Studi: Remaja Menggunakan Narkoba untuk Meredakan Stres

Salah satu alasannya adalah untuk melupakan kenangan buruk

Remaja yang diduga memiliki masalah penggunaan zat mengatakan mereka beralih ke narkoba karena adanya kebutuhan untuk bersantai dan melepaskan diri dari stres dan kekhawatiran.

Ini merupakan temuan studi dari Centers for Disease Control and Prevention yang terbit dalam Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) pada 8 Februari 2024.

Temuan baru ini menyusul laporan meningkatnya kecemasan dan depresi di kalangan generasi muda Amerika Serikat (AS), termasuk tingkat keputusasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: #TeenSpace: 5 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Remaja

Alasannya agar mereka merasa mellow, tenang, atau rileks

Studi: Remaja Menggunakan Narkoba untuk Meredakan Stresilustrasi seorang remaja menggunakan media sosial (freepik.com/freepik)

Survei ini mencakup penilaian diri dari 15.963 remaja, berusia 13 hingga 18 tahun, yang menjawab pertanyaan online tentang motivasi mereka menggunakan narkoba dan alkohol dari tahun 2014 hingga 2022.

Temuan ini tidak mencerminkan alasan remaja bereksperimen dengan narkoba untuk pertama kalinya; semuanya ditandai karena gangguan penggunaan zat dan pengobatan selanjutnya.

Hampir tiga perempatnya, yaitu 73 persen, mengatakan bahwa mereka menggunakannya untuk "merasa mellow, tenang, atau rileks". Sebanyak 44 persen mengatakan mereka menggunakan narkoba, seperti ganja, sebagai obat tidur.

Persentase yang sama menyebut penggunaan narkoba sebagai cara untuk "berhenti mengkhawatirkan suatu masalah atau melupakan kenangan buruk". Dan, 40 persen mengatakan mereka menggunakannya untuk mengatasi depresi atau kecemasan.

Mayoritas remaja, sebanyak 84 persen, menggunakan ganja. Hal ini terjadi di tengah makin banyaknya bukti yang menghubungkan penggunaan ganja dan gangguan psikotik.

Kurang dari separuh, yaitu 49 persen, mengatakan mereka meminum alkohol dan 19 persen remaja yang disurvei melaporkan menyalahgunakan obat resep seperti pereda nyeri dan obat penenang.

Separuh dari remaja tersebut mengatakan bahwa mereka menggunakan narkoba sendiri, tanpa ada orang lain di sekitar mereka, sehingga sangat meningkatkan risiko overdosis fatal, “terutama mengingat menjamurnya pil palsu yang menyerupai obat resep dan mengandung obat-obatan terlarang,” tulis para penulis penelitian.

Penelitian baru CDC ini, yang merupakan penelitian pertama yang meneliti motivasi di balik penggunaan zat pada remaja, menunjukkan bahwa mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental dapat membantu mengurangi motivasi remaja untuk menggunakan atau menyalahgunakan obat atau narkoba, begitu juga dengan mendidik remaja tentang praktik pengurangan dampak buruk narkoba.

Baca Juga: Studi: Remaja Minoritas Seksual Lebih Rentan Terkena Masalah Tidur

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya