ilustrasi tikus percobaan (pexels.com/Pixabay)
Tim dalam penelitian ini mencapai kesimpulan ini melalui percobaan yang melibatkan tikus laboratorium. Mengapa tikus? Tikus dan manusia sebenarnya memiliki banyak kesamaan DNA, dan struktur otak mereka sangat mirip dengan manusia. Dengan cara ini, hewan pengerat dan tikus menjadi 'pengganti' ilmiah yang berguna bagi manusia.
Satu kelompok tikus diuji menggunakan roda berjalan setiap hari selama empat minggu, rata-rata jarak tempuhnya sekitar tiga mil per hari. Kelompok tikus lain tidak memiliki akses ke roda berjalan. Setiap hari setengah dari tikus di kedua kelompok tersebut kemudian dihadapkan pada situasi stres yang disimulasikan seperti berenang di air dingin atau berjalan di atas platform yang ditinggikan. Satu jam setelah peristiwa yang membuat stres berlalu, para peneliti melakukan pemindaian otak pada tikus untuk mengukur fungsi LPT.
Benar saja, tikus yang berlari menunjukkan LPT yang jauh lebih kuat setelah stres daripada tikus yang tidak banyak bergerak. Selain itu, tikus yang berolahraga mendapat skor setinggi tikus yang tidak stres pada penilaian memori yang berjalan di labirin. Tikus yang berolahraga juga membuat kesalahan memori yang jauh lebih sedikit saat menavigasi labirin daripada tikus yang tidak banyak bergerak.