Sebagai makhluk sosial, asisten profesor psikiatri NYU Langone Health, Thea Gallagher, PsyD., mengatakan bahwa koneksi meski minim amat penting untuk manusia. Hal ini terbukti nyata setelah COVID-19 yang mana segala hal dilakukan di rumah.
"Masyarakat telah berubah, hidup juga berubah. Menemukan koneksi amat penting untuk kesehatan mental. Koneksi dan komunitas sosial memiliki dampak besar menangani depresi dan kecemasan," tutur Gallagher, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.
Gallagher kemudian mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa saat pandemi COVID-19, angka penderita depresi naik 25 persen. Ini karena tak ada koneksi sosial yang tersambung hanya lewat dunia maya. Oleh sebab itu, koneksi sosial yang sebentar dan minim sekali pun amat berdampak.
Meski begitu, pandemi COVID-19 juga menyebabkan kewaspadaan terhadap kesehatan mental sehingga kesejahteraan dini jadi prioritas. Dengan studi bertajuk "Quality Conversation Can Increase Daily Well-Being" ini, makin banyak bukti bahwa hubungan antarmanusia bisa menjadi cara termudah bagi yang ingin menjaga kesehatan mental.