Meskipun dianggap sebagai salah satu faktor terpenting untuk memulai hari yang sehat, tetapi menurut laporan dalam jurnal Frontiers in Public Health tahun 2014, mungkin ini tidak berlaku pada semua orang dewasa.
Sebagai contoh, penelitian dalam jurnal Physiology & Behavior tahun 2013 mengindikasikan kalau tidak sarapan bisa mengurangi asupan kalori.
Selain itu, melansir Healthline, bila menjalani puasa intermiten, yang mana sarapan dilewatkan atau baru bisa dilakukan esoknya, telah dikaitkan dengan sejumlah besar manfaat, termasuk peningkatan kontrol gula darah dan pengurangan penanda inflamasi berdasarkan beberapa penelitian.
Meski demikian, puasa intermiten juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi sarapan biasa, kemudian makan terakhir lebih awal pada malam hari untuk mempertahankan jeda puasa selama 14-16 jam.
Perlu juga diingat bahwa ini tidak berlaku untuk anak yang masih tumbuh dan remaja, atau orang-orang yang kebutuhan gizinya meningkat, seperti perempuan hamil atau orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Melewatkan sarapan pada kasus ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Di sisi lain, beberapa bukti menunjukkan bahwa sarapan dan mengonsumsi lebih banyak kalori pada awal hari dibandingkan pada malam hari, dikombinasikan dengan frekuensi makan yang berkurang, dapat mendatangkan manfaat kesehatan dengan cara mengurangi inflamasi dan berat badan. Salah satunya tertuang dalam laporan di jurnal Nutrients tahun 2019.