Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bayam (freepik.com/rawpixel.com)

Bicara olahan sayuran khas Indonesia, bayam menjadi salah satu yang paling sering disebut. Entah untuk makanan berkuah, tumis, bahkan keripik.

Kepopuleran sayur bayam pun dibarengi dengan mitos larangan untuk memanaskannya. Katanya, tidak disarankan untuk memanaskan kembali olahan makanan dari berbahan bayam.

Kenapa bayam tidak boleh dipanaskan berulang kali, ya? Ada yang bilang hal itu dapat mengubahnya nutrisinya menjadi racun. Benarkah demikian?

Kenapa bayam tidak boleh dipanaskan?

ilustrasi bayam (pixabay.com/Showmeyourflowers)

Bukan tanpa alasan mengapa bayam kerap dipilih sebagai salah menu harian. Selain mudah ditemukan, bayam mengandung banyak zat besi, vitamin C dan E, kalium, hingga magnesium dalam sekali konsumsinya. Paket lengkap tersebut mampu memenuhi kebutuhan nutrisimu. 

Meski demikian, terdapat pendapat yang menyarankan untuk tidak memanaskan ulang bayam. Jeanne de Vries, profesor dari Dietary Assessment dalam Wageningen University and Research menjelaskan bahwa bayam mengandung nitrat.

Sejatinya, senyawa tersebut tidak sepenuhnya berbahaya. Kandungan nitrat dalam sayuran bisa membantu menurunkan tekanan darah dan baik untuk jantung. Akan tetapi, kondisi, proses masak dengan suhu tinggi, bahkan bakteri tertentu dapat mengubah nitrat menjadi nitrit. Selanjutnya, nitrit dapat berubah menjadi nitrosamin yang bersifat karsinogenik.

Selain itu, kenapa bayam tidak boleh dipanaskan juga berkaitan dengan kandungan nutrisi di dalamnya. Pengolahan secara berulang dengan suhu tinggi dapat menyebabkan pengurangan nutrisi. Beberapa nutrisi dalam bayam yang dapat hilang yaitu vitamin C, vitamin E, serta magnesium.

Sebagai contoh, vitamin C dalam bayam yang dimasak dengan air alias direbus kadarnya bisa berkurang hingga 50 persen. Alasannya, vitamin C bersifat larut air dan sangat sensitif terhadap panas. 

Cara mengolah bayam agar tetap sehat

Proses pengubahan nitrat menjadi nitrit ini dikatakan hanya terjadi pada temperatur tinggi. Meski demikian, kamu tidak perlu sepenuhnya khawatir. Suhu panas saat mengolah bayam yang hanya sebentar mungkin tidak menyebabkan masalah tersebut. Oleh karenanya, disarankan untuk menggunakan teknik blanching saat mengolah bayam.

Jika ada sisa bayam yang sudah diolah, bukan berarti kamu perlu membuangnya begitu saja. Kamu tetap bisa memanaskannya, tetapi disarankan agar tidak menggunakan microwave dengan daya penuh. Sebagai gantinya, gunakan kompor dengan api paling kecil untuk memanaskan bayam kembali.

Seberapa lama bayam boleh disimpan?

ilustrasi bayam (pexels.com/Jacqueline Howell)

Selain mempertanyakan kenapa bayam tidak boleh dipanaskan, kamu juga perlu memperhatikan masa konsumsi sayur tersebut. Sayuran hijau ini punya batas waktu penyimpanan guna mempertahankan nutrisi dan rasanya.

Bayam yang belum diolah bisa disimpan di kulkas dan bertahan hingga 10 hari. Akan tetapi, jika kamu menyimpannya bersama dengan makanan lain yang mengandung etilen, masa simpannya bisa jauh berkurang. Pasalnya, etilen dapat membuat bayam cepat rusak.

Sementara itu, bayam yang sudah diolah dikatakan bisa bertahan 3—5 hari di dalam kulkas selama dikemas menggunakan wadah kedap udara. Sementara itu, terdapat pendapat lain yang menyarankan agar bayam dikonsumsi dalam jangka waktu 7—12 jam setelah dimasak. Pendapat dalam studi tahun 2020 menyebutkan lebih dari waktu tersebut, bayam tidak baik dikonsumsi karena potensi serangan mikroba.

Setelah memahami kenapa bayam tidak boleh dipanaskan, ada baiknya menerapkan cara pengolahan dan penyimpanan yang tepat, ya. Akan lebih baik jika memasak dalam porsi secukupnya sehingga tidak perlu memanaskannya kembali.

Referensi:

"Is it OK to re-heat spinach?". Wageningen University & Research. Diakses Agustus 2024
"The Trouble With Reheating Leftover Spinach". Tastingable. Diakses Agustus 2024
"How Cooking Affects the Nutrient Content of Foods". Healthline. Diakses Agustus 2024
"How to Store Spinach to Keep It Fresh for Longer". All Recipes. Diakses Agustus 2024
Zeng, Chuli. “Effects of Different Cooking Methods on the Vitamin C Content of Selected Vegetables.” Nutrition & Food Science 43, no. 5 (September 6, 2013): 438–43

Editorial Team