7 Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan, Bahaya Banget!

Bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental

Kesehatan kamu berkaitan erat dengan lingkungan tempat kamu tinggal. Dan, iklim yang terus berubah memberikan konsekuensi yang signifikan bagi kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan manusia.

Perubahan iklim ialah perubahan sistem cuaca global yang terjadi dalam puluhan tahun, yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia. Jika terus dibiarkan, ini akan memberikan konsekuensi yang luas dan bencana di seluruh dunia, termasuk kesehatan.

Kali ini, akan dibahas beberapa dampak perubahan iklim bagi kesehatan yang telah dirangkum dari laman Better Health Channel dan U.S. Global Change Research Program.

1. Masalah pernapasan

Perubahan iklim memengaruhi kualitas udara secara negatif, yang pada akhirnya memicu berbagai masalah pernapasan.

Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi kualitas udara yang kamu hirup:

  • Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan polutan seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan partikel berbahaya lain ke udara.
  • Interaksi polusi udara dan sinar matahari menghasilkan ozon yang jika dihirup dapat memicu serangan asma dan masalah pernapasan lainnya.
  • Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan keparahan kebakaran hutan, yang makin menurunkan kualitas udara.

Untuk menghindari masalah pernapasan, tunda aktivitas luar ruangan apa pun saat kualitas udara sedang buruk.

Buat kamu yang memiliki masalah pernapasan, jangan lupa minum obat dan ikuti rencana perawatan dari dokter.

2. Kondisi mental

7 Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan, Bahaya Banget!ilustrasi depresi (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Perubahan iklim bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dengan beberapa cara.

Misalnya, terjadinya bencana dapat menyebabkan masalah mental, mulai dari stres, kecemasan, depresi, hingga trauma dan ini bisa terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit mental maupun tidak.

Selain itu, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa orang dengan kondisi mental tertentu sangat rentan terhadap panas.

Misalnya, jumlah pasien demensia yang dirawat inap di rumah sakit meningkat selama gelombang panas.

Contoh lain, pasien skizofrenia berisiko menunjukkan gejala yang parah selama cuaca panas karena obat-obatan mereka dapat mengganggu pengaturan suhu atau bahkan menyebabkan hipertermia.

3. Meningkatnya penyakit yang ditularkan melalui vektor

Vektor yang menularkan penyakit antara lain nyamuk, kutu, dan lalat. Vektor ini dapat membawa patogen, seperti virus, bakteri, dan protozoa, yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan manusia.

Musim, distribusi, dan prevalensi penyakit vektor dipengaruhi secara signifikan oleh faktor iklim, terutama suhu ekstrem serta pola curah hujan. 

Perubahan iklim memiliki efek jangka pendek dan panjang pada penularan penyakit dan pola infeksi yang ditularkan melalui vektor.

Selain itu, ada kemungkinan perubahan iklim menyebabkan patogen beradaptasi dan berubah, memengaruhi ketersediaan inang, perubahan ekosistem dan penggunaan lahan, demografi, perilaku manusia, dan adaptasi. 

Interaksi kompleks tersebut membuat sulit untuk memprediksi efek perubahan iklim pada penyakit yang ditularkan melalui vektor.

Baca Juga: Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Autoimun

4. Penyakit terkait air

7 Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan, Bahaya Banget!ilustrasi air (unsplash.com/pider_mani)

Suhu udara dan air, pola curah hujan, kejadian curah hujan ekstrem, dan variasi musim semuanya diketahui memengaruhi penularan penyakit.

Selain itu, perubahan iklim menyebabkan peningkatan racun yang dihasilkan oleh alga dan kontaminasi air oleh bahan kimia yang dihasilkan manusia.

Secara umum, penyakit yang menyebabkan diare, termasuk salmonellosis dan campylobacteriosis, lebih sering terjadi saat suhu lingkungan lebih tinggi.

Diare juga lebih sering terjadi saat curah hujan di suatu tempat sangat tinggi atau sangat rendah.

Peningkatan sporadis dalam aliran sungai juga terbukti meningkatkan risiko terjadinya penyakit terkait air.

5. Keamanan pangan

Pasokan pangan yang aman dan bergizi merupakan komponen vital dari ketahanan pangan. Namun, perubahan iklim berdampak pada produksi, harga, dan perdagangan pangan global secara negatif. 

Selain itu, temperatur yang lebih tinggi meningkatkan risiko infeksi bawaan makanan, seperti gastroenteritis, yang disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan patogen seperti Campylobacter, Salmonella, dan E. coli.

Menurunnya pasokan pangan bergizi ini bisa disebabkan karena dua hal.

Pertama, perubahan iklim dan lingkungan memiliki konsekuensi terhadap kontaminasi, pembusukan, dan gangguan distribusi makanan.

Kedua adalah melalui efek pemupukan karbon dioksida langsung pada fotosintesis tanaman.

Konsentrasi karbon dioksida yang lebih tinggi merangsang pertumbuhan dan produksi karbohidrat pada beberapa tanaman, tetapi dapat menurunkan kadar protein dan mineral penting di sejumlah tanaman, seperti gandum, beras, dan kentang, dengan implikasi yang berpotensi negatif bagi nutrisi manusia.

6. Peningkatan kematian dan penyakit terkait suhu

7 Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan, Bahaya Banget!ilustrasi suhu panas (pexels.com/Mary Taylor)

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca menyebabkan peningkatan suhu rata-rata di berbagai bagian bumi.

Peningkatan suhu ini diyakini meningkatkan kasus kematian dan penyakit akibat panas, terutama bagi masyarakat yang sangat rentan terhadap perubahan ini, seperti anak-anak, lansia, dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi. 

Hari-hari yang lebih panas atau lebih dingin dari biasanya menyebabkan peningkatan penyakit dan kematian dengan mengorbankan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu atau dengan menyebabkan komplikasi kesehatan langsung atau tidak langsung.

Hilangnya kontrol suhu dapat mengakibatkan serangkaian masalah kesehatan, seperti kram panas, kelelahan akibat panas, sengatan panas, dan hipertermia akibat panas ekstrem, dan hipotermia akibat dingin yang ekstrem.

7. Alergi akibat serbuk sari

Perubahan iklim menyebabkan musim serbuk sari yang lebih lama dan konsentrasi serbuk sari yang lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan lebih banyak masalah kesehatan akibat serbuk sari, seperti alergi.

Perubahan iklim berpotensi memicu pergeseran pola presipitasi, lebih banyak hari tanpa es, suhu udara musiman yang lebih hangat, dan lebih banyak karbon dioksida di atmosfer. Selanjutnya, perubahan ini dapat memengaruhi:

  • Kapan musim serbuk sari dimulai dan berakhir serta berapa lama musim serbuk sari berlangsung setiap tahun.
  • Berapa banyak serbuk sari yang dihasilkan tanaman dan berapa banyak yang ada di udara.
  • Gejala alergi akibat serbuk sari.
  • Banyaknya serbuk sari yang kamu hirup.

Sangat mengkhawatirkan memang mengetahui bahwa dampak perubahan iklim bukan hanya pada lingkungan, tetapi juga kesehatan kamu. Kabar baiknya, ada hal-hal sederhana yang bisa kamu lakukan untuk membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan membantu memperlambat laju perubahan iklim.

Baca Juga: Studi: Paparan Polusi Udara Bikin Kualitas Sperma Jelek

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya