Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rokok (unsplash.com/Mathew MacQuarrie)

Walaupun terjadi penurunan tingkat merokok secara global selama beberapa dekade terakhir, tetapi penggunaan tembakau tetap menjadi penyebab utama kematian yang dapat dicegah, yang menyebabkan kematian hingga lebih dari 8 juta orang setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Secara keseluruhan, sekitar 1,3 miliar orang di seluruh dunia menggunakan produk tembakau, lebih dari 80 persen di antaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah.

Penggunaan tembakau merupakan kontributor utama terhadap dampak kesehatan yang buruk, dan terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung, kanker, stroke, dan komplikasi kelahiran. Hingga separuh pengguna tembakau meninggal karena penggunaan tembakau, dan 1,3 juta orang yang bukan perokok meninggal setiap tahunnya akibat paparan asap rokok.

Berbagai bahaya rokok sudah diketahui secara luas. Kampanye nasional maupun global akan bahaya rokok dan berhenti merokok pun terus berlangsung. Namun, merokok tetap menjadi bagian integral dari keseharian bagi sebagian masyarakat dan banyak yang kesulitan untuk terlepas dari jeratnya.

Artikel ini akan menjelajahi apa saja tantangan yang dihadapi individu dan pemangku kebijakan untuk mengakhiri kecanduan rokok di Indonesia. Mulai dari tekanan sosial hingga akses obat yang rumit, upaya berhenti merokok tampaknya menjadi perjuangan panjang. 

1. Jumlah perokok di Indonesia

ilustrasi data perokok di Indonesia (IDN Times/Madya Shakti)

Sebelum mengusut tantangan yang dihadapi, penting untuk mengetahu prevalensi perokok di Indonesia. Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), prevalensi perokok di Indonesia terus meningkat.

"Menurut data Global Adult Tobacco Survey (GATS 2021) prevalensi perokok di atas 15 tahun masih tinggi, yaitu sekitar 70,2 juta (34,5 persen), dan yang mengkhawatirkan, prevalensi perokok elektronik meningkat 10 kali lipat dari 0,3 persen (GATS 2011) menjadi 3 persen (GATS 2021)," jelasnya saat dihubungi IDN Times. 

Berikut ini beberapa poin penting dari GATS 2021.

1. Penggunaan tembakau dan rokok elektronik

  • 34,5 persen secara keseluruhan (70,2 juta orang dewasa), 65,5 persen laki-laki, dan 3,3 persen perempuan yang saat ini menggunakan tembakau (merokok, tembakau tanpa asap, atau produk tembakau yang dipanaskan).
  • 33,5 persen secara keseluruhan (68,9 juta orang dewasa), 64,7 persen laki-laki, dan 2,3 persen perempuan yang saat ini merokok tembakau.
  • 28,6 persen secara keseluruhan (58,8 juta orang dewasa), 55,5 persen laki-laki, dan 1,7 persen perempuan yang saat ini merokok rokok kretek.
  • 1,0 persen secara keseluruhan (2,1 juta orang dewasa), 0,9 pesen laki-laki, dan 1,1 persen perempuan saat ini menggunakan tembakau tanpa asap.
  • 0,1 persen secara keseluruhan (0,3 juta orang dewasa), 0,3 persen laki-laki, dan 0,0 persen perempuan saat ini menggunakan produk tembakau yang dipanaskan.
  • 3,0 persen secara keseluruhan (6,2 juta orang dewasa), 5,8 persen laki-laki, dan 0,3 pesen perempuan saat ini menggunakan rokok elektronik.

2. Upaya berhenti merokok 

  • 63,4 persen perokok saat ini berencana atau sedang memikirkan untuk
    berhenti merokok.
  • 38,9 persen perokok yang mengunjungi penyedia layanan kesehatan selama
    12 bulan terakhir disarankan untuk berhenti merokok.

3. Perokok pasif

  • 44,8 persen orang dewasa yang bekerja di dalam ruangan (20,3 juta orang dewasa)
    terpapar asap tembakau di area tertutup di tempat kerja.
  • 59,3 persen orang dewasa (121,6 juta orang dewasa) terpapar asap tembakau di dalam rumah mereka.
  • 74,2 persen orang dewasa (56,1 juta orang dewasa) terpapar asap tembakau saat mengunjungi restoran.

4. Ekonomi

  • Jumlah rata-rata yang dikeluarkan untuk 12 batang rokok kretek adalah Rp14.867,8.
  • Rata-rata pengeluaran bulanan untuk rokok kretek adalah Rp382.091,7.

5. Media

  • 43,0 persen orang dewasa memperhatikan informasi anti merokok di TV atau radio.
  • 45,9 persen orang dewasa memperhatikan iklan atau promosi rokok di toko tempat rokok dijual.
  • 75,3 persen orang dewasa melihat adanya iklan rokok, promosi, atau sponsor acara olahraga.

6. Pengetahuan, sikap, dan persepsi

  • 85,7 persen orang dewasa percaya bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit serius.
  • 80 persen orang dewasa percaya bahwa menghirup asap rokok orang lain menyebabkan penyakit serius pada non perokok.

2. Jumlah perokok di Indonesia berdasarkan usia

Editorial Team

Tonton lebih seru di