Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang secara bersama-sama meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, dan masalah kesehatan serius lainnya. Sindrom metabolik juga disebut sindrom resistansi insulin.
Kamu mungkin memiliki sindrom metabilik jika memiliki tiga atau lebih kondisi ini:
- Lingkar pinggang yang besar: Ini juga disebut obesitas perut. Kelebihan lemak di area perut merupakan faktor risiko penyakit jantung yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan lemak di bagian tubuh lainnya.
- Tekanan darah tinggi: Jika tekanan darah naik dan tetap tinggi dalam jangka waktu lama, ini dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan plak, zat lilin, menumpuk di arteri. Plak dapat menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah seperti serangan jantung atau stroke.
- Kadar gula darah tinggi: Ini dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penggumpalan darah. Penggumpalan darah dapat menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Kadar trigliserida tinggi: Trigliserida adalah sejenis lemak yang ditemukan dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL alias kolesterol jahat. Ini meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Kolesterol HDL atau kolesterol baik rendah: Kadar kolesterol darah penting untuk kesehatan jantung. HDL dapat membantu menghilangkan LDL dari pembuluh darah. LDL dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah.
Sebuah penelitian menunjukkan manfaat diet Atlantik untuk berbagai aspek kesehatan, seperti kadar kolesterol, tekanan darah, pengendalian gula darah, dan obesitas (JAMA Network Open, 2014).
Penelitian yang berlangsung dari tahun 2014 hingga 2015 ini melibatkan lebih dari 200 keluarga yang direkrut dari pusat layanan kesehatan primer di sebuah kota pedesaan di barat laut Spanyol.
Mereka secara acak ditugaskan untuk mengikuti diet Atlantik (121 keluarga, termasuk 270 orang dewasa) atau pola makan biasa mereka (110 keluarga, termasuk 248 orang dewasa).
Seluruh peserta adalah etnis Spanyol dan keturunan Kaukasia, usia rata-rata adalah 47 tahun, dan sekitar 60 persen adalah perempuan. Setiap keluarga memiliki rata-rata dua hingga tiga anggota.
Orang-orang yang mengikuti diet Atlantik menghadiri tiga sesi pendidikan nutrisi dan menerima dukungan tambahan seperti kelas memasak, buku resep, dan keranjang makanan gratis berisi makanan khas diet tersebut.
Pada awal penelitian dan setelah 6 bulan, para peneliti mengumpulkan informasi dari partisipan tentang apa yang mereka makan (menggunakan catatan harian makanan 3 hari), aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan, dan faktor lainnya.
Tim peneliti mengukur variabel metabolisme di puskesmas: lingkar pinggang, kadar trigliserida, kadar kolesterol HDL, tekanan darah, dan kadar glukosa puasa.
Lebih dari 450 peserta tidak memiliki sindrom metabolik pada awal penelitian. Dari jumlah tersebut, 3 persen orang yang mengikuti diet Atlantik mengalami sindrom metabolik setelah 6 bulan, dibandingkan dengan 7 persen dari mereka yang mengikuti pola makan biasa.
Secara keseluruhan, orang-orang yang mengikuti diet Atlantik mengalami peningkatan pada lingkar pinggang, obesitas di pertengahan, dan HDL—namun tidak pada tekanan darah, kadar trigliserida, atau kadar glukosa puasa.
Hasilnya menunjukkan bahwa mengikuti pola makan ini dapat membawa perbaikan pada berbagai faktor risiko yang terkait dengan penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik.
Dalam diet Atlantik, konsumsi makanan yang padat nutrisi dapat berkontribusi pada pengelolaan berat badan yang lebih baik dan pengurangan lingkar pinggang, yang selanjutnya menurunkan risiko masalah kardiovaskular.
Pada awal penelitian, 117 peserta memiliki sindrom metabolik. Setelah enam bulan, sekitar sepertiga orang pada kedua kelompok tidak lagi memenuhi kriteria tersebut. Ini menunjukkan bahwa diet Atlantik terutama bermanfaat bagi orang-orang yang belum mengembangkan sindrom metabolik.
Namun, enam bulan mungkin tidak cukup untuk “menilai perubahan metabolisme dengan benar,” tulis para peneliti di makalah tersebut.