Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan kekasih (pexels.com/Andre Furtado)

Tidak bisa ditampik kalau momen jatuh cinta dapat membawa emosi yang kuat bahkan bisa jadi meluap-luap. Seseorang mungkin merasakan kegembiraan sampai rela mengorbankan apa pun demi cinta.

Namun, tahukah kamu kalau emosi karena cinta yang berlebihan dapat menjadi indikasi akan kemunculan sinyal kecanduan. Keadaan ini dikenal sebagai love addiction (kecanduan cinta).

Studi dalam philosophy, psychiatry, & psychology: PPP menjelaskan, love addiction adalah kondisi yang menyebabkan seseorang mengembangkan obsesi tidak sehat terhadap cinta. Orang dengan jenis kecanduan ini sering kali menetapkan standar dan harapan yang tidak realistis. Jadi, ketika objek atau sasaran yang membuat candu tidak terpenuhi, hal itu hanya akan memperburuk hubungan.

1. Gejala

ilustrasi sepasang kekasih duduk bersama (pexels.com/Dương Nhân)

Gejala love addiction dapat termanifestasi ke dalam situasi yang berbeda antara satu orang dengan lainnya. Tingkat keparahannya pun bisa bervariasi mulai dari sering menelepon, posesif, sampai menguntit kehidupan pasangannya. Gejala kecanduan cinta yang lainnya meliputi:

  • Terlalu bergantung pada pasangan.
  • Terobsesi dengan cinta.
  • Menjadi depresi saat usaha yang dikerahkan tidak mendapatkan timbal balik.
  • Merasa kehilangan arah ketika tidak memiliki pasangan.
  • Selalu memprioritaskan hubungan romantisme di atas hubungan pribadi lainnya.
  • Sulit meninggalkan hubungan toksik.
  • Membuat keputusan yang kurang bijak, seperti rela berhenti kerja atau memutuskan hubungan kekeluargaan demi pasangan.

2. Faktor pemicu

ilustrasi pengantin (pexels.com/Mukesh Mohanty)

Kebanyakan ahli tidak menetapkan kecanduan cinta sebagai kondisi yang berdiri sendiri dalam dunia medis. Namun, keadaan ini bisa sangat berkaitan dengan senyawa kimia pada otak manusia.

Penelitian dalam Frontiers in Psychology tahun 2016 menunjukkan, perasaan terhadap cinta yang intens mengaktifkan daerah sistem penghargaan otak. Daerah ini juga memiliki korelasi pada kasus gangguan penyalahgunaan narkoba di mana gejala khasnya adalah kecanduan.

Sementara itu, pemicu lain kecanduan cinta meliputi:

  • Terikat oleh hubungan toksik.
  • Harga diri yang rendah.
  • Memiliki riwayat trauma di masa kecil.
  • Dampak dari masalah pengabaian di masa lalu.
  • Pernah menjadi korban pelecehan seksual atau emosional.

3. Hubungan dengan kondisi lain

ilustrasi pasangan kekasih menggenggam tangan (pexels.com/Pixabay)

Dilansir laman Healthline, ketergantungan pada hubungan romantisme sering kali dapat berhubungan dengan kondisi atau situasi tertentu, seperti:

  • Depresi.
  • Kecemasan.
  • Trauma masa kecil.
  • Tingkat kepercayaan diri rendah.

Pola yang berpotensi merusak diri sendiri seperti kecanduan cinta ini dapat berkembang sebagai akibat dari perlakuan di masa lalu. Pihak terdekat seperti orangtua atau pengasuh memiliki peran signifikan terhadap risiko kemunculannya.

4. Penanganan

ilustrasi penanganan kecanduan cinta (pexels.com/cottonbro)

Penanganan untuk kasus ini bisa jadi cukup rumit. Hal ini karena kecanduan cinta bukan termasuk kondisi kesehatan mental yang diakui secara universal. Proses diagnosis dan penetapan pengobatannya pun cenderung dilakukan atas kebijakan dokter atau terapis berlisensi.

Jika kecanduan cinta terjadi bersamaan dengan gangguan lain seperti depresi atau kecemasan, dokter mungkin akan memberikan obat untuk membantu manajemen kondisi penyerta. Selain itu, psikoterapi juga dapat dijadikan opsi dalam intervensi kecanduan cinta. Namun, penelitian dalam European Journal of Psychiatry menekankan masih perlu penelitian lanjutan untuk menentukan keefektifan psikoterapi dalam menangani love addiction.

5. Mekanisme koping

ilustrasi perempuan saling berkomunikasi (pexels.com/SHVETS production)

Terjebak dalam kecanduan cinta bisa sangat mengganggu, baik bagi diri sendiri maupun pasangan. Untuk itu perlu strategi khusus dalam meminimalkan obsesi yang tidak sehat tentang cinta, seperti:

  • Rutin berolahraga.
  • Melakukan hal-hal yang mendatangkan kegembiraan, seperti mendengarkan musik, menonton film, atau menikmati pijat relaksasi.
  • Meditasi atau menerapkan latihan pernapasan.
  • Membuat jurnal harian.

Cinta adalah anugerah yang indah. Memiliki kesempatan untuk mencintai dan dicintai mungkin menjadi dambaan bagi sebagian besar orang. Namun, perlu diingat bahwa porsi mencintai dan dicintai harus seimbang.

Jika kamu menunjukkan gejala kecanduan cinta, ada baiknya membicarakan persoalan ini dengan profesional kesehatan. Para ahli tentu akan membantu menggalakkan diagnosis dan memberikan rekomendasi perawatan. Melalui pengobatan yang tepat, kamu dapat menemukan cara yang lebih sehat untuk mengekspresikan cinta.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team