Pada penelitian pertama, setelah pengisian kuesioner, para peneliti juga menggunakan pemindaian MRI fungsional (fMRI). Tujuannya adalah untuk melihat dampak kurang tidur terhadap daerah otak yang terlibat dalam perilaku prososial.
Hasilnya pun mengejutkan. Para peneliti menemukan bahwa kurang tidur berdampak terhadap berkurangnya aktivitas otak yang terkait dengan kognisi sosial.
Para peneliti melihat bahwa berkurangnya motivasi perilaku menolong akibat kurang tidur terkait dengan berkurangnya aktivitas di daerah otak yang memicu kognisi sosial. Hasil penelitian tersebut makin membuktikan bahwa pengaruh kurang tidur terhadap perilaku menolong disebabkan oleh gangguan di daerah otak ini.
ilustrasi tidur (pexels.com/cottonbro)
Para peneliti mencatat bahwa studi bertajuk "Sleep loss leads to the withdrawal of human helping across individuals, groups, and large-scale societies" ini adalah studi pertama yang mengaitkan tidur dan perilaku menolong. Oleh karena itu, studi selanjutnya perlu menjelaskan peran tidur dalam memicu perilaku prososial.
Salah satu peneliti dari studi tersebut, Dr. Eti Ben Simon, menekankan pentingnya studi ini terhadap analisis hubungan tidur dengan perilaku manusia. Menurutnya, dengan merawat diri sendiri (salah satunya dengan cukup tidur), maka manusia baru bisa berbuat baik terhadap sesamanya.
"Sudah saatnya masyarakat membuang pandangan bahwa tidur tidak penting atau buang-buang waktu. Jangan malu untuk meluangkan waktu tidur sesuai kebutuhan," ujar Dr. Eti seperti dilansir Medical News Today.