5 Tips Puasa untuk Penderita Gangguan Makan

Puasa bisa menantang untuk penderita gangguan makan

Intinya Sih...

  • Puasa bisa menjadi tantangan tersendiri bagi individu yang memiliki masalah gangguan makan.
  • Gangguan makan adalah penyakit mental yang mana penderitanya akan makan untuk mengatasi situasi sulit.
  • Kalau kamu memiliki gangguan makan dan ingin berpuasa, kamu bisa menerapkan tips ini untuk membantu kelancaran puasa.

Memasuki bulan Ramadan, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri bagi individu yang memiliki masalah gangguan makan atau eating disorder.

Gangguan makan adalah kondisi perilaku yang ditandai dengan gangguan perilaku makan yang parah dan terus-menerus serta pikiran dan emosi yang menyusahkan. Ini bisa menjadi kondisi yang sangat serius yang memengaruhi fungsi fisik, psikologis, dan sosial, menurut American Psychiatric Association.

Jenis gangguan makan antara lain anoreksia nervosa, bulimia nervosa, gangguan makan berlebihan (binge-eating disorder), avoidant/restrictive food intake disorder, gangguan makan tertentu lainnya, gangguan pika dan ruminasi.

Kabar baiknya, orang dengan gangguan makan tetap bisa puasa tanpa hambatan. Berikut ini tipsnya.

1. Menetapkan batasan

Ramadan identik dengan acara bukber atau buka puasa bersama, misalnya dengan teman kerja, teman sekolah, teman komunitas, hingga keluarga besar.

Dilansir Healthline, kamu harus menetapkan batasan untuk tidak menghadiri semua acara bukber. Kamu juga bisa memilih untuk tidak membicarakannnya jika ada rasa tidak nyaman atau cemas. Namun, bukan berarti kamu harus menghindari semua interaksi sosial. Kamu masih bisa ikut Tarawih di masjid atau panitia acara amal.

Menjadi sukarelawan untuk kegiatan amal atau penggalangan dana bisa menjadi pengalaman yang sangat bermanfaat dan memuaskan. Intinya, bantulah siapa pun yang membutuhkan dan kurang beruntung.

2. Tidak melewatkan waktu sahur

5 Tips Puasa untuk Penderita Gangguan MakanIlustrasi makan sahur (freepik.com/rawpixel.com)

Seseorang yang menderita gangguan makan tetap harus makan pada waktu sahur karena ini penting untuk energi dalam beraktivitas seharian.

Pertimbangkan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks. Menu makan ini dapat mengurangi kemungkinan merasa lelah atau lesu pada siang hari.

Makanan tinggi protein contohnya telur, almon, dada ayam, susu, kacang-kacangan, Greek yogurt, daging sapi tanpa lemak, ikan, quinoa, dan lain sebagainya.

Sementara itu, lemak sehat bisa didapatkan dari alpukat, keju, cokelat hitam, telur, ikan, kacang-kacangan, biji chia, minyak zaitun, yogurt, dan lain-lain.

Sangat penting untuk tidak melewatkan sahur atau berbuka puasa. Melewatkannya akan meningkatkan risiko kambuh.

Kamu juga bisa membuat perencanaan tentang makanan apa yang akan dikonsumsi saat sahur saat memutuskan untuk berpuasa yang sesuai kebutuhan.

Baca Juga: Apakah ASI akan Berkurang saat Ibu Menyusui Berpuasa?

3. Membuat jurnal refleksi Ramadan

Melewati bulan Ramadan bagi penderita gangguan makan mungkin memerlukan banyak kekuatan dan tekad.

Menurut situs Mental Health Foundation, Ramadan adalah bulan spiritual. Jadi, diharapkan pemikiran dan perasaan yang berbeda dapat muncul melalui doa, pembelajaran, dan refleksi diri. 

Menulis jurnal bisa menjadi cara yang bagus untuk mengidentifikasi dan mencatat perasaan sepanjang bulan suci ini.

Hal-hal yang perlu dicatat meliputi:

  1. Emosi apa yang muncul dalam diri seputar makanan hari ini?
  2. Apakah ada situasi yang memicu pikiran atau perasaan cemas?
  3. Bagaimana mengelola situasi tersebut, atau bagaimana untuk mengelolanya pada lain waktu?
  4. Apakah ada momen yang terasa menyenangkan?
  5. Bagaimana hari esok bisa lebih baik?

