Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
segelas matcha dan kopi khas kafe modern (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Setelah istirahat makan siang, salah satu masalah yang sering kita alami adalah rasa kantuk saat hendak melanjutkan pekerjaan. Apalagi, kalau pada malam harinya kita tidak memperoleh tidur yang berkualitas, sudah pasti kantuk itu akan terasa semakin parah. Nah, salah satu solusi yang sering terpikirkan untuk mengatasi hal tersebut adalah kafein.

Saat ini, sudah ada banyak pilihan minuman yang mengandung kafein. Dari yang paling klasik, seperti kopi, sampai yang kekinian, seperti matcha. Nah, kalau kita bandingkan antara dua minuman tersebut, kira-kira mana yang lebih efektif untuk atasi kantuk? Yuk, kita cari tahu faktanya serta manfaat lain yang ditawarkan kopi dan matcha!

1. Berapa besaran kafein yang dapat diterima tubuh?

Baik kopi maupun matcha sebenarnya sama-sama mengandung kafein, tetapi ada perbedaan yang cukup mencolok dari keduanya. (pexels.com/destiawan nur agustra)

Sebelum menjawab mana yang lebih efektif atasi kantuk antara kopi dan matcha, perlu kita ketahui dulu soal berapa kandungan kafein yang aman untuk dikonsumsi tubuh sampai membantu atasi rasa kantuk. Soalnya, kadar kafein yang bisa diterima tubuh manusia itu berbeda-beda, tergantung pada kondisi spesifik. Dilansir Mayo Clinic, angka rata-rata yang cukup bagi tubuh itu tak lebih dari 400 mg kafein per hari.

Besaran kafein itu disarankan untuk orang dewasa dalam kondisi sehat. Akan tetapi, ada pengecualian bagi orang yang sedang mengalami masalah kesehatan, semisal insomnia, asam lambung, dan gangguan kecemasan. Sebab, konsumsi kafein pada masalah kesehatan tersebut justru malah akan berdampak negatif bagi tubuh.

Selain itu, perlu diingat pula soal sumber kafein berasal. Sebaiknya hindari konsumsi kafein dari bubuk kafein murni karena ada potensi keracunan dan kandungan yang terlampau tinggi. Bayangkan saja, dalam satu sendok bubuk kafein murni, ada kandungan kafein yang setara dengan 28 gelas kopi yang pastinya malah akan berdampak buruk pada tubuh jika dikonsumsi.

Nah, selanjutnya, berapa lama waktu yang diperlukan agar kafein dapat bekerja dalam atasi rasa kantuk? Houston Methodist melansir bahwa setengah dari kadar kafein yang kita konsumsi itu baru akan habis setelah 6 jam. Artinya, ketika mengonsumsi jumlah kafein yang sesuai, setidaknya kita dapat bertahan dari rasa kantuk sampai dengan 6 jam. Namun, waktunya jelas berbeda-beda tergantung kondisi tubuh dan jumlah kafein yang dikonsumsi. Tentunya, efek tersebut tidak terjadi secara instan karena butuh waktu 15—60 menit sebelum akhirnya mulai bereaksi.

Memang, waktu paling efektif kafein bekerja itu sekitar 6 jam. Akan tetapi, perlu diingat kalau kurun waktu tersebut hanya menghabiskan setengah kandungan kafein yang dikonsumsi. Ada kemungkinan sisa-sisa kafein malah membuat kita terjaga dan sulit tidur ketika malam hari. Dengan demikian, lebih dianjurkan untuk tidak mengonsumsi kopi lebih dari pukul 3 sore supaya tidak mengganggu jam tidur.

2. Kopi atau matcha, mana yang lebih efektif untuk atasi kantuk?

potret secangkir kopi (pixabay.com/cocoparisienne)

Baik kopi maupun matcha sama-sama mengandung kafein, meski kadarnya berbeda. Nah, antara dua jenis minuman itu ternyata juaranya tetap si pilihan klasik kita, yakni kopi. Health melansir bahwa kadungan kafein dalam kopi itu sekitar 10—12 mg per 1 gram kopi. Biasanya, dalam satu cangkir kopi, biasanya ada sekitar 10 gram bubuk kopi yang membuat angka kandungan kafeinnya jadi 80—100 mg per gelas.

Di sisi lain, 1 gram bubuk matcha mengandung sekitar 18,9—44,4 mg kafein. Angka per gramnya memang lebih besar, tetapi umumnya matcha hanya digunakan sekitar 2 gram saja per sajian sehingga angka kafein dalam satu gelasnya jadi 38—89 mg. Selain perbedaan kadar kafein per sajiannya, ada perbedaan karakteristik dari kopi dan matcha terkait efektivitas tubuh kita dalam menyerap kandungan kafein di dalamnya.

Dilansir Healthline, kafein pada kopi terbilang lebih instan untuk memberi dorongan energi ataupun mengatasi rasa kantuk. Bayangkan saja, dibanding dengan minuman lain, tubuh kita sudah bisa merasakan efek kafein pada kopi sekitar 15 menit saja. Sementara itu, matcha butuh waktu sedikit lebih lama dibanding kopi untuk mulai bereaksi.

Kalau dikonsumsi secara tepat dan dalam jumlah yang sesuai, kopi juga punya beberapa manfaat lain. Dilansir Verywell Health, ada kandungan antioksidan seperti polifenol dan asal klorogenat yang membantu sel tubuh dari radikal bebas, melindungi sel otak beserta penyakit-penyakit berbahaya di otak, dan mengurangi risiko serangan jantung karena antioksidan yang memberi dampak positif kepada pembulu darah. Namun, kalau dikonsumsi secara berlebihan, kopi justru dapat memicu gangguan pencernaan, kecemasan berlebih, osteoporosis, dan sakit kepala.

3. Lantas, apa kelebihan matcha?

berbagai tahapan matcha, dari daun teh, bubuk, sampai cairan (pixabay.com/dungthuyvunguyen)

Kafein pada matcha memang lebih lamban untuk diserap tubuh, tetapi ada karakter yang berbeda dari minuman ini yang jadi kelebihan tersendiri kalau dibandingkan dengan kopi. Jumlah energi yang diberikan matcha lebih stabil dan seimbang sehingga efeknya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Selain itu, dilansir Psychology Today, ada kandungan asam amino khusus bernama L-theanine yang mampu membantu tubuh lebih rileks dan menjaga konsentrasi saat beraktivitas.

Dengan demikian, kafein pada matcha tak hanya memberi energi lebih untuk beraktivitas, tetapi juga meningkatkan fokus tanpa perlu khawatir dengan kecemasan atau stres berlebih. Menariknya, L-theanine ini juga mampu untuk memperbaiki kualitas tidur berkat stimulasi penenang yang ada di dalamnya. Belum lagi, peningkatan suasana hati dan menurunkan tekanan darah dan detak jantung ketika istirahat semakin membantu kita memperoleh tidur yang sehat.

Tak hanya L-theanine, matcha juga punya sederet kandungan lain yang bermanfaat bagi tubuh. Dilansir Sleep Doctor, kandungan epigallocatechin gallate (EGCG) yang merupakan bagian polifenol ini jadi jenis antioksidan yang sangat kuat. Berkat EGCG, tubuh kita dapat mengurangi risiko peradangan, membantu menurunkan risiko terjangkit penyakit kardiovaskular dan diabetes, meningkatkan fungsi sel otak, dan bertugas sebagai agen antikanker.

Di balik segudang manfaat itu, perlu diingat pula kalau konsumsi matcha tetap tidak boleh berlebihan. Dilansir Healthline, konsumsi matcha berlebihan dengan kandungan EGCG yang tinggi diduga dapat memicu kerusakan hati dalam jangka panjang. Selain itu, rasa mual, dan potensi menyerap timbal maupun senyawa arsenik pun bisa terjadi jika daun teh yang dipakai untuk membuat matcha itu terlanjur terkontaminasi logam berat berbahaya tersebut.

Walaupun kopi dan matcha sama-sama mengandung kafein, ternyata karakteristik kedua jenis minuman ini berbeda-beda. Kalau butuh untuk terjaga dalam waktu singkat, maka kopi jawabannya. Sementara, kalau kamu lebih ingin rileks dan menjaga energi dalam waktu panjang, maka matcha bisa jadi pilihan. Intinya sesuaikan dengan preferensi dan konsumsi dalam batas yang dianjurkan bagi tubuh, ya!

Referensi

"Caffeine: How much is too much?". Mayo Clinic. Diakses Mei 2025.
"Caffeine & Sleep: How Long Does Caffeine Keep You Awake?". Houston Methodist. Diakses Mei 2025.
"Coffe vs. Matcha: Which One's Actually Better for Your Health?". Health. Diakses Mei 2025.
"How Do Matcha and Coffee Compare?". Healthline. Diakses Mei 2025.
"Coffee or Matcha: Which Is Better for Energy and Wellness?". Verywell Health. Diakses Mei 2025.
"Should You Drink Coffee or Matcha for Better Sleep?". Psychology Today. Diakses Mei 2025.
"Does Matcha Help You Sleep?". Sleep Doctor. Diakses Mei 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team