Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hubungan inses (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi hubungan inses (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Intinya sih...

  • Inses adalah hubungan seksual antara individu yang memiliki hubungan darah dekat, seperti orangtua dengan anak atau antarsaudara kandung.
  • Batasan mengenai inses bisa berbeda-beda tiap budaya, tetapi hampir semua sepakat bahwa ini merupakan pelanggaran serius.
  • Inses dapat menyebabkan trauma berkepanjangan dan masalah kesehatan mental serta fisik pada korban.

Ketika mendengar istilah inses, mungkin kamu langsung terbayang sesuatu yang tabu. Apa itu hubungan inses? Jadi, inses ini melibatkan aktivitas seksual antara individu-individu yang memiliki hubungan darah dekat atau hubungan kekeluargaan yang sangat erat.

Meski topik ini sulit dibicarakan, memahami seluk-beluk inses penting untuk edukasi dan pencegahan. Inses bukan hanya soal pelanggaran norma, tetapi juga berpotensi menyebabkan trauma berkepanjangan dan menimbulkan masalah kesehatan mental serta fisik, lho. Artikel ini akan membantumu mengenali apa itu hubungan inses dari sisi definisi, dampak kesehatan, dan aspek hukumnya. Simak sampai akhir agar kamu bisa memahami secara menyeluruh.

1. Pengertian inses dan variasi budayanya

ilustrasi cinta (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Secara umum, inses merujuk pada hubungan seksual antara individu yang memiliki hubungan darah dekat, seperti orangtua dengan anak, antarsaudara kandung, atau kakek/nenek dengan cucu, menurut Cornell Law School. Dalam banyak budaya, hubungan ini dianggap sebagai bentuk pelecehan seksual intrafamilial. Meski begitu, inses juga bisa terjadi antara orang dewasa yang berhubungan secara suka sama suka meski hubungan tersebut tetap tergolong tabu atau ilegal tergantung konteks hukum masing-masing.

Menariknya, batasan mengenai siapa saja yang termasuk dalam kategori hubungan inses bisa berbeda-beda antara satu budaya dan budaya lain. Pada beberapa budaya, pernikahan antarsepupu pertama dilarang dan dianggap sebagai inses. Sementara, pada budaya lain, hal ini justru dianjurkan. Namun demikian, hampir semua masyarakat modern sepakat bahwa hubungan seksual antara kerabat tingkat pertama dan kedua merupakan pelanggaran serius.

2. Teori, penyebab, dan faktor risiko inses

ilustrasi trauma akibat hubungan inses (pexels.com/MART PRODUCTION)

Salah satu teori yang menjelaskan kenapa inses sangat ditabukan ialah hipotesis Westermarck, yang dikembangkan oleh Edvard Westermarck pada 1891. Teori ini menjelaskan bahwa manusia secara alami mengembangkan rasa penolakan terhadap hubungan seksual dengan individu yang tinggal bersamanya selama masa awal kehidupan. Ini biasanya berlaku untuk saudara kandung dan orangtua.

Namun, ada faktor risiko yang dapat membuka peluang terjadinya inses, contohnya dalam keluarga dengan konflik antara orangtua atau saat anak tumbuh tanpa perhatian emosional dari ibu. Nah, risiko inses bisa meningkat. Kehadiran ayah tiri juga menjadi faktor risiko besar. Dilansir National Center for Health Research, anak perempuan yang diasuh oleh ayah tiri delapan kali lebih rentan terhadap pelecehan dibandingkan anak yang diasuh ayah kandung, lho.

3. Dampak psikologis dan fisik dari inses

ilustrasi trauma karena hubungan inces (pixabay.com/Anemone123)

Inses gak hanya merugikan secara hukum dan medis, tetapi juga memberikan dampak psikologis jangka panjang pada korban, terutama jika dilakukan secara paksa. Dalam banyak kasus, korban inses mengalami trauma berat. Hal ini bisa berlangsung hingga dewasa.

Menurut American Psychological Association, pengalaman pelecehan seksual dalam keluarga memiliki efek yang lebih dalam dibandingkan pelecehan oleh orang asing karena adanya unsur pengkhianatan dan kerusakan kepercayaan yang sangat personal. Adapun, dampak kesehatan fisik dan genetik yang paling umum dari inses:

  • Kelainan genetik dan cacat bawaan
    Salah satu dampak paling serius dari inses ialah meningkatnya risiko kelainan genetik. Anak-anak dari pasangan sedarah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mewarisi dua salinan gen resesif yang menyebabkan gangguan genetik langka. Menurut riset oleh Bittles dan Black (2010), risiko kelainan genetik pada anak hasil inses bisa mencapai 40 persen lebih tinggi dibanding anak dari pasangan yang tidak berkerabat.

  • Difabel mental dan perkembangan kognitif yang terhambat
    Inses juga dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan perkembangan kognitif dan mental. Hal ini terjadi akibat kombinasi antara faktor genetik dan kondisi prenatal yang gak mendukung. Hubungan sedarah pun meningkatkan potrensi autisme, keterbelakangan mental, dan gangguan perilaku.

  • Peningkatan risiko kematian neonatal dan keguguran
    Studi dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa hubungan inses dapat meningkatkan kemungkinan bayi lahir meninggal atau meninggal dalam minggu pertama kehidupan. Itu karena komplikasi genetik dan kelainan organ yang mungkin gak terdeteksi selama kehamilan. Selain itu, perempuan yang menjadi korban inses juga lebih rentan mengalami keguguran berulang dan kehamilan bermasalah.

  • Masalah reproduksi dan infertilitas
    Korban inses perempuan sering mengalami gangguan pada sistem reproduksi. Trauma fisik dari hubungan seksual yang gak wajar atau dipaksakan bisa menyebabkan kerusakan organ reproduksi, seperti rahim atau ovarium. Selain itu, stres kronis dan gangguan psikologis juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi hingga infertilitas permanen.

  • Masalah kesehatan kronis dan gizi buruk
    Anak-anak hasil hubungan inses juga dilaporkan mengalami gangguan kekebalan tubuh, gangguan metabolisme, dan gizi buruk. Banyak dari mereka lahir dengan kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan seumur hidup. Dalam keluarga disfungsional yang menjadi tempat terjadinya inses, perawatan kesehatan dan pola makan anak sering kali terabaikan.

Memahami apa itu hubungan inses bukan hanya soal mengetahui definisinya, tetapi juga memahami risiko, dampak, dan betapa pentingnya lingkungan yang aman bagi anak-anak. Inses bukan sekadar pelanggaran hukum atau norma sosial, ini adalah bentuk kekerasan seksual yang meninggalkan luka dalam bagi korban, baik secara fisik maupun mental. Semoga dengan semakin banyak orang yang memahaminya, semakin besar kemungkinan kita menciptakan lingkungan yang aman dan sehat untuk generasi mendatang.

Referensi

"Incest". Patient.info. Diakses pada Mei 2025.
"Incest". Cornell Law School. Diakses pada Mei 2025.
"Understanding Incest as Sexual Abuse". SAGE Journals. Diakses pada Mei 2025.
"Father-Daughter Incest: With or Without Violence". PubMed. Diakses pada Mei 2025.
"Violence Against Women". World Health Organization (WHO). Diakses pada Mei 2025.
"Incest". ScienceDirect. Diakses pada Mei 2025.
"Incest". IACCP. Diakses pada Mei 2025.
"What is Incest?". IDAS. Diakses pada Mei 2025.
"The Impact of Incest: Long-Term Effects". PubMed. Diakses pada Mei 2025.
"Child Abuse by Father Figures: What Kind of Families Are Safest for Children to Grow Up In?". Center for Research on Women and Families. Diakses pada Mei 202

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team