Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sibuk Terus-menerus Pengaruhi Kesejahteraan, Ini Faktanya!

ilustrasi perempuan sedang sibuk dengan pekerjaannya (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi perempuan sedang sibuk dengan pekerjaannya (pexels.com/Karolina Grabowska)

Seiring waktu, kehidupan manusia telah berubah mengikuti tuntunan zaman. Salah satu aspek yang terkena dampaknya ialah dari segi pekerjaan. Pekerjaan manusia saat ini tampaknya jauh lebih kompleks dengan sentuhan modernisasi.

Dalam sistem bekerja sendiri, kesibukan menjadi unsur yang melekat pada banyak orang. Masyarakat sering mengaitkan kesibukan dalam bekerja menjadi penanda akan harga diri atau lencana kehormatan. Kesibukan yang menyebabkan kurangnya waktu luang seolah dipandang sebagai indikator status sosial. 

Namun, sibuk terus-menerus dapat berdampak negatif pada kesehatan. Mengkhawatirkannya lagi, baik kesehatan emosional maupun fisik, keduanya punya risiko yang sama terkena dampaknya.

1. Mengapa manusia menjadi sibuk?

ilustrasi perempuan karier (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perempuan karier (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penting untuk dipahami bahwa menjadi sibuk tidak selalu dikaitkan dengan hal buruk. Terkadang, hal ini bisa menjadi sesuatu yang baik, terutama jika menghasilkan produktivitas.

National Institute of Mental Health (NIMH) mengungkapkan bahwa menjadi tetap aktif dianggap sebagai cara positif untuk mengatasi peristiwa traumatis. Sementara itu, studi dalam Frontiers in Aging Neuroscience tahun 2016 menunjukkan, kesibukan telah dikaitkan dengan percepatan pemrosesan, memori kerja, memori episodik, penalaran, dan pengetahuan yang memadat pada orang dewasa usia 50 sampai 89 tahun.

Menimbang fakta tersebut, mungkin banyak orang bertanya-tanya, "Kesibukan seperti apa yang mendatangkan konsekuensi negatif?"

Kesibukan yang mendatangkan konsekuensi negatif dikaitkan dengan alat untuk menyangkal perasaan. Ketika hal ini terjadi, maka terjadi penumpukan emosi yang bermanifestasi menjadi amarah, frustrasi, kebencian, dan isolasi.

2. Sibuk vs produktif

ilustrasi perempuan dan kolega kantor (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi perempuan dan kolega kantor (pexels.com/Anna Shvets)

Banyak orang masih salah mengartikan konsep sibuk dan produktif. Sederhananya, jika kamu sibuk, kamu mungkin melakukan banyak hal, tetapi tidak memanfaatkan waktu secara efektif. Sebaliknya, ketika kamu produktif, banyak tugas atau pekerjaan yang terselesaikan dengan manajemen waktu yang tepat.

Inti dari sibuk adalah berkaitan dengan cara seseorang menghabiskan waktu. Sementara itu, produktif lebih berkaitan dengan pencapaian seseorang. Pada dasarnya, setiap orang mungkin tidak terlalu membutuhkan kesibukan untuk mencapai produktivitas yang optimal.

3. Dampak sibuk terus-menerus terhadap kesehatan emosional

ilustrasi ibu kelelahan (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi ibu kelelahan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ketika berpacu pada kesibukan, seseorang mungkin akan memaksakan diri dengan berbagai komitmen, kewajiban, janji, dan tanggung jawab. Apabila berlangsung secara terus-menerus, maka bisa berdampak pada kesehatan emosional, seperti:

  • Rentan mengalami kecemasan.
  • Mudah tertekan dan marah.
  • Merasa kewalahan.
  • Menjadi sedih atau frustrasi.
  • Terbayang-bayang akan kesepian. 
  • Kehilangan harapan.
  • Tidak kompeten. 

Menjadi terlalu sibuk yang kemudian mendatangkan kelelahan, bisa meningkatkan risiko terjadinya penurunan harga diri. Imbas selanjutnya adalah memicu gangguan kesehatan mental yang lebih serius (gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan penyalahgunaan zat).

4. Dampak sibuk terus-menerus terhadap kesehatan fisik

ilustrasi laki-laki pusing (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi laki-laki pusing (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kesibukan tidak hanya berdampak pada kesehatan emosional. Faktanya, situasi ini bisa juga berdampak pada kesehatan fisik. Ketika kesibukan melanda, seseorang bisa dengan mudah mengabaikan waktu makan atau istirahatnya. Jika kebiasaan buruk ini berlangsung terus-menerus, maka sangat mungkin kondisi fisiknya bisa terganggu.

Kesibukan yang berlebihan dapat memengaruhi kesehatan fisik dengan memicu atau memperburuk:

  • Insomnia.
  • Sakit kepala.
  • Ketegangan/nyeri otot.
  • Kegelisahan
  • Peradangan.
  • Kelelahan.
  • Masalah pencernaan.
  • Terganggunya sistem kekebalan tubuh. 
  • Perubahan gairah seksual. 
  • Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

5. Kiat mengimbangi kesibukan konstan agar tetap terkontrol

ilustrasi membuat to-do list sesuai skala prioritas (pexels.com/Judit Peter)
ilustrasi membuat to-do list sesuai skala prioritas (pexels.com/Judit Peter)

Jika kamu menjadikan kesibukan sebagai mekanisme koping, coba pertimbangkan kembali apakah keputusan tersebut dirasa dapat membuatmu produktif atau justru sebaliknya. Kamu bisa berbagi cerita pada orang terdekatmu atau membuat jurnal keseharian untuk melakukan evaluasi mandiri terkait pola kesibukan.

Untuk menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, siapa pun perlu memonitor kembali aktivitas kesehariannya. Jangan sampai kesibukan menjadi bumerang yang justru mengacaukan tujuan hidup. Beberapa opsi sederhana berikut bisa kamu lakukan untuk membantumu menciptakan rutinitas yang lebih sehat, di antaranya adalah:

  • Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan di luar ruangan.
  • Mulai sadar akan perasaan diri sendiri.
  • Menjadikan waktu istirahat atau me-time sebagai prioritas.
  • Sesekali melakukan teknik meditasi terpandu khusus.
  • Evaluasi diri sendiri dengan bertanya, "Apa yang sebenarnya saya butuhkan?"

Meskipun kesibukan dapat berdampak positif, tetapi jika tidak terkontrol dengan baik bisa mendatangkan konsekuensi negatif. Faktanya, kesibukan ekstrem bisa memengaruhi kesehatan emosional dan fisik. Dengan demikian, siapa pun perlu melakukan kontrol diri dan mempraktikkan teknik manajemen kesibukan yang efektif. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indri yani
EditorIndri yani
Follow Us