ilustrasi perempuan sedang bercakap-cakap (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Setelah memahami konsep experiential avoidance yang sebenarnya tidak tepat diterapkan, fokus selanjutnya adalah upaya menghindari praktik tersebut. Ialah acceptance and commitment therapy (ACT), yang mana merupakan jenis psikoterapi untuk membantu mengurangi penghindaran pengalaman.
Melalui penerapan ACT, seseorang bisa mendapatkan insight yang lebih positif, dalam hal:
- Kesadaran bahwa mencoba melarikan diri dari masalah emosional tidak akan membuahkan hasil.
- Pengingat bahwa mengabaikan "rasa sakit" bisa memicu masalah baru timbul.
- Konsep melihat diri sendiri secara terpisah dari pikirannya.
- Perlahan namun pasti melepaskan upaya penghindaran dari masalah internal.
- Tuntutan untuk menjalani hidup agar lebih bermanfaat dan bermakna.
Seseorang yang telah lama mempraktikkan experiential avoidance mungkin merasa terjebak. Dilansir Psychology Today, untuk mengikis praktik penghindaran pengalaman, seseorang bisa memulainya dengan mengidentifikasi alasan mengapa ingin berhenti.
Selanjutnya adalah fokus pada pemilihan jalan keluar seperti apa yang diinginkan diri sendiri. Yang tidak kalah penting adalah berani berkomitmen untuk bergerak. Dengan tekad menghentikan praktik experiential avoidance, individu yang bersangkutan pasti bisa keluar dari lingkaran menyesatkan tersebut.