Berdasarkan sebuah laporan dalam jurnal Frontiers in Microbiology tahun 2016, sejak zaman dulu madu telah digunakan untuk mengobati luka, seperti luka bakar dan bisul. Penggunaannya pun sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 2007.
Madu memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Sembari menjaga area luka yang lembap, madu juga dapat mencegah infeksi mikroba pada luka.
Beberapa studi telah membuktikan bahwa madu manuka dapat memperkuat regenerasi jaringan, meningkatkan penyembuhan luka, bahkan mengurangi rasa sakit pada pasien yang menderita luka bakar.
Sebuah studi dalam jurnal Revue de Chirurgie Orthopédique et Réparatrice de l Appareil Moteur tahun 1998 memberikan madu manuka pada luka yang tak kunjung sembuh pada 40 partisipan selama 2 minggu. Hasilnya, 88 persen luka mengecil dan membangun lingkungan asam pada luka, yang artinya dapat mendukung penyembuhannya.
Bahkan, madu manuka juga dapat membantu menyembuhkan luka pada penderita diabetes. Penelitian yang dilakukan di Arab Saudi dan Yunani menunjukkan hasil bahwa mengombinasikan madu manuka dengan pengobatan konvensional dapat menyembuhkan luka lebih efektif daripada hanya mengandalkan pengobatan konvensional. Selain itu, waktu penyembuhannya pun lebih cepat.
Ada pula studi lainnya yang mengamati efektivitas madu manuka dalam penyembuhan luka di kelopak mata setelah operasi. Pasien melaporkan bahwa jaringan parut lebih tersamarkan dan serta mengurangi rasa sakit. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal
Ophthalmic Plastic & Reconstructive Surgery tahun 2017.
Berbagai penelitian juga meneliti efek madu manuka untuk pengobatan infeksi luka yang disebabkan oleh strain bakteri yang kebal antibiotik seperti Staphylococcus aureus (MRSA). Hasilnya, madu manuka bisa membantu mencegah MRSA hanya dengan mengoleskan madu manuka secara teratur pada luka yang terinfeksi.