ilustrasi hidangan dengan nasi (pexels.com/iconest)
Nasi panas atau nasi dingin, mana yang lebih sehat?
Dilansir Healthline, konsumsi nasi dingin atau nasi yang dipanaskan kembali dapat meningkatkan risiko keracunan makanan akibat bakteri Bacillus cereus. Bakteri ini bisa menyebabkan mual, diare, atau muntah dalam waktu 15–30 menit setelah konsumsi. Walau infeksi bakteri ini biasanya ringan, tapi tetap perlu diperhatikan karena dapat menjadi bahaya untuk mereka yang imunitasnya lemah.
Sisi baiknya, nasi dingin mengandung indeks glikemik yang lebih rendah daripada nasi panas. Oleh karena itu, nasi dingin aman dikonsumsi untuk penderita diabetes. Artikel dalam Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition menyebutkan bahwa nasi yang didinginkan lalu dipanaskan kembali dapat meningkatkan pati resisten yang bisa menurunkan indeks glikemik. Hal tersebut bisa membuat kita merasa kenyang lebih lama. Selain itu, proses pencernaan yang lebih lambat dari nasi dingin dapat membantu tubuh mengoptimalkan pengolahan dan penyimpanan gula.
Lebih lanjut, mengonsumsi nasi panas juga tidak berarti menghilangkan nutrisinya, kok. Dilansir Medical News Today, nasi panas tetap mengandung karobohidrat, mineral, dan nutrisi lain yang diperlukan tubuh. Namun, nasi panas mengandung glukosa lebih tinggi daripada nasi dingin sehingga dapat meningkatkan gula darah dengan cepat.
Makan nasi panas bukanlah hal yang buruk. Kamu tetap bisa konsumsi nasi panas. Terlebih jika tidak ada kondisi tertentu yang berkaitan dengan gula darah. Kendati demikian, tetap batasi konsumsinya atau seling dengan karbohidrat kompleks lainnya untuk menjaga kesehatan tubuh.
Jadi, di antara nasi panas atau nasi dingin mana yang lebih sehat? Jawabannya tergantung pada kondisi kesehatanmu, ya. Jika tidak yakin dengan konsumsinya, bisa konsultasi dengan ahli medis atau ahli gizi untuk mendapatkan jawaban lebih jelasnya. Selain itu, jangan lupa sesuaikan pula konsumsinya dengan kebutuhan kesehatan dan gaya hidup.
Penulis: Roziana Lailatul Hidayah