5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stres

Mereka membentuk karakter ini sebagai mekanisme koping

Membangun sebuah keluarga boleh dikata sama sulitnya seperti merintis usaha dari nol. Laman MentalHelp.Net menyebutkan tidak ada keluarga, hubungan atau pernikahan yang sempurna. Namun ini bukan berarti kita tidak perlu berjuang untuk memperoleh 99 persen kesempurnaan di dalam pernikahan dan keluarga.

Perjuangan mencapai keluarga yang mendekati sempurna bukanlah tanpa alasan. Kelalaian orangtua dalam menjaga keharmonisan keluarga akan berdampak pada perilaku dan atau kondisi kejiwaan anak.

Bahkan, ternyata ketika menghadapi stres yang disebabkan oleh keluarga, anak-anak bisa membentuk karakter atau perannya sendiri. Lima karakter ini dibuat berdasarkan teori milik Virginia Satir, seorang pencetus terapi keluarga dan Alfred Alder yang membahas tentang hubungan saudara. Berikut adalah karakter yang ditemukan pada anak yang tumbuh di keluarga disfungsi.

Pengertian tentang keluarga disfungsi

5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stresilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sebelum membahas mengenai lima karakter anak, kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan keluarga disfungsi. Laman Mental Health America mendefinisikannya sebagai keluarga yang di dalamnya terdapat kekerasan, kelakuan buruk, dan konflik. Hubungan antaranggota keluarga tampak tegang, ada unsur kekerasan seperti saling berteriak atau mengumpat dan ada unsur menelantarkan.

Merujuk sumber yang sama, tanda-tanda lain yang dapat ditemukan pada keluarga disfungsi yaitu:

  1. Ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang dan/atau menyalahgunakannya.
  2. Memiliki komunikasi yang buruk dan tidak bisa mengungkapkan perasaan atau ide.
  3. Tidak ada kasih sayang. Hubungan keluarga terlihat palsu misalnya terlihat harmonis dari luar tetapi saat di rumah tidak ada kasih sayang atau dukungan secara emosional.
  4. Tidak mempunyai peran yang jelas, contohnya anak pertama mengambil peran sebagai orangtua, orangtua terlalu mengontrol dan ikut campur urusan anak, atau orangtua selalu mengintimidasi anak.

Lalu apa saja lima karakter yang terbentuk dalam diri anak sebagai mekanisme koping dalam menghadapi stres di keluarga?

1. The hero atau golden child

5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stresilustrasi siswa belajar di kelas (unsplash.com/CDC)

Laman The Center for Family Unity mendeskripsikan hero atau golden child sebagai seorang anak yang:

  • Disiplin
  • Mempunyai prestasi yang bagus di bidang akademik
  • Mempunyai pemikiran bahwa bila dirinya sukses atau sempurna maka masalah di dalam keluarga dapat hilang
  • Merasa bertanggung jawab untuk selalu membuat keluarganya tampak baik
  • Terkait poin sebelumnya, anak dengan karakter hero cenderung untuk mengontrol dan memimpin atau mengarahkan anggota keluarga yang lain

Meskipun sekilas perilaku dari karakter hero ini tampak baik, tapi anak yang mempunyai karakter ini kurang percaya diri. Mengacu kepada sumber yang sama, mereka membutuhkan pujian atau validasi dari orang lain bahwa dirinya sudah baik. Kemudian karena merasa harus memimpin, sikap yang suka mengontrol ini bisa menjadi konflik dengan anggota keluarga yang lain.

Dilansir drugrehab.us, anak yang mempunyai karakter hero bila tidak berhati-hati saat dewasa nanti dapat mengalami masalah seperti:

  • Penggunaan obat dan minuman terlarang (substance abuse)
  • Gangguan pola makan (eating disorder)
  • Depresi
  • Gangguan kecemasan

2. The scapegoat atau rebel

5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stresilustrasi bully pada anak (pixabay.com/Gerd Altmann)

Berlawanan dengan karakter hero, anak yang memiliki peran sebagai scapegoat di dalam keluarga disfungsi biasanya menjadi kambing hitam dari semua masalah yang dihadapi oleh keluarga. Merangkum dari The Mind Journal dan The Center for Family Unit, berikut adalah kondisi yang menyebabkan seorang anak diberi label scapegoat atau rebel :

  • Mempunyai sifat sensitif, berbicara apa adanya atau sesungguhnya (truth teller).
  • Sering diejek oleh anggota keluarga misalnya, "Lihat? Anak ini sungguh tidak berguna, kan?"
  • Cenderung untuk mengalami kesulitan di bidang akademik dan selalu merasa dirinya bodoh atau kurang.
  • Memilih teman yang bertentangan dengan kehendak orangtua. Contohnya sengaja berteman dengan teman yang mengonsumsi minuman keras. Dengan melakukan hal ini mereka merasa puas meskipun mereka tahu orangtua tidak menyukainya.
  • Memilih pekerjaan yang di bawah kemampuannya, misalnya seperti melamar pekerjaan sebagai kasir di toko padahal sebenarnya bisa bekerja di bank.

