TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kortisol, Hormon Stres yang Wajib Dikendalikan 

Walau dibutuhkan, tapi kalau kurang atau lebih bisa bahaya

pexels.com/Pixabay

Dalam menjalani kehidupan, rasanya tak mungkin semua hal berjalan mulus tanpa masalah. Mulai dari tugas yang menumpuk, tekanan dari atasan, desakan finansial, hubungan yang tidak harmonis, dan berbagai permasalahan lainnya.

Rentetan permasalahan dalam hidup bisa memicu timbulnya stres atau depresi. Nah, salah satu respons tubuh saat sedang stres adalah peningkatan kadar hormon kortisol.

Dilansir Everyday Health, kortisol adalah hormon steroid yang membantu tubuh merespons stres. Itulah kenapa hormon ini sering dijuluki "hormon stres". Kadarnya akan meningkat ketika kamu lagi stres atau depresi.

Berdasarkan sebuah penelitian dalam jurnal “Biosaintifika” tahun 2012, disebutkan bahwa terjadi peningkatan sekresi kortisol pada seseorang yang sedang dalam kondisi stres dan ketergantungan obat seperti penyalahgunaan narkotika.

Karena berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental, yuk, mengenal lebih jauh tentang hormon kortisol!

1. Diproduksi di kelenjar adrenal

pexels.com/Kat Jayne

Melansir laman You and Your Hormones, kortisol adalah salah satu hormon steroid yang dihasilkan di kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal adalah kelenjar kecil penghasil hormon yang letaknya di atas ginjal. Sekresi hormon ini dikendalikan oleh hipotalamus di otak, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal.

Kortisol dilepaskan ke dalam aliran darah dan dialirkan ke seluruh tubuh. Kebanyakan sel tubuh memiliki reseptor kortisol. Oleh karena itu, hormon ini memiliki berbagai peranan yang berbeda-beda di dalam tubuh.

Baca Juga: 7 Dampak Buruk Gunakan Smartphone,  Suara Notifikasi Bisa Buat Stres

2. Peran penting kortisol dalam tubuh

pexels/Hassan OUAJBIR

Walaupun dikenal sebagai hormon stres, kortisol sebetulnya memiliki banyak peranan bagi tubuh. Dilansir laman organisasi The Hormone Health Network, fungsi kortisol di antaranya adalah:

  • Mengontrol kadar gula darah.
  • Mengatur metabolisme.
  • Membantu mengurangi inflamasi atau peradangan.
  • Membantu membentuk memori.
  • Mengontrol keseimbangan garam dan air dalam tubuh.
  • Membantu mengontrol tekanan darah.
  • Mendukung perkembangan janin selama kehamilan.

3. Kadar kortisol yang terlalu tinggi atau rendah dapat membahayakan kesehatan

pexels.com/Andrea Piacquadio

Dikutip dari Everyday Health, secara alami kadar hormon kortisol naik dan turun secara alami sepanjang hari. Kadarnya mencapai level tertinggi pada pagi hari dan terendah pada malam hari. Namun, pola tersebut bisa berubah pada orang yang bekerja dengan shift tidak teratur atau terlalu banyak tidur di siang hari.

Selain itu, adanya kelainan pada kelenjar adrenal juga berpengaruh pada pola kadar kortisol tersebut.

Seperti yang tertulis di laman You and Your Hormones, produksi hormon kortisol yang tidak normal (terlalu tinggi atau rendah) bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Kelebihan hormon kortisol bisa menyebabkan sindrom Cushing. Gejalanya yaitu tekanan darah tinggi, wajah memerah, kelemahan pada otot, sering haus dan buang air kecil, perubahan mood seperti merasa sedih, cemas atau depresi, kenaikan berat badan, osteoporosis, dan muncul memar atau stretch mark keunguan pada kulit.

Sementara itu, kekurangan hormon kortisol bisa mengakibatkan penyakit Addison. Gejala yang ditimbulkan adalah kelelahan, pusing (terutama saat berdiri), penurunan berat badan, perubahan mood, dan area kulit menjadi lebih gelap.

4. Cara mengendalikan hormon kortisol 

pexels.com/Just Name

Pada kondisi normal, tubuh dapat memproduksi kortisol sesuai dengan kebutuhan. Namun, jumlah kortisol yang terlalu tinggi bisa memberikan efek negatif bagi kesehatan.

Bersumber dari Medical News Today, berikut ini adalah hal-hal yang bisa kamu lakukan untuk menurunkan kadar kortisol:

  • Belajar untuk bisa mengelola stres dengan lebih baik dan berusaha mengenali serta mengendalikan pemicu stres untuk mengurangi kecemasan.
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang seperti cokelat hitam, pisang, pir, teh hijau atau hitam, dan yoghurt. Di samping itu, perhatikan jumlah asupan gula dan minum cukup air untuk mencegah dehidrasi.
  • Istirahat cukup setiap hari.
  • Relaksasi dengan melakukan meditasi atau latihan pernapasan sederhana untuk membantu mengurangi stres.
  • Melakukan hobi.
  • Belajar untuk relaks dan bergembira.
  • Olahraga secara teratur.
  • Menghindari konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein pada malam hari yang bisa menyebabkan sulit tidur.
  • Memiliki hubungan yang baik dengan teman, pasangan, dan keluarga
  • Mempunyai hewan peliharaan bisa membantu menurunkan kadar kortisol. Berdasarkan sebuah studi dalam “SAGE Journals” tahun 2019, partisipan yang berinteraksi secara langsung dengan hewan peliharaan (kucing atau anjing) memiliki kadar kortisol yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak.
  • Mengonsumsi suplemen seperti minyak ikan dan ashwagandha atau ginseng India juga bermanfaat untuk mengurangi kadar kortisol. Namun, sebelum mengonsumsinya sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter.

Baca Juga: 5 Perbedaan antara Sedih, Stres dan Depresi yang Harus Kamu Ketahui

Verified Writer

Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya