TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tahun 2100, Jumlah Anak yang Lahir akan Turun Drastis

Jumlah penduduk beberapa negara akan berkurang

ilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Intinya Sih...

  • Jumlah anak yang lahir akan mengalami penurunan drastis di sebagian besar wilayah di dunia, memicu perubahan sosial yang mengejutkan.
  • Lebih dari 3/4 negara tidak akan mampu mempertahankan jumlah penduduknya pada tahun 2050, dengan lebih dari 97 persen negara dan wilayah menghadapi masalah ini.
  • Tingkat kesuburan global diperkirakan menurun di sebagian besar wilayah di dunia, tetapi terjadi lonjakan tingkat kesuburan yang relatif tinggi di banyak negara berpendapatan rendah, terutama di Afrika sub-Sahara bagian barat dan timur.

Dalam beberapa dekade mendatang, diperkirakan jumlah anak yang lahir akan mengalami penurunan drastis di sebagian besar wilayah di dunia, sehingga memicu “perubahan sosial yang mengejutkan”.

Penurunan tingkat kesuburan akan sangat parah sehingga lebih dari 3/4 negara tidak akan mampu mempertahankan jumlah penduduknya pada tahun 2050. Dengan kata lain, jumlah penduduknya akan menurun. Pada akhir abad ini, lebih dari 97 persen negara dan wilayah akan menghadapi masalah ini, menurut studi dalam jurnal The Lancet pada 20 Maret 2024.

Baca Juga: Apakah Aborsi Memengaruhi Kesuburan?

Ada perbedaan tingkat kesuburan

Hal ini merupakan temuan utama dari studi baru mengenai tingkat kesuburan global—jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan sepanjang hidupnya—yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Fakultas Kedokteran, Universitas Washington.

Penelitian tersebut dilakukan menggunakan data kesuburan dan kelahiran hidup dari Global Burden of Disease, Injuries, and Risk Factors Study 2021.

Kemungkinan besar kita akan menghadapi “dunia yang terpecah secara demografis”. Meskipun tingkat kesuburan diperkirakan menurun di sebagian besar wilayah di dunia, tetapi akan terjadi lonjakan tingkat kesuburan yang relatif tinggi di banyak negara berpendapatan rendah, terutama di Afrika sub-Sahara bagian barat dan timur.

Sekitar 77 persen kelahiran diperkirakan terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah pada akhir abad ini. Misalnya, 29 persen bayi di dunia lahir di Afrika sub-Sahara pada tahun 2021, tetapi angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 54 persen bayi pada tahun 2100.

“Kita sedang menghadapi perubahan sosial yang mengejutkan sepanjang abad ke-21. Dunia akan secara bersamaan menghadapi 'baby boom' di beberapa negara dan 'baby bust' di negara lain,” kata Profesor Stein Emil Vollset, penulis senior dari IHME dalam sebuah pernyataan kepada IFLScience.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya