Sunscreen atau tabir surya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rutinitas perawatan kulit. Produk sunscreen yang ada di pasaran kian beragam. Sayangnya, tidak semua produk ini bisa dipercaya.
Menurut rilis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) pada 4 September 2023, berdasarkan hasil pengawasan terhadap penandaan dan iklan kosmetik sunscreen dengan klaim SPF pada periode tahun 2020–2023, sebanyak 16,67 persen produk tidak memenuhi ketentuan data dukung klaim SPF alias SPF palsu, sementara 8,33 persen produk masih dalam proses pemenuhan data dukung klaim SPF.
Bukan cuma itu, hasil pengawasan audit dokumen informasi juga menemukan hampir semua produk sunscreen yang beredar sepanjang 2020–2023 termasuk dalam kategori tidak memenuhi ketentuan (TMK). Ini terjadi karena pemegang izin edar produk tidak bisa membuktikan klaim SPF yang tercantum di kemasan dengan data yang valid. Padahal, SPF sangat penting dalam produk sunscreen.
Kasus serupa, pada tahun 2017, pernah ada penelitian dari Consumer Reports yang secara independen mengevaluasi nilai SPF dari 65 produk sunscreen, termasuk losion, semprotan, dan stik. Tim peneliti menemukan bahwa 43 persen di antaranya memiliki SPF lebih rendah dari klaim yang tertera di label kemasan. Duh!
Apa efeknya jika menggunakan sunscreen SPF palsu pada wajah?