Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret rak minuman soda yang ada di swalayan (commons.wikimedia.org/Marlith)

Saat pergi ke swalayan, kita pastinya akrab dengan jenis minuman yang memiliki label zero sugar. Biasanya, minuman dengan label ini merupakan jenis minuman bersoda yang hadir dalam berbagai merek dan ukuran. Nah, hal paling menarik dari minuman ini jelas terletak pada rasanya.

Meski memiliki label zero sugar, nyatanya minuman-minuman tersebut masih terasa manis di lidah, layaknya minuman yang memakai gula. Dari sinilah ada sejumlah pertanyaan yang menarik untuk dibahas, yaitu benarkah minuman berlabel zero sugar itu sama sekali tak mengandung gula? Kalaupun tidak mengandung gula, lalu kenapa minuman-minuman itu bisa terasa manis? 

Tak hanya itu, pertanyaan soal keamanan mengonsumsi minuman berlabel zero sugar pun pasti sangat menarik untuk dibahas. Sudah penasaran dengan jawabannya, bukan? Yuk, cari tahu berbagai hal menarik dari salah satu inovasi dalam minuman manis siap saji yang satu ini!

1. Ternyata, minuman zero sugar itu benar-benar tak mengandung gula!

Minuman bersoda jadi jenis minuman dengan label zero sugar yang paling umum dijumpai. (commons.wikimedia.org/Breakingpic

Sebenarnya, produsen yang melabeli minumannya dengan sebutan zero sugar itu tidak berbohong. Sebab, pada faktanya minuman-minuman zero sugar, khususnya yang bersoda, memang tak menggunakan gula alami apa pun. Maka dari itu, minuman zero sugar pun juga tak mengandung kalori sama sekali, sesuatu yang sangat berkebalikan pada minuman yang masih menggunakan gula. Selain itu, dalam beberapa contoh minuman berlabel zero sugar, tak ada pula kandungan protein dan lemak di dalamnya.

Sebagai perbandingan, dalam satu kaleng minuman soda dengan gula di dalamnya mengandung sekitar 150 kalori, mengutip Harvard University. Dengan demikian, secara kandungan gizi di dalamnya pun ada perbedaan mencolok antara minuman yang mengandung gula dengan minuman berlabel zero sugar

Biarpun tak mengandung gula, rasa minuman zero sugar sebenarnya tak begitu berbeda dengan minuman biasa. Ditambah lagi, tak adanya kalori dan lemak membuat minuman yang satu ini terlihat menarik karena tak hanya enak, tetapi dapat menekan risiko yang dapat ditimbulkan minuman dengan pemanis gula. 

2. Kalau begitu, mengapa minuman zero sugar bisa tetap terasa manis?

potret pemanis buatan dalam berbagai jenis dan merk (commons.wikimedia.org/Evan-Amos)

Tanpa kandungan gula, tetapi bisa tetap terasa manis itu rasanya seperti sesuatu yang cukup aneh untuk minuman kemasan. Akan tetapi, nyatanya saat ini hal tersebut bukan sesuatu yang mustahil karena ada satu zat pemanis buatan yang jadi "bumbu" rahasia minuman berlabel zero sugar. Biasanya, pemanis buatan yang dipakai berjenis aspartame serta acesulfame potassium (Ace-K).

Dilansir WebMDaspartame merupakan pemanis buatan yang tak mengandung gula alami sama sekali, tetapi punya rasa yang 200 kali lebih manis daripada gula alami. Pemanis ini dibuat dari dua jenis asam amino, yakni asam aspartat dan fenilalanin. Menariknya, kedua zat tersebut sebenarnya bisa ditemukan secara alami di dalam tubuh manusia. Pemanis buatan jenis aspartame ini sudah dikembangkan sejak tahun 1965. 

Aspartame pun turut digunakan pada berbagai jenis makanan dan minuman lain di seluruh dunia. Misalnya saja, yoghurt, jus, teh, permen karet, makanan penutup berbahan gelatin, dan tentunya minuman bersoda. Meski di dalamnya tak mengandung gula dan kalori, sejauh ini belum bisa dikonfirmasi apakah pemanis buatan ini bisa mengganti gula alami pada penderita diabetes.

Kemudian, acesulfame potassium atau Ace-K yang sama-sama digunakan sebagai pemanis buatan untuk makanan dan minuman. WebMD melansir bahwa Ace-K juga lebih manis sekitar 200 kali dari gula alami. Akan tetapi, pemanis buatan yang satu ini juga dapat mempertahankan rasa manisnya itu sekalipun berada pada suhu tinggi. Maka dari itu, selain makanan penutup dan minuman manis, Ace-K juga bisa ditemukan pada beberapa produk yang memerlukan proses panggang.

