Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Biro Perencanaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Wahidin. (IDN Times/Misrohatun)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut bahwa budaya puasa mutih, yang kerap dilakukan calon pengantin, bisa berisiko menyebabkan anak stunting.

Puasa mutih sendiri biasa dilakukan dalam kurun waktu 3 atau 7 hari, dengan menghindari makanan dan minuman yang berwarna selain putih. Biasanya mereka hanya makan nasi putih dan minum air putih.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang berada di bawah standar.

Kondisi stunting sendiri sebenarnya bisa dicegah dengan memberi perhatian ekstra di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga usia anak 2 tahun.

Jadi, kenapa calon pengantin juga ditargetkan? Alasannya supaya mereka punya kondisi yang sehat, sehingga akan melahirkan anak yang juga sehat.

Pembahasan ini dikemukan dalam acara "Konferensi Pers Peringati Hari Gizi Nasional 2024: Royco, BKKBN dan NU Care-LAZISNU Perkuat Edukasi 'Isi Piringku' Demi Keluarga Masa Depan Sehat Penuh Maslahat" di Jakarta, pada Selasa (06/02/2024).

1. Calon pengantin harus tetap sehat

ilustrasi menikah (pexels.com/Emir Kaan Okutan)

Kepala Biro Perencanaan BKKBN, Wahidin, mengatakan bahwa kebiasaan diet ketat yang dilakukan calon pengantin ini jadi sebuah problem.

"Diet ketat bisa membuat mereka kurang energi kronis. Kalau kemudian hamil, bisa berpotensi melahirkan anak stunting," jelas Wahidin.

Para kader harus mendampingi calon pengantin agar tetap sehat, tidak anemia serta tidak memiliki penyakit kronis, agar jika hamil mereka akan melahirkan anak-anak yang tidak stunting dan bisa menjadi manusia berkualitas.

Penurunan stunting sendiri harus mencapai angka 14 persen pada tahun 2024 ini. Angka terakhir yang diidentifikasi masih cukup tinggi, ialah 21,6 persen atau 1 dari 5 anak alami stunting.

BKKBN sendiri gencar melakukan edukasi gizi di masyarakat. Sejak tahun 2021, mereka memimpin untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

2. Aplikasi Elsimil

Editorial Team

Tonton lebih seru di