan secara manual untuk menjaga kualitasnya.
Begitu juga dengan proses sortir setelah panen. Daun, ranting, bahkan serangga harus dipisahkan satu per satu secara hati-hati. Mesin berkecepatan tinggi justru bisa merusak kacang, sehingga peran manusia tetap dominan. Tenaga kerja manual seperti ini tentu jauh lebih mahal dibandingkan penggunaan mesin.
Belum lagi soal air. Seperti diungkapkan Green Matters, siapa sangka, satu butir pistachio ternyata membutuhkan sekitar 1,1 galon air untuk tumbuh? Angka ini jelas menunjukkan betapa borosnya pohon pistachio dalam hal kebutuhan air. Untuk wilayah yang cenderung kering di tempat pistachio biasa dibudidayakan, ini berarti biaya irigasi yang dibutuhkan sangat tinggi dan itu berdampak langsung pada ongkos produksi.
3. Permintaan pasar yang terus meningkat dengan produk terbatas

Kacang pistachio sangat populer di seluruh dunia. Bukan hanya sebagai cemilan sehat, tapi juga sebagai bahan baku berbagai produk, mulai dari kue, cokelat, selai, hingga es krim. Permintaan terhadap pistachio terus meningkat, baik dari konsumen langsung maupun industri makanan dan minuman. Bahkan tren viral seperti Dubai Chocolate yang menggunakan pistachio bisa memicu lonjakan permintaan dan harga yang signifikan.
Pasar pistachio sendiri tumbuh pesat. Dilansir Global Growt Insights, nilainya diperkirakan mencapai USD 4617 juta pada tahun 2025, dan terus naik hingga sekitar USD 6203 juta pada 2033, dengan pertumbuhan rata-rata 3,76 persen per tahun. Amerika Serikat memegang sekitar 50 persen pangsa pasar global dan juga menjadi produsen terbesar, disusul oleh Turki. Secara global, produksi pistachio telah menembus angka 747.000 metrik ton, namun tetap terasa terbatas karena kebutuhan terus meningkat.
Lebih dari 40 persen pistachio kini digunakan dalam produk gula-gula seperti cokelat, kue kering, dan olesan. Fleksibilitasnya dalam makanan manis maupun gurih juga menyebabkan lonjakan penggunaan hingga 25 persen di berbagai kategori kuliner. Tak heran pistachio semakin diminati karena dianggap sebagai camilan sehat yang kaya protein dan antioksidan. Permintaannya sebagai snack sehat pun melonjak sampai 30 persen.
Saat ini pasar pistachio juga tengah bergeser ke arah diversifikasi produk. Di tengah pasokan yang fluktuatif dan produksi yang tidak bisa langsung ditingkatkan, permintaan yang terus naik inilah yang membuat harga pistachio tetap tinggi.
4. Di Indonesia, kacang pistachio termasuk produk impor

Pistachio bukanlah komoditas yang ditanam di Indonesia, sehingga seluruh pasokan harus diimpor dari negara-negara produsen utama. Proses impor ini melibatkan biaya logistik yang signifikan, mulai dari pengiriman internasional, bea masuk, hingga biaya penanganan di pelabuhan. Fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS atau mata uang negara produsen juga berdampak langsung pada harga beli pistachio, membuat harganya cenderung tinggi di pasar domestik.
Rantai pasok pistachio di Indonesia juga turut berkontribusi pada tingginya harga. Setelah tiba di Indonesia, pistachio akan melalui beberapa lapis distributor, mulai dari importir besar, distributor regional, hingga pengecer. Setiap tahapan dalam rantai ini menambahkan margin keuntungan, yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen. Ketersediaan dan kelancaran distribusi juga memainkan peran penting. Jika terjadi gangguan pasokan dari negara asal atau masalah dalam proses logistik di Indonesia, harga dapat melonjak karena keterbatasan stok.
Harga pistachio yang mahal juga dipengaruhi oleh karakteristik produk itu sendiri. Pistachio dikenal sebagai kacang premium yang kaya akan nutrisi dan manfaat kesehatan. Permintaan yang terus meningkat di kalangan konsumen Indonesia yang semakin sadar akan gaya hidup sehat, ditambah dengan citra pistachio sebagai camilan mewah dan eksklusif, turut mendorong harga jualnya di pasaran.
Harga kacang pistachio di Indonesia mahal melampaui jenis kacang-kacangan lain, ternyata tidak lepas dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Meskipun demikian, nilai gizi dan cita rasa unik yang ditawarkan pistachio seringkali dianggap sepadan dengan harganya bagi para penikmatnya.