Anak yang mengadopsi karakter scapegoat di keluarga disfungsi berpotensi tinggi untuk di-bully di lingkungan sekolah dan atau menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) saat dewasa nanti. Lebih lanjut, risiko untuk terkena penyakit kejiwaan seperti post traumatic stress disorder (PTSD) tinggi.

Baca Juga: 5 Efek Psikologis Rutin Salat 5 Waktu, Gak Cuma Kewajiban! 

3. The clown atau mascot

5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stresilustrasi anak yang sedang berusaha menghibur keluarga (pixabay.com/Varun Kulkarni)

Sesuai dengan namanya, seorang anak yang mengambil peran sebagai the clown di keluarga disfungsi menunjukkan sifat menghibur atau membuat orang tertawa. Dilansir Psych2Go, seseorang dengan karakter ini menunjukkan perilaku seperti sering membuat lelucon untuk mengatasi rasa tidak berdaya, marah, dan frustrasi terhadap ketidakharmonisan atau kekacauan di dalam keluarga.

Anak yang mengambil peran sebagai clown juga mempunyai rasa percaya diri yang rendah, menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan (workaholic), dan suka membantu sesama. Sikap suka membantu ini mereka lakukan untuk menghindari konflik pribadi yang mereka alami. Merujuk dari sumber yang sama, anak dengan peran sebagai clown berisiko tinggi untuk mengalami depresi dan gangguan kecemasan. 

4. The lost child

5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stresilustrasi anak yang merasa kesepian (pixabay.com/Mojca)

The lost child atau dreamer adalah sebutan untuk anak yang menunjukkan karakter pendiam, mudah murung, suka menyendiri, dan merasa kesepian. Dikutip dari CPTSD Foundation, anak yang mengadopsi peran sebagai lost child saat dewasa nanti menunjukkan perilaku yang menyerupai karakter introver dan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan asmara.

Anak dengan karakter lost child juga sulit untuk mengekspresikan perasaan yang mana misalnya harusnya mereka merasa sedih tetapi tidak menunjukkan ekspresi sedih. CPTSD Foundation menjelaskan hal ini karena mereka sudah terlatih untuk menyembunyikan perasaan sejak kecil.

Serupa dengan the clown, anak dengan karakter lost child juga suka membantu orang lain namun sikap ini dapat menjadi bumerang untuk dirinya sendiri saat dewasa nanti. Orang lain dapat dengan mudah memanfaatkan sikap baik mereka karena mereka tidak pernah mendapatkan kasih sayang orangtua. Efek tersebut juga menjadi penyebab anak dengan karakter lost child sulit menjalin hubungan.

5. The caretaker atau rescuer

5 Jenis Karakter yang Diambil Anak untuk Mengatasi Stresilustrasi caretaker (pexels.com/Gustavo Fring)

Selain disebut sebagai caretaker, anak yang mengadopsi peran ini juga dikenal sebagai martir di keluarga. Mereka akan selalu berusaha menutupi agar keluarga mereka terlihat bahagia.

Tidak jauh berbeda dari the scapegoat, anak dengan peran caretaker saat dewasa nanti rentan mengalami KDRT. The Mind Journal menyebutkan mereka akan kesulitan untuk keluar atau lepas dari hubungan abusive karena mudah terlena akan janji yang diucapkan oleh pasangan.

Itulah lima karakter atau peran yang dapat diambil oleh anak yang tumbuh di keluarga disfungsi. Karakter ini diambil sebagai strategi koping mereka untuk bertahan di lingkungan yang tingkat stresnya tinggi.

Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan atau orang dewasa yang bekerja dengan anak-anak atau remaja. Apabila mencurigai atau mendapati anak yang menunjukkan karakter seperti di atas, terutama scapegoat, maka dialog dengan orangtua dan psikolog sangat dianjurkan.

Baca Juga: 6 Manfaat 'Nyeker' bagi Anak-Anak, Tidur Si Kecil Makin Nyenyak! 

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya