Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Fakta Diskezia Bayi, Penyebab si Kecil Kesulitan Buang Air Besar 

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Anna Shvets)

Seiring pertumbuhan dan perkembangan bayi, orang tua mungkin pernah mengamati si kecil menjadi banyak menangis, tegang, dan tampak kesulitan saat buang air besar (BAB). Namun, tidak ada tanda-tanda sembelit pada feses bayi, seperti feses yang keras atau berdarah. Nah, kondisi ini secara medis dikenal dengan diskezia bayi atau infant dyschezia.

Secara umum, diskezia pada bayi merupakan kondisi yang tidak perlu dikhawatirkan. Ini merupakan kondisi fungsional yang menunjukkan bahwa si kecil akan mencapai tonggak perkembangan baru. Meski begitu, diskezia mungkin menyebabkan ketidaknyamanan bagi bayi dan kekhawatiran bagi orang tua.

Biar gak merasa cemas saat si kecil mengalaminya, yuk mengenal lebih jauh tentang diskezia pada bayi. Baca terus sampai selesai, ya!

1. Apa itu diskezia bayi?

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Sunvani Hoang)

Secara harfiah, diskezia didefinisikan sebagai sulit buang air besar. Namun pada bayi, diskezia merupakan kondisi fungsional terkait masalah koordinasi otot. Dalam hal ini, bayi mengalami kesulitan mengoordinasikan berbagai otot yang diperlukan untuk buang air besar sehingga terlihat susah payah saat akan BAB.

Diskezia adalah suatu kondisi yang khusus dialami bayi berusia kurang dari 6—9 bulan. Saat buang air besar, bayi memerlukan koordinasi otot dasar panggul dan peningkatan tekanan perut untuk mengeluarkan tinja. Pada usia tersebut, bayi masih belajar untuk mengoordinasikan otot-otot untuk buang air besar. Oleh sebab itu, diskezia juga disebut sebagai ”proses pembelajaran” yang merupakan kondisi untuk melatih otot-otot yang diperlukan untuk buang air besar.

2. Tanda dan gejala diskezia bayi

ilustrasi bayi sakit tenggorokan (pexels.com/Laura Garcia)

Diskezia pada bayi sering kali disalahartikan dengan kondisi lain, seperti sembelit atau kolik. Diskezia dibedakan dengan sembelit dengan menilai feses bayi. Dimana pada diskesia, feses bayi terlihat normal, sedangkan sembelit menyebabkan feses kering dan berdarah.

Sementara itu, kolik merupakan kondisi yang menyebabkan bayi rewel terus-menerus tanpa alasan yang jelas. Sedangkan diskezia adalah kerewelan bayi hanya ketika mereka akan buang air besar dan berakhir setelahnya. Meskipun keduanya menyebabkan bayi rewel, dua kondisi ini dapat dibedakan dari waktu terjadinya bayi menangis atau rewel.

Dilansir jurnal Children tahun 2022, diskezia bayi adalah suatu kondisi fungsional pada anak di bawah usia sembilan bulan yang tidak mengalami sembelit dan biasanya buang air besar yang lunak tetapi terkadang memiliki episode dengan ciri-ciri khusus, yaitu  mengejan dan menangis selama minimal 10 menit sebelum berhasil atau gagal buang air besar. Terkadang, ini juga bisa berlangsung selama 20—30 menit.

Tanda dan gejala lain yang dapat diamati pada bayi dengan diskezia, meliputi:

  • Mendengus, menangis, atau menjerit saat mereka berusaha mencoba buang air besar.
  • Wajahnya menjadi merah karena susah payah.
  • Menggeliat atau menendang kaki.
  • Kotoran yang keluar normal hingga lunak, pucat, dan bebas darah.
  • Diskezia tidak selalu berakhir dengan buang air besar. Terkadang ini hanya membuat bayi buang gas (kentut).

3. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu bayi dengan diskezia?

ilustrasi bayi (unsplash.com/Juan Encalada)

Bayi dengan diskezia mungkin terlihat kewalahan dengan proses buang air besarnya. Sering kali mereka juga menangis. Bukan karena kesakitan, namun menangis merupakan salah satu caranya untuk meningkatkan tekanan perut dan mengendurkan otot dasar panggul yang membantu untuk mengeluarkan tinja.

Diskezia tidak memerlukan perawatan atau pengobatan. Penggunaan supositoria, stimulasi rektal, atau obat pencahar untuk membantunya buang air besar sangat tidak direkomendasikan. Hal ini justru dapat mengganggu proses belajar bayi dalam mengoordinasikan otot-otot panggul dan perutnya yang akan digunakan untuk buang air besar di masa depan.

Sebagai informasi, selama beberapa minggu pertama kehidupan bayi, banyak aktivitas seperti mengisap, menelan, buang air kecil, dan buang air besar dilakukan hanya berdasarkan naluri. Namun, seiring perkembangan bayi, naluri tersebut hilang dan anak mulai belajar melalui bau, rasa, tekstur, serta dari dorongan fisik. Inilah yang terjadi pada diskezia, bayi sedang melatih dorongan fisiknya untuk buang air besar.

Diskezia dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu kurang dari satu hingga dua minggu. Jika kamu ingin membantu meredakan gejalanya, pijat bayi dianggap cara yang bagus. Menurut beberapa penelitian, pijat bayi membantu menstimulasi sistem saraf bayi dan perkembangan fisiknya. Meski bukan sebagai pengobatan langsung, ini dapat meningkatkaan koordinasi otak dan tubuh yang menunjang perkembangannya, seperti diterangkan laman Cleveland Clinic.

Setelah membaca artikel di atas, semoga kamu gak merasa cemas lagi saat melihat si kecil mengalami tanda-tanda diskezia, ya. Secara umum, kondisi ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Diskezia adalah proses belajar bayi untuk mengembangkan keterampilan buang air besarnya.

Referensi

Cleveland Clinic. Diakses pada Mei 2024. Dyschezia.
Noviello, Carmine, dkk. (2022). Can Infant Dyschezia Be a Suspect of Rectosigmoid Redundancy?. Children: Jul; 9(7): 1097.
Children's Minnesota. Diakses pada Mei 2024. INFANT DYSCHEZIA.
About Kids GI. Diakses pada Mei 2024. Infant Dyschezia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us