ilustrasi bubuk matcha yang sudah diseduh (unsplash.com/Payoon Gerinto)
Antioksidan yang terkandung di dalam matcha memang bisa menangkal segala radikal bebas yang berbahaya. Namun, matcha tidak dapat dijadikan sebagai obat untuk penyakit kronis. Bubuk teh hijau asal Jepang ini hanya dapat mendukung kesehatan, tidak bisa menjadi obat sepenuhnya.
Sebagaimana ditemukan dalam studi yang terbit dalam jurnal Aging (Albany NY) pada 2018, matcha yang berasal dari teh hijau bisa menghambat penyebaran sel kanker, tapi tidak disebutkan bahwa matcha bisa menjadi obat penyakit kronis tersebut. Dengan demikian, matcha hanya bisa membantu mendukung kesehatan atau penyembuhan, tapi tidak bisa menjadi obat. Efeknya bersifat pelengkap dalam gaya hidup sehat, bukan sebagai terapi utama.
Popularitas matcha dalam dunia kuliner tak lepas dari manfaat atau kandungan antioksidannya yang tinggi. Namun, bukan berarti matcha bisa jadi pengganti sayur, buah, atau obat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Dari beberapa mitos kesehatan seputar matcha di atas, apakah ada yang pernah kamu percaya?
Referensi
Bonuccelli, Gloria, Federica Sotgia, and Michael P. Lisanti. 2018. “Matcha Green Tea (MGT) Inhibits the Propagation of Cancer Stem Cells (CSCs), by Targeting Mitochondrial Metabolism, Glycolysis and Multiple Cell Signalling Pathways.” Aging (Albany NY).
"Matcha: A Look at Possible Health Benefits". Harvard Health Publishing. Diakses Juli 2025.
"How Green Tea Can Help You Lose Weight". Healthline. Diakses Juli 2025.
"Why is Matcha Color Important? Matcha Green Color is the Key to Determining Quality". Matcha Direct. Diakses Juli 2025.