Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi petugas membantu lansia dari arus banjir
ilustrasi petugas membantu lansia dari arus banjir (commons.wikimedia.org/John Chroston)

Intinya sih...

  • Banjir dapat menimbulkan trauma serius pada korban yang muncul dalam bentuk gangguan emosional, fisik, pola pikir, dan perilaku.

  • Pemulihan trauma bisa dibantu dengan menjaga interaksi sosial, menetapkan tujuan hidup baru, dan menjalani pola hidup sehat sesuai kemampuan.

  • Bila trauma terasa berat atau berkepanjangan, korban sangat dianjurkan mencari bantuan profesional dari dokter atau ahli psikologi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banjir itu tergolong bencana yang sangat mengerikan. Dari tragedi ini, manusia bisa kehilangan materi sampai nyawa pada saat yang bersamaan. Ratusan orang bisa kehilangan nyawa, sementara ribuan lainnya terpaksa mengungsi karena kehilangan tempat tinggal. Hal ini pula yang sedang terjadi di Sumatra.

Kerusakan yang ditimbulkan bencana banjir tak main-main. Mau itu rumah sederhana sampai infrastruktur umum, semuanya bisa tersapu banjir atau setidaknya terkubur oleh material yang terbawa aliran air. Akibatnya, seluruh aktivitas masyarakat bisa lumpuh seketika.

Karena itu, tak mengherankan kalau dampak psikologis atau mental bagi korban bencana banjir itu sangat beragam dan besar pengaruhnya untuk kehidupan mereka pascabanjir selesai. Kalau sudah seperti itu, apakah ada langkah yang dapat dilakukan korban agar dapat mengatasi trauma yang dialami? Yuk, kita simak ulasan berikut ini!

1. Kenali jenis trauma yang dialami

ilustrasi masyarakat terpaksa beraktivitas saat banjir (commons.wikimedia.org/Rosyid A Azhar)

Salah satu langkah utama yang dapat dilakukan korban setelah mengalami bencana banjir ialah mengenali dulu apa jenis trauma yang dialami. Dengan demikian, langkah yang diambil berikutnya jadi bisa lebih terukur, sesuai dengan masalah yang dihadapi. Namun, bukan berarti korban perlu mencari tahu sendiri soal trauma yang dialami. Konsultasi pada dokter atau ahlinya tetap wajib dilaksanakan agar memperoleh pengetahuan, informasi, dan terapi yang lebih terarah sesuai dengan jenis trauma yang dialami, ya!

Converge International melansir kalau pembagian trauma pada korban bencana, termasuk banjir, terdiri atas empat bagian yang berbeda. Keempatnya antara lain trauma terkait emosi, fisik, pola pikir, sampai perilaku. Untuk lebih lanjutnya, berikut beberapa contoh jenis trauma berdasarkan empat pembagian tersebut.

  • Emosional
    Trauma terkait emosional terdiri dari masalah berupa syok karena tak percaya atas apa yang sudah dialami, rasa takut pada potensi kembalinya bencana, amarah karena merasa ada orang atau sesuatu yang menimbulkan bencana, serta kesedihan karena kehilangan sanak saudara dan/atau harta benda.

  • Fisik
    Trauma terkait fisik terdiri atas insomnia atau kesulitan tidur, kambuhnya penyakit lama atau bawaan karena kondisi saat mengungsi yang tidak mungkin sama dengan keadaan normal, berbagai tanda kelelahan fisik dari ringan sampai ekstrem, dan adanya luka terbuka karena tak sengaja menginjak atau tersayat benda tajam yang tak terlihat.

  • Pola pikir
    Trauma terkait pola pikir terdiri atas kesulitan untuk mengenang memori tertentu atau justru terjebak dalam memori mengerikan dari bencana yang baru dialami, terus mengalami mimpi buruk yang sama terkait bencana banjir, dan sulit untuk berpikir jernih maupun mengambil keputusan karena otak masih bingung atas apa yang baru saja dialami.

  • Perilaku
    Trauma terkait perilaku terdiri atas menjadi sulit berinteraksi dengan orang lain, kehilangan ketertarikan pada aktivitas yang biasa dilakukan, sulit fokus ketika bekerja, sampai memunculkan kebiasaan buruk yang baru.

2. Tetap menjaga interaksi dengan sesama

ilustrasi korban banjir yang tetap beraktivitas normal (commons.wikimedia.org/Rose and Trev Clough Edit this at Structured Data on Commons)

Jenis trauma yang dialami boleh saja terkait dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Namun, cara paling cepat dan mudah yang setidaknya dapat mengobati trauma yang dialami ialah menjaga interaksi dengan sesama. Maksudnya, baik sesama korban bencana, korban dengan relawan, maupun korban dengan masyarakat umum lain, semuanya perlu untuk terus berkomunikasi supaya bisa saling menguatkan.

Dilansir Australian Psychological Society, menghabiskan waktu pada orang-orang yang juga mengalami trauma yang sama akibat bencana banjir atau pada orang-orang yang peduli dapat membuat korban jadi merasa didukung, dibantu, dan saling berbagi. Melakukan interaksi sosial jelas sulit bagi beberapa orang yang mengalami trauma berat sampai tak bisa atau mau berkomunikasi. Namun, pada akhirnya, manusia tetap makhluk sosial yang harus membentuk ikatan dengan sesama agar dapat melewati tantangan yang baru saja dialami.

3. Buat tujuan baru setelah banjir mereda

ilustrasi seorang pria menentukan tujuan hidup baru (pexels.com/Ron Lach)

Bencana banjir besar sering kali membuat korban putus asa karena ada begitu banyak hal yang diambil sampai tak tersisa. Inilah yang menjadi salah satu pemicu korban mengalami trauma berat hingga sulit untuk melanjutkan hidup seperti biasa. Kalau sudah seperti itu, salah satu cara untuk mengatasi trauma yang bisa dilakukan ialah menentukan tujuan dan arah hidup baru yang tentunya bermuatan positif.

American Psychological Association melansir kalau pada dasarnya setiap orang pasti sulit menerima apa yang telah terjadi setelah mengalami bencana yang mengerikan seperti banjir. Namun, kita selaku korban juga perlu menerima kalau perubahan seperti yang terjadi setelah banjir itu merupakan bagian dari hidup dan harus dilewati bersama. Setelah menjernihkan pikiran, korban bisa mulai menentukan langkah apa yang harus dilakukan ke depannya.

Tak perlu memulai dengan sesuatu yang besar. Tujuan baru itu dapat dimulai dengan membersihkan rumah, membantu sesama, mencari dan melakukan berbagai hobi baru, menghibur diri, maupun hal-hal lain yang sebenarnya terlihat kecil serta mudah dilakukan. Namun, dampaknya pasti besar bagi korban. Kalau hal tersebut sering dilakukan, trauma yang dialami perlahan mungkin saja terobati dan bahkan jadi peluang untuk membuka lembaran baru dalam hidup korban.

4. Jaga pola hidup sehat

ilustrasi keluarga menjaga pola makan sehat (pexels.com/RDNE Stock)

Pasti sangat sulit untuk menjaga pola hidup sehat setelah bencana banjir yang baru dialami. Bahkan, kalaupun korban mau melakukannya, ketersediaan makanan sehat maupun obat-obatan pasti sangat terbatas, terutama kalau banjir yang terjadi punya skala yang besar. Karena itu, menjaga pola hidup sehat setelah bencana banjir boleh dilakukan sesuai dengan kapasitas diri masing-masing.

Dilansir American Psychological Association, kebiasaan sehat yang dilakukan saat kondisi sulit itu ternyata mampu membantu korban banjir dalam mengatasi stres berlebih akibat bencana tersebut. Sekalipun terasa berat, pastikan asupan nutrisi tercukupi dan seimbang. Lalu, selalu ingat untuk tidur atau beristirahat yang cukup. Selain itu, jangan coba-coba mengonsumsi alkohol ataupun obat-obatan tertentu agar tidak mengalami kecemasan berlebih. Kalau ada masalah kesehatan yang dialami, jangan ragu untuk segera meminta bantuan untuk menanganinya dengan tepat dan cepat.

5. Cari bantuan dokter atau ahli di bidangnya

ilustrasi konsultasi masalah mental pada ahli psikologis (pexels.com/cottonbro studio)

Perasaan korban bencana selalu jadi prioritas yang harus ditangani secara profesional. Seluruh trauma yang dialami korban tidak bisa dianggap sebelah mata. Itu sebabnya, dalam penanganannya, pasti tak cukup hanya dengan membaca satu artikel di media. Oleh sebab itu, mencari bantuan profesional selalu jadi solusi paling tepat agar masing-masing korban memperoleh terapi trauma yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dilansir Emerging Minds, pada awalnya beberapa korban bencana yang mengalami trauma mungkin akan merasa takut, malu, atau bersalah kalau membagikan pengalaman dan perasaannya pada orang lain. Akan tetapi, hal itu setidaknya tidak perlu dipikirkan kalau orang yang kita ceritakan itu adalah dokter atau ahli psikologi yang tepat. Mereka pasti peduli dengan kondisi korban dan sebisa mungkin bakal membantu sampai kondisi mental korban normal kembali. Jadi, jangan pernah ragu untuk pergi ke ahlinya untuk mendapat bantuan yang lebih memadai, ya!

Pada akhirnya, bencana banjir yang dialami manusia itu pasti meninggalkan luka yang bisa hilang atau membekas di dalam diri masing-masing individu seumur hidup. Segala perasaan yang timbul dari korban banjir itu merupakan sesuatu yang valid, tidak boleh disalahkan, dan pemulihannya harus dibantu secara tepat. Tips di atas hanyalah pengantar agar korban tahu harus ke mana untuk mengatasi trauma. Semoga bermanfaat, ya!

Referensi
"Coping with Trauma". Converge International. Diakses Desember 2025.
"Looking after your wellbeing following a flood". Emerging Minds. Diakses Desember 2025.
"Manage flood-related distress by building resilience". American Psychological Association. Diakses Desember 2025.
"Recovering from floods". Australian Psychological Society. Diakses Desember 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