Ilustrasi air minum (pexels.com/Daria Shevtsova)
Lebih lanjut, Prof. Ratih menjelaskan pentingnya untuk mewaspadai polutan atau cemaran dalam air. Kebanyakan cemaran kimiawi, biologis, dan fisik dalam air minum tidak dapat dideteksi menggunakan indra manusia.
Menurut penjelasan Prof. Ratih, cemaran pada air minum bisa dibagi menjadi empat, yang meliputi:
- Bahaya kimiawi yang meliputi logam berat, senyawa organik sintetis, senyawa anorganik, atau residu kegiatan pertanian.
- Bahaya biologis yang meliputi bakteri patogen, virus, dan protozoa.
- Komponen radioaktif yang meliputi radium, radon, atau uranium.
- Bahaya fisik yang meliputi padatan (contohnya sedimen dan partikel tersuspensi) dan sampah organik yang dibuang ke air.
Untuk bahaya non biologis, air tidak cukup hanya dipanaskan. Maka dari itu, pemurnian air memerlukan proses dan teknologi yang memadai.
"Pengelolaan air untuk menghasilkan air minum terdiri dari berbagai tahapan untuk mengurangi cemaran mikrobiologis, kimiawi, fisik," ujar Prof. Ratih.
Indonesia memiliki tantangan yang besar untuk menyediakan akses air minum berkualitas. Kesadaran dan pengetahuan tentang air minum berkualitas menjadi langkah awal untuk meningkatkan konsumsi air minum berkualitas.