4 Bentuk Self-Harm selain Menyakiti Diri Sendiri Secara Fisik

Sama-sama berbahaya dan harus segera ditangani

Self-harm adalah saat seseorang dengan sengaja menyakiti dirinya sendiri. Self-harm menjadi cara untuk mengatasi atau mengekspresikan tekanan emosional yang luar biasa.

Terkadang, ketika seseorang melakukan self-harm, mereka juga memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya. Menurut studi yang dimuat di The American Journal of Psychiatry tahun 2017, banyak orang yang meninggal karena bunuh diri mempunyai riwayat melakukan self-harm sebelumnya.

Beberapa orang melakukan self-harm karena ini bisa langsung memberikan rasa lega, tetapi ini hanyalah solusi sementara. Di sisi lain, perilaku ini sangat berisiko menyebabkan jaringan parut permanen dan kerusakan pada tubuh jika melukai saraf.

Biasanya, self-harm dilakukan dengan melukai fisik, seperti menyayat tangan, memukul diri sendiri, membenturkan kepala ke tembok, dan yang semisalnya. Namun, self-harm memiliki bermacam-macam bentuk dan tidak semuanya berkaitan dengan fisik. Meskipun begitu, dampaknya bisa sama berbahaya dengan self-harm fisik. Inilah beberapa bentuk self-harm selain menyakiti diri sendiri secara fisik.

1. Penyalahgunaan alkohol

4 Bentuk Self-Harm selain Menyakiti Diri Sendiri Secara Fisikilustrasi minuman beralkohol (pexels.com/Natalie)

Dilansir Alcohol Rehab Guide, orang dengan stres, kecemasan, depresi, dan kondisi kesehatan mental lainnya yang tinggi lebih rentan melakukan penyalahgunaan alkohol. Alkohol digunakan untuk menekan perasaan dan meringankan gejala gangguan psikologis.

Semakin seseorang beralih ke alkohol untuk meredakan rasa sakit dan kesulitan, semakin tubuh menjadi toleran terhadap zat tersebut dan bergantung pada efeknya. Kekambuhan kondisi mental bersamaan dengan penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan serangkaian efek samping yang serius. Untuk mengatasi masalah tersebut, baik masalah mental dan penyalahgunaan alkohol harus ditangani oleh dokter spesialis.

2. Berolahraga terlalu banyak

4 Bentuk Self-Harm selain Menyakiti Diri Sendiri Secara Fisikilustrasi laki-laki sedang berolahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebelumnya, orang-orang meyakini bahwa semakin banyak olahraga berbanding lurus dengan kesehatan mental yang semakin baik. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terjadi. Sebaliknya, olahraga berlebihan dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk.

Sebuah studi dalam Journal of Behavioral Addictions tahun 2015 menunjukkan bahwa olahragawan profesional memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan olahragawan rekreasional. Berolahraga lebih dari 23 kali sebulan, atau berolahraga lebih dari 90 menit dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih buruk. Para peneliti percaya, ini mungkin terjadi karena orang yang berolahraga berjam-jam mungkin menunjukkan perilaku obsesif yang terkait dengan hasil psikologis dan emosional yang buruk.

3. Sengaja membuat diri sendiri kelaparan

4 Bentuk Self-Harm selain Menyakiti Diri Sendiri Secara Fisikilustrasi seseorang menolak makan (freepik.com/freepik)

Sengaja membuat diri sendiri kelaparan merupakan bentuk perilaku menyiksa diri secara mental. Sayangnya, bentuk self-harm ini kurang kentara dan sering dimaklumi. Padahal, perilaku ini bisa semakin parah jika terus dibiarkan.

Dijelaskan Supportiv, bentuk self-harm ini terjadi karena seseorang mungkin telah menginternalisasi keyakinan bahwa dirinya tidak pantas menerima upaya atau sumber daya siapa pun. Selain itu, hal ini terkadang muncul dalam bentuk keengganan untuk memberi makan diri sendiri atau meminta apa yang dibutuhkan. Kebiasaan makan yang buruk ini bisa menimbulkan penyakit fisik yang lebih serius.

Baca Juga: 5 Cara Menghentikan Self-Harm yang Membahayakan Dirimu 

4. Berhenti minum obat

4 Bentuk Self-Harm selain Menyakiti Diri Sendiri Secara Fisikilustrasi obat (pexels.com/Dids)

Terkadang, orang-orang dengan masalah kesehatan mental maupun fisik yang sedang dalam perawatan dengan sengaja melewatkan minum obat. Padahal, perilaku ini dapat semakin menyakiti diri sendiri. Menurut WebMD, perilaku ini mungkin didasarkan pada kekhawatiran tentang efek samping, keyakinan bahwa obat tidak membantu, dan stigma.

Beberapa orang juga melihat kebiasaan minum obat sebagai tanda kelemahan. Menghentikan konsumsi obat sebelum waktunya dapat menyebabkan penurunan zat kimia di otak, yang dapat menyebabkan gejala putus obat, seperti:

  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Kelelahan
  • Kekejaman
  • Kecemasan
  • Kesulitan tidur
  • Perubahan suasana hati.

Self-harm dalam bentuk apa pun sangat berbahaya sehingga tidak boleh dibiarkan. Jika kamu atau orang terdekatmu sering melakukan hal ini, penting untuk berbicara dengan dokter tentang masalah mendasarnya. Selanjutnya, mintalah pengobatan atau terapi agar kondisimu semakin membaik. 

Siapa saja bisa mengalami depresi, termasuk dirimu. Namun, ada baiknya untuk tidak menganggap bahwa bunuh diri bisa menjadi solusi atas permasalahanmu. Jika membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial, kamu bisa menghubungi nomor +628113855472 (Love Inside Suicide Awareness). Kamu juga bisa mengakses bagaimana menjaga kesehatan mental dan menghubungi layanan profesional di laman Pencegahan Bunuh Diri Into The Light Indonesia, www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri.

Baca Juga: Self Harm: Menyakiti Diri Sendiri untuk Mendapat Kepuasan Pribadi

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya