ilustrasi orang yang sedang minum soda zero sugar (commons.wikimedia.org/City Foodsters)
Jadi, kita sudah tahu bahwa minuman berlabel zero sugar menggunakan pemanis buatan yang melewati rangkaian proses kimia. Lantas, apakah mengonsumsi pemanis buatan seperti itu aman untuk tubuh? Jawaban singkatnya, iya, tetapi dengan sejumlah hal yang perlu diperhatikan di baliknya.
Khusus untuk aspartame, Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dalam WHO menyebut bahwa batas konsumsi harian yang dianjurkan sekitar 0—40 mg per kg bobot tubuh orang yang mengonsumsinya dalam sehari. Jika satu kaleng minuman zero sugar mengandung sekitar 200—300 mg aspartame, maka orang dewasa dengan bobot 70 kg bisa mengonsumsi 9—14 kaleng sehari jika ia tidak menerima asupan makanan lain—yang mana hal ini pun sangat tidak dianjurkan.
International Agency for Research on Cancer (IARC) memberikan klasifikasi kategori 2B bagi aspartame. Kategori ini sendiri berarti pemanis buatan tersebut kemungkinan bersifat karsiogenik bagi manusia. WHO menyebut, dalam takaran yang sesuai dengan anjuran, aspartame sebenarnya aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, masih perlu penelitian lebih lanjut soal dampak-dampak lain, semisal kanker dan masalah jantung, yang bisa ditimbulkan pemanis buatan ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.
Dilansir WebMD, ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari aspartame. Untuk kelebihannya, pemanis buatan ini mengandung glikemik yang rendah sehingga resiko peningkatan kadar gula darah tak sebesar gula alami. Ditambah lagi, ketiadaan kalori dan karbohidrat jadi kelebihan dari pemanis buatan tersebut. Sedangkan untuk kekurangannya, aspartame dapat meningkatkan hormon kortisol pada darah yang mengakibatkan perubahan aktivitas mikroba pemecah makanan pada saluran pencernaan.
Beberapa penelitian juga menyebut kalau konsumsi aspartame yang berlebih dapat meningkatkan resiko terjangkit diabetes tipe 2. Diluar dari masalah penyakit, konsumsi pemanis buatan secara berlebih dapat mempengaruhi perilaku kita dalam memilih makanan. Misalnya, lidah bisa saja menjadi 'kebingungan' dalam mengidentifikasi rasa manis alami dengan buatan dalam konsumsi yang berlebih, mengutip Harvard University. Akibatnya, rasa manis alami, semisal pada buah, jadi kurang enak dan makanan tidak manis menjadi semakin tidak enak.
Sejumlah penyakit ataupun masalah yang disebutkan itu pun masih diteliti lebih lanjut guna membuktikan keabsahannya. Diluar daripada itu, sejatinya pemanis buatan yang sudah diperjualbelikan secara luas dalam bentuk makanan dan minuman—dalam hal ini minuman berlabel zero sugar—masuk dalam kategori aman untuk dikonsumsi. Jadi, sesekali mengonsumsi pemanis buatan memang tak masalah.
Yang jelas, pastikan kalau konsumsinya tak berlebihan dan perhatikan efek yang dapat ditimbulkan jika tubuh memiliki kondisi tertentu. Dengan demikian, kita bisa tetap merasakan keunikan rasa manis dari minuman yang sebenarnya tak mengandung gula sama sekali. Kalau kamu sendiri pernah mengonsumsi minuman dengan label zero sugar?
Referensi
Harvard Health Publishing. "Artificial sweeteners: sugar-free, but at what cost?". Diakses pada Oktober 2024.
Bloom. "Zero Sugar, Two Choices: What’s the difference between Coke Zero and Diet Coke?". Diakses pada Oktober 2024.
Today. "Zero-sugar drinks are replacing diet soda. Are they any better for you?". Diakses pada Oktober 2024.
Time. "What Experts Really Think About Diet Soda". Diakses pada Oktober 2024.