ilustrasi olahraga (pexels.com/Julia Larson)
Ketika berolahraga, aliran darah terkonsentrasi pada otot-otot yang digerakkan dan organ vital yang bekerja keras, seperti jantung, paru-paru, dan otak. Hal ini menyebabkan lebih sedikit darah yang didistribusikan ke organ pencernaan.
Akibatnya, terjadi penundaan proses pencernaan makanan. Penundaan ini dapat memicu rasa mual dan tidak nyaman, terutama pada orang yang baru memulai berolahraga atau melakukan latihan dengan intensitas tinggi.
Latihan dengan intensitas tinggi seperti high-intensity interval training (HIIT) yang melibatkan serangkaian latihan fisik yang keras, juga dapat memperburuk rasa mual yang dialami. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemanasan yang cukup sebelum berolahraga dan memulai dengan intensitas yang ringan.
Mual setelah olahraga memang hal yang umum dan biasanya tidak berbahaya. Namun, jika rasa mual ini sering terjadi dan mengganggu aktivitas, ada baiknya kamu mencari tahu penyebabnya dan berkonsultasi dengan dokter. Ingatlah untuk selalu menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan yang bergizi. Jangan lupa untuk minum air putih yang cukup, terutama sebelum, selama, dan setelah berolahraga.
Referensi
Gaskell, S. K., Rauch, C. E., & Costa, R. J. S. (2021, September 7). Gastrointestinal Assessment and Therapeutic Intervention for the Management of Exercise-Associated Gastrointestinal Symptoms: A Case Series Translational and Professional Practice Approach. Frontiers in Physiology, 12.
Wilson, P. B. (2019, July 4). ‘I think I’m gonna hurl’: A Narrative Review of the Causes of Nausea and Vomiting in Sport. Sports, 7(7), 162.
Azadbakht, L., & Khodarahm, M. (2016). Dietary fat intake and functional dyspepsia. Advanced Biomedical Research, 5(1), 76.
Wegierska, A. E., Charitos, I. A., Topi, S., Potenza, M. A., Montagnani, M., & Santacroce, L. (2022, May 21). The Connection Between Physical Exercise and Gut Microbiota: Implications for Competitive Sports Athletes. Sports Medicine, 52(10), 2355–2369.