GSK Tunjuk Maia Estianty sebagai Duta Cacar Api

- Cacar api bukan penyakit ringan, tetapi bisa berdampak serius, seperti ancaman dari nyeri pasca herpes dan gangguan saraf.
- Cacar api disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster (VZV), yang bisa bangkit kembali di kemudian hari setelah cacar air sembuh.
- Maia Estianty menjadi Duta Kampanye Kesehatan Kenali Cacar Api, ajak masyarakat untuk menua dengan sehat dan peduli terhadap risiko cacar api.
Cacar api, yang secara medis dikenal sebagai herpes zoster, sering kali dipandang sebelah mata. Padahal, penyakit ini bisa sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Rasa nyeri yang muncul bukan hanya sekadar keluhan sementara, tetapi bisa berkembang menjadi komplikasi serius berupa nyeri pasca herpes (NPH) yang menetap dalam jangka panjang.
Pada sebagian orang, rasa nyeri yang bertahan lama ini bahkan dapat membuat mereka kehilangan kemandirian untuk beraktivitas sehari-hari. Dampaknya tak hanya dirasakan oleh pasien, tetapi juga keluarga yang harus mendampingi dan merawat.
Menyadari pentingnya edukasi mengenai cacar api, GSK menunjuk Maia Estianty sebagai Duta Kampanye Kesehatan Kenali Cacar Api. Lewat peran ini, Maia diharapkan bisa mengajak masyarakat lebih peduli untuk mengenali gejala, memahami risiko, dan mengetahui cara pencegahan cacar api sejak dini.
1. Cacar api lebih dari sekadar ruam dan gatal
Country Medical Director GSK Indonesia, dr. Calvin Kwan, menegaskan bahwa cacar api bukanlah penyakit ringan.
“Penurunan imun menjadi salah satu risiko utama penyebab herpes zoster,” jelas dr. Calvin dalam konferensi pers yang digelar Selasa (22/7/2025).
Penyakit ini memang sering muncul dalam bentuk ruam merah yang menyakitkan dan gatal di satu sisi tubuh atau wajah. Namun, ancamannya jauh lebih besar. Komplikasi seperti nyeri pasca herpes, herpes zoster oftalmikus (HZO) yang menyerang mata, serta gangguan saraf bisa muncul setelah infeksi awal mereda.
Faktor risiko yang memperbesar kemungkinan seseorang terkena cacar api di Indonesia meliputi HIV/AIDS, autoimun, kanker, diabetes, hingga penyakit kronis lainnya. Kondisi ini membuat kelompok lansia dan pasien dengan daya tahan tubuh lemah menjadi populasi yang paling rentan terhadap infeksi dan komplikasinya.
2. Cacar api berasal dari virus lama yang "bangkit kembali"

Lebih lanjut, dr. Calvin menjelaskan bahwa cacar api disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster (VZV), virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tidak hilang sepenuhnya, melainkan bersembunyi (dorman) di dalam sistem saraf tubuh.
"Seiring bertambahnya usia atau menurunnya sistem imun, virus ini dapat 'bangkit lagi' dalam bentuk herpes zoster atau cacar api," dr. Calvin menjelaskan.
Menurut dr. Calvin, data menunjukkan bahwa sekitar 9 dari 10 orang dewasa berusia di atas 50 tahun sudah membawa virus ini dalam tubuh mereka.
Meski tidak dapat menular secara langsung sebagai cacar api, tetapi orang yang terkena bisa menularkan virus VZV kepada orang lain yang belum pernah terkena cacar api. Ini bisa terjadi melalui kontak langsung dengan cairan dari lepuhan yang muncul di kulit.
3. Maia Estianty ajak masyarakat menua dengan sehat
Sebagai sosok publik yang dikenal aktif, Maia Estianty dipercaya menjadi Duta Kampanye Kesehatan Kenali Cacar Api. Melalui kampanye ini, Maia mengusung semangat Ageing Gracefully, yakni ajakan untuk menua dengan sehat dan tetap produktif.
Ia berharap keterlibatannya bisa mendorong masyarakat, terutama kalangan dewasa dan lansia, untuk lebih peduli terhadap risiko cacar api dan mengambil langkah preventif sedini mungkin.
Dalam pesannya, Maia juga menekankan pentingnya menjaga gaya hidup sehat sebagai fondasi utama pencegahan. Pola hidup yang mencakup konsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga teratur perlu dibarengi dengan upaya menjaga imunitas. Ini termasuk mengelola stres, serta melakukan vaksinasi sesuai anjuran dokter.
"Aku gak mau sakit baru sadar. Makanya, aku memutuskan untuk melindungi diriku dari cacar api sekarang, karena masih banyak yang ingin aku lakukan," Maia bercerita.
Dengan meningkatnya kesadaran akan cacar api, harapannya masyarakat Indonesia bisa lebih waspada dan proaktif menjaga kesehatan. Kampanye ini menjadi pengingat bahwa menua bukan hal yang harus ditakuti, selama dilakukan dengan persiapan dan perlindungan yang tepat.