ilustrasi penggunaan TWS (pexels.com/Michael Burrows)
Jawabannya bisa jadi. Penggunaan perangkat audio seperti TWS dalam jangka waktu yang lama dan volume yang keras bisa berisiko menyebabkan gangguan pendengaran. Ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran akibat kebisingan atau noise-induced hearing loss (NIHL). Risiko ini telah dilaporkan dalam beberapa artikel ilmiah, seperti jurnal Cureus pada 2022 berjudul “Impact on Hearing Due to Prolonged Use of Audio Device: A Literature Review”.
Artikel ilmiah tersebut meninjau sejumlah studi yang mempelajari tentang keterkaitan antara penggunaan perangkat audio dengan risiko NIHL. Dalam laporannya, sejumlah studi menunjukkan adanya hubungan positif antara penggunaan perangkat audio dengan NIHL. Artinya, penggunaan perangkat audio apa pun, termasuk TWS, bisa memengaruhi pendengaran.
Pada 2009, Vogel dkk. meneliti sebanyak 1.687 remaja berusia 12–19 tahun. Dari semua responden, 90 persen terperinci mendengarkan musik melalui headphones pada perangkat audio portabel. Hasil penelitian melaporkan bahwa sekitar 29 persen anggota memiliki risiko gangguan pendengaran karena paparan yang dinilai sebesar 89 desibel selama lebih dari 1 jam setiap hari.
Pada studi potong lintang yang dilakukan oleh Ansari dkk. pada 2011 juga melaporkan hal serupa. Studi ini melakukan survei terhadap 2.400 siswa SMA secara acak yang menggunakan headphones atau perangkat audio apa pun. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 45 persen dari populasi yang terlibat memiliki catatan masalah pendengaran. Adapun, persentase perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Sekitar 37 persen responden mengaku mendengarkan musik tanpa henti dan sekitar 50 persen mendengarkan musik dengan volume dengan tingkat lebih tinggi dari biasanya.
Pada 2014, Naik dkk. juga melakukan penelitian serupa terhadap seribu mahasiswa yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok A melibatkan 250 mahasiswa dengan kecenderungan mendengarkan musik menggunakan earphones minimal 2 jam setiap hari. Kelompok B dengan jumlah peserta yang sama punya kecenderungan mendengarkan headphones selama kurang dari 1 jam setiap hari.
Kelompok C melibatkan mahasiswa yang menggunakan headphones, tetapi sering menggunakan speaker. Kelompok D melibatkan mahasiswa yang tidak terbiasa mendengarkan musik melalui headphones. Hasil studi menunjukkan, sekitar 5–10 persen mahasiswa dari kelompok A dan 1–5 persen dari kelompok B menggambarkan kehilangan pendengaran frekuensi tinggi. Sementara, pada kelompok C dan D, tidak ada gangguan pendengaran yang signifikan yang diamati.
Pada 2019, Zia dkk. juga meninjau tentang manifestasi penggunaan earphones, korek kuping, dan berenang terhadap penyakit telinga. Beberapa data manifestasi gejala dikumpulkan, seperti cedera pada liang telinga, sensasi kesemutan, keluarnya cairan dari telinga, tinitus, dan gangguan pendengaran. Adapun, sekitar 56 persen dari populasi yang dipertimbangkan menggunakan headphones mayoritas dari mereka mengalami infeksi telinga, gatal, dan kerusakan pendengaran.
Pada 2020, Byeon juga meninjau sebanyak 530 remaja Korea Selatan berusia 12–19 tahun yang terbiasa menggunakan headphones di tempat umum dengan lingkungan yang bising. Hasil studi menunjukkan bahwa remaja yang terpapar kebisingan tingkat tinggi melalui earphones dan remaja yang menggunakan headphones selama lebih dari 80 menit setiap hari memiliki kemungkinan risiko kehilangan pendengaran hingga 20–25 persen. Ini menunjukkan bahwa kelompok-kelompok ini 4,5 kali lebih rentan terhadap kerusakan pendengaran.