Pastikan untuk tetap berpegang pada rencana atau tujuan pola makan pribadi. Susun makanan sahur dan buka puasa sesuai dengan kebutuhan.

4. Salat sebagai refleksi diri

5 Tips Puasa untuk Penderita Gangguan Makanilustrasi salat berjamaah (pexels.com/Mohammad Ramezani)

Salat menjadi ibadah yang wajib dilakukan lima kali sehari oleh umat Islam. Ini dapat memberikan kesempatan besar untuk beristirahat dari tugas sehari-hari dan sebagai kesempatan untuk refleksi diri.

Saat waktu salat, carilah tempat yang tenang, meluangkan waktu untuk berdoa dan merenung, dan fokus pada gerakannya.

Dikatakan bahwa orang yang rutin berdoa sambil menerapkan mindfulness mengalami kesehatan mental yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak menerapkannya (PubMed, 2017).

Usahakan untuk ikut Tarawih. Luangkan lebih banyak waktu untuk mengingat Allah SWT atau berdzikir. Ada keberkahan dan pahala dari Tarawih dan salat malam Tahajud.

5. Mempersiapkan rencana pencegahan

Jika menurutmu puasa dapat memperparah gejala gangguan makan atau menyebabkan kekambuhan, ada baiknya untuk menyusun rencana pencegahan sebelum atau selama bulan ini.

Rencana tersebut mungkin mencakup:

  • Ketahui pemicu kekambuhan gangguan makan, sehingga kamu bisa menyusun strategi untuk menghindarinya.
  • Ketahui strategi penanggulangan yang berhasil untuk kamu.
  • Cari cara baru untuk mengurangi kemungkinan mengalami kegagalan.
  • Memiliki orang-orang yang dapat diandalkan dalam situasi sulit, seperti orang terkasih yang tepercaya atau terapis.

Libatkan dokter dan profesional kesehatan mental jika diperlukan.

Bagaimana jika tidak bisa puasa?

5 Tips Puasa untuk Penderita Gangguan Makanilustrasi makan kurma (freepik.com/Rawpixel.com)

Puasa menjadi wajib bagi umat Islam. Namun, ada beberapa golongan yang dikecualikan, seperti:

  • Mereka yang sakit.
  • Ibu hamil dan menyusui.
  • Sedang menstruasi.
  • Musafir.
  • Anak kecil.
  • Lansia.

Mengutip situs BDA, gangguan makan adalah penyakit mental yang mana penderitanya akan makan untuk mengatasi situasi sulit. Siapa pun bisa mengalaminya tanpa memandang usia, etnis, dan latar belakang.

Ramadan bisa menjadi tantangan berat baik secara mental maupun fisik bagi penderita gangguan makan. Penyakit mental sering kali menjadi topik yang tabu, sehingga membuat seseorang yang memutuskan untuk tidak berpuasa karena penyakitnya tak jarang mendapat stigma negatif.

Tidak berpuasa karena gangguan mental dipandang sebagai lemahnya iman seseorang. Sering kali, individu yang mengidap kelainan ini percaya bahwa mereka masuk golongan yang harus berpuasa sehingga merasa bersalah dan malu jika tidak menjalankannya.

Puasa juga telah menjadi bagian dari budaya Muslim, yang digunakan sebagai ukuran untuk menilai religiositas seseorang. Tekanan sosial ini mengakibatkan banyak orang sakit berpuasa yang berpotensi membahayakan kesehatannya.

Jika tidak biasa puasa karena sakit, puasa bisa diganti dengan fidyah atau sumbangan dalam bentuk makanan hingga uang yang diberikan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Kalau kamu memiliki gangguan makan dan ingin berpuasa, kamu bisa menerapkan tips di atas untuk membantu kelancaran puasa. Namun, jika mengalami kekambuhan, jangan memaksakan diri.

Tak ada salahnya untuk berbicara dengan dokter, profesional kesehatan mental, dan ahli gizi untuk merencanakan strategi terbaik untuk menjalani puasa Ramadan.

Baca Juga: 7 Manfaat Puasa untuk Kesehatan Jantung, Sayang untuk Dilewatkan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya