7 Penyebab Hiperventilasi, Kondisi Bernapas Berlebihan

Biasa terjadi saat seseorang sedang panik

Intinya Sih...

  • Hiperventilasi bisa disebabkan oleh berbagai alasan, baik emosional maupun medis.
  • Hiperventilasi atau yang juga dikenal sebagai pernapasan berlebihan adalah kondisi saat kamu bernapas lebih cepat dan lebih dalam.
  • Hiperventilasi bisa disebabkan oleh kecemasan atau panik, penyakit paru-paru tertentu, hipotermia, hingga cedera kepala.

Hiperventilasi atau yang juga dikenal sebagai pernapasan berlebihan adalah kondisi saat kamu bernapas lebih cepat dan lebih dalam.

Sayangnya, kadang kamu tidak sadar mengalami hiperventilasi. Hiperventilasi bisa disebabkan oleh berbagai alasan, baik emosional maupun medis.

Jika hiperventilasi disertai gejala lain, penting untuk segera mendapatkan perawatan medis. Tindakan medis dibutuhkan untuk membangun kembali keseimbangan oksigen dan karbon dioksida yang tepat dalam darah.

Berikut ini akan dipaparkan apa saja kemungkinan penyebab hiperventilasi.

1. Ketakutan atau panik

Hiperventilasi bisa disebabkan oleh tekanan emosional, seperti panik, ketakutan, atau kecemasan. Satu studi mengenai orang yang mengalami hiperventilasi menemukan bahwa gejala tambahan yang paling umum adalah rasa takut.

Sekitar setengah dari populasi penelitian ini juga memiliki kondisi kejiwaan. Beberapa dokter menyebut hiperventilasi karena tekanan emosional sebagai sindrom hiperventilasi.

2. Kehamilan

7 Penyebab Hiperventilasi, Kondisi Bernapas Berlebihanilustrasi ibu hamil (pexels.com/Tiarachard Kumtanom)

Hiperventilasi adalah kondisi yang cukup umum terjadi selama kehamilan. Saat rahim tumbuh, banyak perempuan mulai merasa bahwa mereka tidak dapat bernapas dengan cukup atau bernapas secara berlebihan.

Sesak napas biasanya dipicu oleh pertumbuhan rahim yang menempati ruang di perut atau abdomen. Dengan demikian, diafragma memiliki lebih sedikit ruang untuk mengembangkan paru-paru. Akibatnya, kamu merasa tidak mendapatkan cukup udara. Sayangnya, jika kamu mencoba bernapas lebih dalam dan lebih cepat, kamu mungkin akan terengah-engah.

3. Hipotermia

Hipotermia adalah suatu kondisi serius yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh internal yang tidak normal. Ini harus ditangani oleh tenaga medis atau individu yang terlatih.

Salah satu penyebab hipotermia adalah jatuh ke dalam air yang dingin. Jatuh ke dalam air dingin memicu refleks terengah-engah. Bahkan, jika kepala masuk ke dalam air, secara refleks kamu akan menghirup air. Ini dapat menyebabkan kepanikan, hiperventilasi, dan peningkatan detak jantung yang berpotensi memicu serangan jantung.

Baca Juga: 9 Penyebab Sesak Napas pada Malam Hari, Alergi hingga Masalah Jantung

4. Penyakit paru-paru

7 Penyebab Hiperventilasi, Kondisi Bernapas Berlebihanilustrasi penyakit paru-paru (freepik.com/8photo)

Penyakit paru-paru tertentu, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma, dapat mempersulit pernapasan.

Pada orang dengan penyakit paru-paru, saluran udara mungkin menyempit yang membuat orang tersebut harus bekerja lebih keras untuk memasukkan udara ke paru-paru, yang menyebabkan pernapasan menjadi cepat.

Jika hiperventilasi disebabkan oleh penyakit paru-paru, ini biasanya disertai gejala lain, seperti mengi, nyeri dada, dan batuk.

5. Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes. Ketoasidosis diabetik dapat terjadi jika tubuh tidak memiliki cukup insulin untuk energi dan justru membakar lemak.

Jika tubuh bergantung pada lemak sebagai sumber energi dalam waktu lama, produk sampingan yang disebut keton dapat menumpuk di dalam tubuh. Salah satu gejala yang dapat ditimbulkan dari ketoasidosis diabetik adalah hiperventilasi. Gejala lainnya termasuk mual, haus berlebihan, dan sering buang air kecil.

6. Berada di ketinggian

7 Penyebab Hiperventilasi, Kondisi Bernapas Berlebihanilustrasi mendaki gunung (pixabay.com/StockSnap)

Saat berada di tempat tinggi, tekanan udara dan kadar oksigen menurun, yang kemudian menyebabkan pernapasan menjadi lebih sulit. Pada ketinggian yang sangat tinggi, paru-paru harus bekerja ekstra untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh. 

Pada ketinggian sekitar 2.438 meter, oksigen berada pada kadar yang rendah sehingga dapat menyebabkan masalah pernapasan, termasuk hiperventilasi. Bahkan, terkadang hiperventilasi dimulai pada ketinggian kurang dari 2.438 meter.

Misalnya, orang dengan riwayat asma mungkin mengalami masalah pernapasan saat berada di tempat yang sebenarnya tidak terlalu tinggi.

7. Cedera kepala

Otak memiliki peran penting dalam mengendalikan pernapasan. Saat kepala mengalami cedera, ini dapat memicu perubahan laju pernapasan, misalnya menjadi lebih cepat atau hiperventilasi.

Selain perubahan laju pernapasan, cedera kepala serius dapat diikuti gejala lain, seperti sakit kepala, mual, dan kebingungan. Penting untuk segera menemui dokter jika mengalami cedera kepala serius.

Itulah beberapa penyebab hiperventilasi. Usahakan untuk tetap tenang saat mengalaminya. Jika hiperventilasi disertai gejala tambahan, ini bisa jadi tanda kondisi yang lebih serius dan memerlukan tindakan darurat medis.

Baca Juga: 5 Penjelasan Medis Hiperventilasi, Pernapasan yang Cepat dan Dalam 

Referensi

Pfortmueller, C. A., Pauchard-Neuwerth, S. E., Leichtle, A. B., Fiedler, G. M., Exadaktylos, A. K., & Lindner, G. (2015). Primary hyperventilation in the Emergency Department: A first overview. PloS One, 10(6), e0129562. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0129562
Patient. Diakses pada April 2024. Hyperventilation.
Boat US. Diakses pada April 2024. Researchers find that alcohol is a factor in many adult drownings.
Medical News Today. Diakses pada April 2024. Hyperventilation: Causes and what to do.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada April 2024. Travel to High Altitudes.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya