Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi yogurt dengan buah segar (pexels.com/Any Lane)

Bakteri tidak selalu identik dengan penyakit. Ada beberapa bakteri yang tidak merugikan, yang membantu tubuh mencerna makanan dan menyerap nutrisi. Contohnya Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Menurut studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity, bakteri Lactobacillus bisa membantu tubuh mengelola stres serta mencegah depresi dan kecemasan. Berikut pemaparan lengkapnya!

1. Ini adalah bakteri baik yang hidup di sistem pencernaan dan makanan fermentasi

Lactobacillus adalah bakteri baik yang hidup di sistem pencernaan. Perannya cukup vital, yaitu menjaga keseimbangan alami mikrobiota usus, meningkatkan kekebalan tubuh, dan memecah laktosa (gula alami dalam susu).

Beberapa makanan fermentasi mengandung Lactobacillus, seperti yoghurt, kefir (susu fermentasi), kimci (sayuran fermentasi yang rasanya asam pedas), pickle (acar mentimun yang direndam dalam air cuka), hingga tempe.

2. Lactobacillus membantu tubuh mengelola stres serta mencegah depresi dan kecemasan

ilustrasi stres (pexels.com/David Garrison)

Para peneliti dari University of Virginia School of Medicine memindahkan bakteri usus dari tikus yang stres ke tikus yang bebas kuman. Hasilnya, tikus yang tidak memiliki bakteri Lactobacillus menunjukkan peningkatan respons terhadap stres dan menurunkan tingkat interferon-gamma (terlibat dalam mengatur respons stres).

Apa penjelasan di balik ini? Lactobacillus yang melimpah di usus memengaruhi produksi neurotransmiter seperti serotonin dan asam gamma-aminobutyric (GABA), yang berperan penting dalam pengaturan suasana hati. Selain itu, Lactobacillus juga mengurangi peradangan di usus, yang secara tidak langsung berkontribusi pada peningkatan kesehatan mental.

Dapat disimpulkan bahwa Lactobacillus membantu tubuh mengelola stres serta berpotensi mencegah timbulnya masalah mental, seperti depresi dan kecemasan. Peneliti memproyeksikan bahwa mungkin di masa depan probiotik yang mengandung Lactobacillus menjadi terapi baru untuk mengatasi beberapa jenis gangguan mental.

3. Namun, jangan jadikan Lactobacillus sebagai pengobatan utama masalah mental

Bukan berarti kita harus mengonsumsi makanan fermentasi sebanyak-banyaknya untuk mengenyahkan stres, depresi, dan kecemasan. Perlu diingat bahwa Lactobacillus bukanlah pengganti obat yang diresepkan oleh tenaga kesehatan maupun intervensi terapeutik, tetapi bisa melengkapi pengobatan utama.

Pola makan memang berdampak pada suasana hati dan tingkat stres, tetapi itu bukan satu-satunya. Faktor lain yang tak kalah penting adalah aktivitas fisik yang teratur, tidur yang baik (dari segi kuantitas maupun kualitas), hingga kemampuan dalam memanajemen stres.

Editorial Team