TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sinar UV Ampuh Lawan Virus di Lingkungan, tapi Tak Sembuhkan COVID-19

WHO sudah memperingatkannya

chinadaily.com.cn

Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar disinfektan dan sumber vitamin kulit yang natural dari alam. Tenaga yang diberikan lewat cahaya matahari ini sekarang dibuat sedemikian rupa, direkayasa, sehingga kamu tetap bisa merasakan sinar UV tanpa perlu berjemur di matahari. Tengok saja adanya alat UV yang berguna untuk menggelapkan kulit.

Kemampuan alami disinfektan sinar UV menjadi perhatian bagi orang-orang saat ini mengingat di kala pandemik, disinfektan sangatlah dibutuhkan orang-orang. Beberapa perusahaan pun mencoba memberikan alternatif solusi mengurangi kekhawatiran dengan memberikan metode penyinaran UV kepada orang.

Namun apakah ini efektif dan memang benar mampu menekan perkembangan COVID-19? Apakah sinar UV bisa membunuh virus corona? Berikut penjelasannya dari berbagai jurnal.

1. Sinar UV mampu menonaktifkan bakteri dan virus

frarborists.com

Sudah ada uji coba efek sinar UV terhadap mikroorganisme dan sudah ada pula jurnal yang menuliskan hasilnya. Jurnal berjudul “Far-UVC light: A new tool to control the spread of airborne-mediated microbial diseases” menyebutkan setidaknya sinar UV memang cukup ampuh untuk menonaktifkan virus di tubuh. Setidaknya ia bisa menjadi metode untuk membatasi penyebaran penyakit lewat udara, seperti influenza dan tuberculosis.

Melansir situs resmi World Health Organization (WHO), sinar matahari memberikan kehangatan dan cahaya yang meningkatkan perasaan tenang dan merangsang sirkulasi darah. Dalam porsi yang tepat, radiasi UV sangat penting bagi tubuh, karena merangsang produksi vitamin D. Vitamin D memiliki fungsi penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan, serta memainkan peran penting dalam pengembangan kerangka, fungsi kekebalan tubuh dan pembentukan sel darah

Sinar matahari memang sangat penting buatmu, tapi tidak perlu berjemur terlalu lama. Waktu 5 hingga 15 menit paparan sinar matahari yang lembut pada tangan, wajah dan lengan dua hingga tiga kali seminggu, di bawah jam 9 pagi di Indonesia, sudah cukup untuk menjaga kadar vitamin D kamu tetap tinggi. Semakin dekat lokasimu ke garis khatulistiwa, di mana tingkat UV lebih tinggi, waktu pemaparan yang lebih sebentar malah sudah cukup untuk kesehatanmu.

Baca Juga: 13 Mitos Virus Corona yang Salah Kaprah, Jangan Terlalu Mudah Percaya!

2. Harapan akan pengaruh efek sinar UV muncul karena efektif terhadap virus H1N1

hub.jhu.edu

Dituliskan di Digital Trends, sinar UV tergolong ampuh mengatasi SARS dan MERS yang masih satu keluarga dengan COVID-19. Tidak terlalu mengagetkan jika orang-orang pada akhirnya berharap banyak akan sinar UV sebagai solusi yang mampu menekan penyebaran pandemik ini. Sayangnya tidak ada jurnal lebih lanjut yang bisa mengatakan sinar UV ampuh mengatasi COVID-19.

3. Untuk kasus COVID-19, sinar UV tidak berpengaruh menekannya

Pexels.com/Cottonbro

WHO telah mengumumkan jika sinar UV tidak memberikan dampak apa pun kepada COVID-19. Dalam artikel penyangkalan mitos tersebut, WHO memang tidak memberikan contoh gagalnya penggunaan teknologi sinar UV kepada manusia.

who.int

Akan tetapi mereka mencontohkan bagaimana negara-negara yang memiliki cahaya matahari kuat dan terkenal panas sekali pun tetap mendapatkan kasus penularan COVID-19. Tidak peduli seberapa lama kamu berjemur, itu tidak akan mampu menangkal COVID-19 jika kamu memang sudah tertular.

Baca Juga: 10 Cara Menghindari Virus Corona ketika Terpaksa Pergi ke Luar Rumah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya