Merenung bisa jadi cara untuk menenangkan diri, saat untuk menerima kegagalan, dan mengevaluasi diri. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, tentu ini bukanlah hal yang baik.
Melansir Healthline, merenung menjadi ajang otak berpikir secara berlebihan yang bisa disebabkan oleh pengalaman atau perasaan negatif. Biasanya, seseorang dengan riwayat trauma yang berat sering merenung. Sebagai contoh, orang dengan depresi yang tidak bisa berhenti untuk berpikir negatif dan akhirnya merusak pikirannya sendiri.
Kebiasaan merenung ini jika dibiarkan terlalu lama bisa membahayakan kesehatan mental, karena bisa memperpanjang atau bahkan memperparah depresi. Bukan hanya itu, kebiasaan ini juga dapat mengganggu kemampuan untuk berpikir dan memproses emosi. Jadi, tak menutup kemungkinan nantinya seseorang akan merasa terisolasi dan menjauhi orang lain.
Banyak, lho, masalah kesehatan mental yang ditandai dengan merenung berlebihan, seperti depresi, fobia, kecemasan, skizofrenia, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Namun, tak menutup kemungkinan dalam beberapa kasus, perenungan terjadi begitu saja setelah adanya peristiwa traumatis tertentu, seperti hubungan yang gagal, perundungan (bullying), rasa tak percaya diri berlebihan.
Terus-terusan merenung bisa memperburuk gejala kondisi mental yang ada. Akan tetapi, selama mampu mengendalikan pikiran, gejala ini bisa terasa ringan, lebih relaks, dan bahagia. Karena itu, ayo belajar cara mengendalikan pikiran seperti yang dijelaskan di bawah ini.