ilustrasi masker (pixabay.com/Alexas Fotos)
Bahan masker scuba dan buff yang tipis menjadi salah satu alasan kenapa dua masker tersebut dikatakan tidak efektif. PT KCI menyebut bahwa masker tersebut hanya mampu mencegah virus, debu, dan bakteri sebanyak 5 persen.
Turut menanggapi imbauan dari PT KCI, Juru Bicara Satgas COVID-19, Prof. drh. Wiku Adisasmito, MSc. Ph.D., setuju bahwa masker scuba tidak cocok untuk mencegah COVID-19.
"Masker yang baik adalah masker bedah dan ini biasanya digunakan untuk terutama orang-orang yang sedang sakit atau memiliki gejala dan juga bisa menggunakan masker kain untuk masyarakat yang sehat," kata Prof. Wiku dalam konferensi pers daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/9/2020).
Dia mengatakan, masker kain yang bagus adalah masker berbahan katun dan berlapis 3 karena mampu memfiltrasi dan menyaring partikel virus. Sementara itu, masker tipe scuba atau buff hanya memiliki satu lapis. Lapisan tersebut pun tipis, sehingga tidak efektif untuk melindungi penggunanya dari virus.
"Masker scuba atau buff ini adalah masker dengan satu lapis saja dan terlalu tipis sehingga kemungkinan untuk tembus tidak bisa menyaring lebih besar. Maka dari itu, disarankan untuk menggunakan masker yang berkualitas," terang Prof. Wiku.
Selain itu, laki-laki usia 56 tahun ini juga mengatakan bahwa masker scuba sering mudah ditarik ke bawah sampai dagu, sehingga membuat fungsi masker menjadi tidak efektif dalam mencegah virus.
Masker, apa pun jenisnya, harus dipakai dengan benar, yaitu menutupi batang hidung sampai mulut dan dagu serta rapat di pipi.
Menurut keterangan dari penelitian dari Universitas Oxford, Inggris, kain yang dipakai untuk masker harus memiliki tingkat ketahanan dari penularan virus corona sebanyak 70 persen. Penelitian tersebut juga menyebut, untuk meningkatkan ketahanan masker, kamu bisa menggunakan tisu yang dilipat menjadi tiga lapis lalu dimasukkan ke dalam masker.
WHO sendiri mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker tiga lapis karena dinilai efektif untuk melindungi kita dari paparan virus penyebab COVID-19.