6 Mitos Tentang Trauma yang Sering Misleading, Kamu Wajib Tahu!

Sepanjang hidup kita, tentu ada banyak kejadian kurang menyenangkan yang pernah terjadi dan pernah kita alami. Kejadian-kejadian tersebut bila gak diproses dengan baik oleh diri kita tentu akan menjadi trauma yang berbahaya bagi kesehatan mental.
Sayangnya, masih banyak mitos tentang trauma itu sendiri yang sering menyesatkan bahkan menghambat proses penyembuhan trauma. Nah, daripada salah kaprah, yuk simak mitos-mitos berikut!
1. Orang yang mengalami trauma sudah pasti PTSD
Seringkali orang sulit membedakan antara trauma dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Bahkan, gak sedikit yang menganggap orang yang memiliki trauma sudah pasti mengidap PTSD. Padahal, trauma gak selalu mengarah pada PTSD meskipun mereka yang memiliki PTSD memang mengalami beberapa bentuk trauma.
Mengutip pekerja klinis sosial berlisensi bernama Michael Vallejo di laman Mental Health Center Kids, trauma adalah respon emosional yang muncul saat seseorang mengalami kejadian yang mengancam jiwa, menakutkan, atau menyebabkan tekanan emosional. Sementara itu, PTSD adalah gangguan yang berkembang setelah seseorang mengalami trauma. Jadi, yang membedakan keduanya adalah seberapa parah trauma itu berdampak dan seberapa lama gejala trauma itu terjadi.
Ada beberapa reaksi normal ketika seseorang baru saja mengalami peristiwa yang traumatis, tetapi biasanya reaksi tersebut lama-kelamaan akan berhenti dan gak lagi mengganggu. Namun, orang dengan PTSD akan terus dihantui trauma dan semakin memburuk sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.