Potret menu Golden Crocetta di Osteria GIA Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)
Selesai memasak Black Ink Risotto, Chef Tommaso menyajikan langsung makanan tersebut di meja tamu sembari bercerita tentang makanan tersebut. "Resep ini saya dapatkan dari ibu dan nenek saya di Italia," ujarnya.
Sebelum menyantap hidangan utama, penulis mencicipi hidangan pembukanya, yakni Golden Crochetta. Makanan ini terbuat dari daging bebek dan ayam yang dihaluskan, kemudian digoreng renyah dan disantap dengan saus chervil-chive. Sajian ini terinspirasi dari masa kecil Chef Tommaso, saat ia mulai belajar menikmati ayam lewat tekstur renyah.
Saat masuk ke dalam mulut, tekstur renyahnya memang langsung terasa, lalu diikuti dengan tekstur lembut di bagian dalam. Saus chervil-chive yang masam, gurih, dan segar menjadi penyeimbang rasa pada sajian ini.
Potret menu Scallop Agilo Olio di Osteria GIA Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)
Selanjutnya, ada Scallop Aglio Olio, berupa pasta linguine yang dimasak dengan white wine, asparagus, dan bottarga. Hidangan ini terinspirasi dari liburan musim panasnya di Forte dei Marmi, Italia. Setiap membuatnya, ia teringat kenangan pertama saat ia jatuh cinta pada scallop.
“Setiap suapan dari hidangan ini adalah sapaan manis dari laut dan matahari,” kata Chef Tommaso.
Potret menu Wagyu Peposo e Polenta di Osteria GIA Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)
Hidangan ketiga, yakni Wagyu Peposo e Polenta, menjadi yang paling bermakna bagi Chef Tommaso. Neneknya sering membuatkan makanan ini setiap hari Minggu sebagai santapan makan siang keluarga. Daging wagyu shin shank dimasak perlahan selama 12 jam dengan lada hitam, kemudian disantap bersama polenta taleggio.
Saat menyantapnya, penulis merasa familier dengan rasanya, karena mirip rendang. "Daging ini memang mirip rendang. Kami menyesuaikan bumbunya dengan lidah orang Indonesia, tanpa kehilangan taste Italia," uja Chef Tommaso. Keunikan daging ini semakin semakin terasa saat dimakan dengan polenta taleggio, sejenis bubur jagung.
Potret menu Black Ink Risotto di Osteria GIA Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)
Dan yang terakhir adalah Black Ink Risotto yang dimasak langsung oleh Cheh Tommaso. Tekstur carnaroli rice-nya memang lebih lembut, tetapi masih ada sentuhan renyahnya. Tinta hitam dari cumi-cuminya memberikan sensasi yang nikmat dan gurih. Semua bahan dan bumbu yang digunakan menyantu sempurna.