TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mitos Keliru seputar Stroke, Ketahui Faktanya!

Cari tahu faktanya agar mendapatkan penanganan yang tepat

ilustrasi penanganan pasien yang mengalami serangan stroke (aamc.org)

Stroke adalah penyakit yang terjadi karena adanya sumbatan yang menghalangi pasokan darah ke otak atau pembuluh darah yang pecah.

Menurut data dari World Stroke Organization, ada lebih dari 12,2 juta kasus stroke baru setiap tahunnya. Setiap tahunnya, lebih dari 16 persen dari semua jenis stroke terjadi pada usia 15–49 tahun; 62 persen dari semua stroke dialami pada orang usia di bawah 70 tahun, 47 persen dari semua stroke dialami laki-laki; dan 53 persen dari semua stroke dialami perempuan.

Seiring peningkatan jumlah kasus stroke, makin banyak mitos-mitos keliru yang beredar di masyarakat mengenai penyakit ini, mulai dari gejala, penanganan, serta pencegahannya. Inilah beberapa mitos seputar stroke beserta faktanya yang mungkin pernah kamu dengar sebelumnya.

1. Penyakit stroke tidak dapat dicegah

ilustrasi gaya hidup sehat untuk mencegah stroke. (pexels.com/marcus-aurelius)

Banyaknya orang yang mengalami stroke membuat beberapa orang berpikir bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan tidak bisa dicegah. Padahal, stroke bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Dilansir Medical News Today, kita dapat menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah atau meminimalkan risiko stroke, seperti menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang, rutin olahraga, menghindari atau membatasi konsumsi alkohol, mengelola stres dengan baik, termasuk cek kesehatan secara berkala.

Baca Juga: Irama Jantung Tidak Teratur Meningkatkan Risiko Stroke?

2. Stroke hanya bisa menyerang lansia

ilustrasi stroke pada usia muda (usa.edu)

Mitos lainnya yang cukup sering didengar adalah bahwa stroke hanya dialami usia lanjut atau lansia. Faktanya, stroke pun dapat menyerang usia yang lebih muda, bahkan bayi baru lahir juga bisa mengalaminya.

Dilansir Everyday Health, sekitar 10 sampai 15 persen pasien stroke berada pada rentang usia 18 sampai 50 tahun. Stroke pada usia muda bisa terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat. Sementara pada bayi baru lahir, stroke dapat terjadi karena adanya pengentalan dan pembekuan darah.

Melihat banyak orang yang mengalami stroke pada usia muda atau usia produktif, maka kita harus berhati-hati dan tidak boleh menyepelekan kondisi medis serius ini. Jadi, mulai sekarang terapkan pola hidup sehat, ya.

3. Gejala stroke sulit dikenali

Ilustrasi pasien stroke (healthline.com)

Mitos seputar stroke selanjutnya adalah gejalanya yang katanya tidak dapat dikenal. Faktanya, beberapa orang bisa mengenali gejala stroke jika peka terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh.

Untuk mengidentifikasi gejala stroke, ada akronim FAST yang dapat membantu, yang mana ini pertama kali diperkenalkan tahun 1998 di Inggris. FAST adalah akronim dari:

  • F: Face, yaitu wajah mati rasa atau terkulai di satu sisi wajah versus sisi wajah lainnya. Minta orang tersebut untuk tersenyum dan wajah akan tampak makin terkulai.
  • A: Arm , mengacu pada satu lengan yang terasa lemah atau mati rasa dibanding lengan satunya. Minta orang yang bersangkutan untuk mengangkat kedua lengannya lalu tahan hingga 10 hitungan. Jika satu lengan jatuh atau menurun, ini bisa menjadi tanda stroke.
  • S: Stability, yaitu kemantapan kaki. Terkadang individu akan jatuh, merasa sangat pusing, atau tidak dapat berdiri tanpa bantuan. Kesulitan menjaga keseimbangan, kesulitan berjalan, dan kehilangan koordinasi adalah kemungkinan gejala stroke.
  • T: Talking, mengacu pada perubahan dalam ucapan, termasuk kata-kata yang tidak jelas, tidak masuk akal, atau ketidakmampuan untuk merespons dengan tepat. Individu yang mengalami stroke mungkin sulit untuk dipahami, atau ia mungkin kesulitan memahami orang lain. Minta orang tersebut untuk mengulangi kalimat sederhana.

Selain itu, dilansir Beaumont, beberapa ahli atau institusi kesehatan mengembangkan akronim FAST menjadi FASTER, yaitu:

  • E: Eyes, yang mengacu pada perubahan penglihatan. Perubahan penglihatan ini dapat muncul secara tiba-tiba dan dapat mencakup kehilangan penglihatan total pada satu mata, penglihatan ganda, dan kehilangan sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata.
  • R: React, yaitu pengingat untuk segera mencari pertolongan medis, seperti ambulans, bila mendapati gejala-gejala stroke di atas. Bahkan, jangan menunda untuk mencari bantuan medis jika gejala tampak mereda dan ingat-ingatlah kapan gejala muncul.

4. Semua orang yang menderita stroke mengalami kelumpuhan 

ilustrasi pasien stroke yang menjalani masa pemulihan (hopkinsmedicine.org)

Salah satu komplikasi dari stroke adalah kelumpuhan. Namun, tidak semua orang yang terserang stroke mengalaminya.

Menurut penelitian, sebanyak lebih dari 50 persen pasien stroke yang mengalami kelumpuhan adalah orang yang usianya di atas 65 tahun. Selain faktor usia, tingkat keparahan serangan stroke serta cepat atau lambatnya penanganan stroke juga turut berkontribusi.

Oleh sebab itu, orang yang mengalami gejala stroke harus segera mencari pertolongan darurat agar tidak terjadi kelumpuhan serta komplikasi serius lainnya.

Baca Juga: Kenali Gejala Stroke Ringan, kalau Dibiarkan Bisa Jadi Stroke!

Verified Writer

Lois Maria Andries

19

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya