ilustrasi berselfie (pexels.com/Sam Lion)
Swafoto atau selfie kini dianggap sebagai hal yang umum dan wajar. Di mana pun kita berada, rasanya ada yang kurang bila tidak mengabadikan momen untuk dibagikan kepada teman-teman di media sosial. Tak jarang, dalam sekali swafoto kita bisa mengambil gambar hingga lebih dari 10 kali untuk menemukan pose terbaik dan akhirnya membuat sebagian orang merasa kecanduan.
Padahal, swafoto secara terus-menerus dapat dianggap sebagai gangguan mental dan rendahnya harga diri, lo! Dalam sebuah penelitian berjudul "Selfie: A New Obsession" dalam publikasi SSRN Paper tahun 2016, dikatakan kalau selfie berlebihan dengan tingkat kecemasan dan kegelisahan yang tinggi menunjukkan bahwa orang dengan tingkat hiperaktif dan impulsif yang tinggi lebih cenderung mengambil selfie. Faktor demografis seperti usia juga kemungkinan menjadi faktor dalam perilaku media sosial karena perbedaan generasi dalam pengalaman, dan paparan media sosial.
Kecanduan swafoto ini sering kali didasarkan pada kebutuhan untuk memperoleh tampilan diri yang sempurna. Selain itu, sering kali ada dorongan untuk mengharapkan umpan balik yang baik di media sosial.
Terkesan berlebihan, tanpa disadari kecanduan sering kali menempatkan seseorang pada posisi yang berisiko, bahkan berbahaya. Gejala kecanduan sering kali mencakup penurunan kesehatan fisik, iritasi, kelelahan, dan ketidakmampuan untuk berhenti menggunakan zat atau terlibat dalam suatu perilaku.
Jika saat ini kamu merasakan gejala kecanduan terhadap hal-hal umum di atas, janganlah ragu untuk menemui profesional kejiwaan, seperti psikolog atau psikiater.