Dilansir Food Insight, Ace-K mulai dikembangkan pada 1967 oleh peneliti di Jerman dan mulai digunakan secara luas sejak 1983 di Eropa, kemudian pada 1988 di Amerika Seikat. Pemanis buatan ini melalui berbagai proses kimia yang melibatkan acetoacetamide, sulfur trioksida, dan potasium hidroksidaHasil akhir dari pemanis buatan ini berupa bubuk atau kristal yang penggunaannya diatur secara ketat karena tingkat kemanisannya ratusan kali lebih kuat ketimbang gula alami.

3. Apakah minuman zero sugar aman dikonsumsi?

ilustrasi orang yang sedang minum soda zero sugar (commons.wikimedia.org/City Foodsters)

Jadi, kita sudah tahu bahwa minuman berlabel zero sugar menggunakan pemanis buatan yang melewati rangkaian proses kimia. Lantas, apakah mengonsumsi pemanis buatan seperti itu aman untuk tubuh? Jawaban singkatnya, iya, tetapi dengan sejumlah hal yang perlu diperhatikan di baliknya.

Khusus untuk aspartame, Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dalam WHO menyebut bahwa batas konsumsi harian yang dianjurkan sekitar 0—40 mg per kg bobot tubuh orang yang mengonsumsinya dalam sehari. Jika satu kaleng minuman zero sugar mengandung sekitar 200—300 mg aspartame, maka orang dewasa dengan bobot 70 kg bisa mengonsumsi 9—14 kaleng sehari jika ia tidak menerima asupan makanan lain—yang mana hal ini pun sangat tidak dianjurkan.

International Agency for Research on Cancer (IARC) memberikan klasifikasi kategori 2B bagi aspartame. Kategori ini sendiri berarti pemanis buatan tersebut kemungkinan bersifat karsiogenik bagi manusia. WHO menyebut, dalam takaran yang sesuai dengan anjuran, aspartame sebenarnya aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, masih perlu penelitian lebih lanjut soal dampak-dampak lain, semisal kanker dan masalah jantung, yang bisa ditimbulkan pemanis buatan ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.

Dilansir WebMD, ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari aspartame. Untuk kelebihannya, pemanis buatan ini mengandung glikemik yang rendah sehingga resiko peningkatan kadar gula darah tak sebesar gula alami. Ditambah lagi, ketiadaan kalori dan karbohidrat jadi kelebihan dari pemanis buatan tersebut. Sedangkan untuk kekurangannya, aspartame dapat meningkatkan hormon kortisol pada darah yang mengakibatkan perubahan aktivitas mikroba pemecah makanan pada saluran pencernaan. 

Beberapa penelitian juga menyebut kalau konsumsi aspartame yang berlebih dapat meningkatkan resiko terjangkit diabetes tipe 2. Diluar dari masalah penyakit, konsumsi pemanis buatan secara berlebih dapat mempengaruhi perilaku kita dalam memilih makanan. Misalnya, lidah bisa saja menjadi 'kebingungan' dalam mengidentifikasi rasa manis alami dengan buatan dalam konsumsi yang berlebih, mengutip Harvard University. Akibatnya, rasa manis alami, semisal pada buah, jadi kurang enak dan makanan tidak manis menjadi semakin tidak enak.

Sejumlah penyakit ataupun masalah yang disebutkan itu pun masih diteliti lebih lanjut guna membuktikan keabsahannya. Diluar daripada itu, sejatinya pemanis buatan yang sudah diperjualbelikan secara luas dalam bentuk makanan dan minuman—dalam hal ini minuman berlabel zero sugar—masuk dalam kategori aman untuk dikonsumsi. Jadi, sesekali mengonsumsi pemanis buatan memang tak masalah.

Yang jelas, pastikan kalau konsumsinya tak berlebihan dan perhatikan efek yang dapat ditimbulkan jika tubuh memiliki kondisi tertentu. Dengan demikian, kita bisa tetap merasakan keunikan rasa manis dari minuman yang sebenarnya tak mengandung gula sama sekali. Kalau kamu sendiri pernah mengonsumsi minuman dengan label zero sugar?

Referensi

Harvard Health Publishing. "Artificial sweeteners: sugar-free, but at what cost?". Diakses pada Oktober 2024. 
Bloom. "Zero Sugar, Two Choices: What’s the difference between Coke Zero and Diet Coke?". Diakses pada Oktober 2024. 
Today. "Zero-sugar drinks are replacing diet soda. Are they any better for you?". Diakses pada Oktober 2024. 
Time. "What Experts Really Think About Diet Soda". Diakses pada Oktober 2024. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team